Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Lima Perkantoran Termahal di Jakarta

Kompas.com - 27/02/2021, 22:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tak dapat dimungkiri, kondisi bisnis properti saat ini telah mengalami kontraksi signifikan, terutama di sektor perkantoran.

Pengembang dan pengelola dihadapkan pada tantangan berat. Tak hanya perkantoran eksisting, juga yang masih dalam tahap konstruksi.

Laju kecepatan konstruksi mengalami perlambatan. Bahkan, data Leads Property Indonesia dan Colliers International Indonesia, ruang-ruang kantor yang akan masuk ke pasar tahun ini mengalami penundaan.

Keduanya mencatat, tahun ini terjadi penurunan pasokan baru hingga mencapai 297.247 meter persegi, menjadi 423.301 meter persegi yang mencakup perkantoran di Central Business District (CBD) dan non-CBD Jakarta.

Baca juga: Empat Tahun ke Depan, Pasokan Perkantoran di Jakarta Bakal Anjlok

Demikian halnya dengan jumlah transaksi yang tercatat lebih sedikit dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Hal ini karena banyak perusahaan yang menerapkan kebijakan bekerja dari rumah atau work from home (WFH).

Bahkan, sejumlah perusahaan juga memafhumi gaya bekerja dari mana saja atau work from everyhere (WFE).

Menurut CEO Leads Property Indonesia Hendra Hartono, kebijakan ini berdampak terjadinya pengurangan ruang kantor, dan sejumlah perusahaan kemudian melakukan negosiasi ulang dalam perpanjangan kontrak berikutnya.

"Pengembang dan pengelola diharapkan terbuka untuk negosiasi untuk mencapai solusi yang menyenangkan semua pihak, dengan memberikan fleksibilitas," ujar Hendra menjawab Kompas.com, Sabtu (27/02/2021).

Baca juga: Hingga Kini, Perkantoran Kosong di Jakarta Mencapai 209 Hektar

Pengurangan penggunaan ruang kantor ini menyebabkan angka tingkat hunian menurun menjadi hanya 76,1 persen.

Hal senada dikatakan Senior Director of Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto.

"Mengamankan perusahaan penyewa yang berkomitmen tinggi untuk tetap dapat mengisi ruang-ruang kantor, menjadi semakin penting bagi pengembang atau pengelola," kata Ferry.

Secara umum, hal tersebut di atas membuat harga sewa perkantoran mengalami tekanan.

Colliers mencatat, harga sewa turun 5,11 persen menjadi rerata Rp 223.789 per meter persegi per bulan.

Meski mengalami tekanan, namun ada lima perkantoran yang masih mematok tarif di atas angka rerata.

Bahkan, kelimanya tercatat sebagai perkantoran dengan tarif sewa termahal, dihitung berdasarkan rata-rata asking price atau harga penawaran saat ini.

Berikut lima perkantoran termahal: 

  1. Mori Tower sebesar Rp 490.000 per meter persegi per bulan
  2. Pacific Century Place Tower sebesar Rp 480.000 per meter persegi per bulan 
  3. Sequis Tower sebesar Rp 425.000 per meter persegi per bulan
  4. Energy Building sebesar Rp 425.000 per meter persegi per bulan
  5. Sentral Senayan III sebesar Rp 400.000 per meter persegi per bulan

Perlu diketahui, tarif sewa tersebut tidak termasuk biaya perawatan atau service charge

Namun, baik Hendra maupun Ferry sepakat, tarif sewa mahal dipengaruhi lokasi, kualitas bangunan, umur bangunan, dan teknologi yang diterapkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com