Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain Tak Mendidik, Nyontek Ikon Luar Negeri Harus Diakhiri

Kompas.com - 08/02/2021, 20:00 WIB
Ardiansyah Fadli,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Urbanis dan Pemerhati Bangunan Cagar Budaya Bambang Eryudhawan menegaskan pembangunan dalam bentuk replikasi ikon berbagai negara di sejumlah daerah, harus segera diakhiri.

Menurutnya replikasi ikon luar negeri yang dibangun di pusat-pusat kota itu sangat tidak mendidik masyarakat dan menafikan potensi kebudayaan bangsa sendiri.

"Jadi apa yang salah dengan pendidikan kebudayaan kita selama ini sampai ikon replika luar negeri ini jadi kebanggaan dan bahkan dibangun di pusat kota seperti di Madiun dan sejumlah kota lainnya di Indonesia," kata Yudha saat dihubungi Kompas.com, Senin (08/02/2021).

Yudha menjelaskan, pemerintah daerah seharusnya dapat mengembangkan dan menggali potensi kebudayaan di daerahnya masing-masing.

Karena hampir di setiap daerah Indonesia memiliki karya kebudayaan yang dapat diangkat menjadi ikon atau tengara.

Baca juga: Menara Eiffel Ada di Pelosok Desa, Bentuk Krisis Identitas dan Budaya

Membangun ikon luar negeri bukanlah cara yang baik untuk dapat menarik banyak wisatawan yang datang ke suatu daerah.

Demikian halnya dengan wisatawan mancanegara yang malah tidak tertarik dengan bangunan replikasi ikon tersebut.

Banyak dari mereka yang datang ke Indonesia justru ingin melihat hal yang berbeda termasuk orisinalitas produk kebudayaan masyarakat lokalnya.

Selain itu, replika ikon luar negeri yang dibangun juga justru kontraproduktif dengan upaya pemerintah selama ini dalam pengenalan kebudayaan di daerah di Indonesia. Salah satunya melalui pendidikan.

"Ini jadi kontraproduktif, di tengah kita sedang gencar mendorong undang-undang kemajuan kebudayaan, bicara soal karakter bangsa, pun soal pendidikan kebudayaan," cetus Yudha.

Karenanya, dia mengingatkan Pemerintah Daerah agar dalam melakukan penataan dan pengembangan tidak boleh gegabah.

Penataan kota bukan hanya soal keuntungan ekonomis semata, melainkan tetap harus ada nilai luhur yang dijaga dan dirawat.

Baca juga: Ada Merlion, Kabah dan Big Ben di Madiun, Pengamat Anggap Pemda Malas Mikir

Karenanya, Pemerintah mesti melibatkan pihak lain seperti ahli, budayawan atau bahkan seniman untuk memberikan masukan terkait rencana pengembangan dan penataan suatu kota.

"Tugas kita sebagai masyarakat di suatu daerah termasuk pemerintah itu adalah menjaga warisan budaya, dan mengenalkannya kepada masyarakat luas," ujar dia.

Sebelumnya diberitakan, Pemerintah Kota Madiun tengah gencar melakukan penataan Kawasan Sumber Umis, Kota Madiun, Provinsi Jawa Timur.

Video konsep penataan kawasan tersebut telah beredar luas dan menjadi perbincangan publik di media sosial.

Dalam video tersebut digambarkan sejumlah replika yang merupakan ikon berbagai negara yang akan dibangun di Kota Madiun.

Salah satunya, ikon Singapura yaitu patung Merlion yang bahkan telah dibangun dan diresmikan pada 30 Desember 2020.

Selain patung Merlion, terdapat pula ikon replika negara lainnya yakni  Jam Big Ben Inggris, Kincir Angin Belanda, Menara Eiffel Perancis, Ka'bah dan Hotel Zam-Zam Tower Arab Saudi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com