Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mata Air Hilang akibat Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung, Ini Tanggapan KCIC

Kompas.com - 02/03/2021, 12:00 WIB
Suhaiela Bahfein,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Warga Kampung Dangdeur dan Kampung Pangkalan, Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, mengalami kesulitan air bersih berkepanjangan.

Menurut Kepala Dusun 4 Desa Cikalong Agustian Hidayat, sudah dua tahun warga dua kampung tersebut mengalami kesulitan air bersih akibat pembangunan proyek penunjang Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB).

"Sudah dua tahunan, khususnya Kampung Dangdeur dan Kampung Pangkalan kesulitan air. Sebelum ada proyek kereta cepat aman-aman saja, sampai puluhan tahun tidak pernah kekurangan air," kata Agustian kepada Kompas.com, Senin (1/3/2021).

Dia menjelaskan, sulitnya warga mendapatkan air bersih lantaran mata air yang menghidupi dua kampung tersebut saat ini telah hilang akibat pembangunan terowongan 6.3 dan terowongan 6.4 KCJB.

"Jarak terowongan ke mata air itu 100 meter. Jadi, posisinya terowongan itu berada di bawah mata air," ujar Agustian.

Baca juga: Penampakan Terowongan Halim 1,8 Kilometer Kereta Cepat Jakarta Bandung

Untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari, beberapa warga terpaksa bersusah payah mengambil air dengan cara memanfaatkan secara bergantian sumur pribadi milik warga dan sumur bor yang dibuat oleh pemerintah desa.

"Biasanya musim hujan ada keluar air, tapi sekarang sudah dua tahun tidak ada sedikit pun air yang keluar," tuturnya.

Menanggapi hal ini, Corporate Secretary PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Mirza Soraya mengatakan, perusahaan tengah meminta pihak kontraktor untuk membangun sumur bor sebagai mata air baru.

Baca juga: KCIC Bantah Genangan di Tol Padaleunyi Disebabkan Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung

"Terkait dengan hal tersebut, sesuai kesepakatan dengan warga setempat, pihak kontraktor tengah berupaya untuk membangun sumur bor sebagai mata air baru untuk memasok kebutuhan air bersih bagi masyarakat sekitar," tegas Mirza dalam keterangan yang diterima Kompas.com, Selasa (2/3/2021).

Sejak Desember 2020, kata Mirza, langkah penanggulangan tersebut telah direalisasikan di sejumlah lokasi terdampak, seperti di Kampung Sumumput dan Kampung Sukaluyu yang berlokasi di Desa Cikalong, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat.

Adapun untuk lokasi lainnya, pihak kontraktor masih dalam pengecekan lebih lanjut untuk memastikan penyebab utamanya.

Mirza menjelaskan, hal ini disebabkan jarak yang cukup jauh dengan lokasi pembangunan terowongan.

Menurut dia, pembangunan terowongan pada proyek KCJB ini memiliki tantangan luar biasa karena menembus kawasan perbukitan di wilayah Bandung Barat.

Dengan demikian, upaya mitigasi terkait dampak lingkungan menjadi sangat penting pada tahap perencanaan.

Di sisi lain, pembuatan terowongan merupakan konstruksi dan infrastruktur yang ramah lingkungan dibandingkan memotong atau membelah bukit.

Sebab, bagian atas terowongan dapat dijadikan lahan terbuka hijau sehingga memiliki kelebihan dalam menjaga kelestarian lingkungan dan ekologi.

"Proyek KCJB senantiasa berkomitmen untuk bertanggung jawab terhadap dampak yang timbul akibat proses konstruksi di area sekitar trase, untuk memastikan keamanan dan kenyamanan masyarakat dan lingkungan sekitar," tutup Mirza.

 

Penulis: Putra Prima Perdana, Suhaiela Bahfein | Editor: Aprilia Ika

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com