Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Cara Industri Mal Bertahan dari Gempuran Monster Marketplace

Kompas.com - 07/02/2021, 22:30 WIB
Ardiansyah Fadli,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Sumber AT Kearney

JAKARTA, KOMPAS - Mal merupakan salah satu industri properti yang terdampak pandemi Covid-19.

Akibat sejumlah kebijakan pembatasan yang diberlakukan di setiap negara, industri mal semakin sepi dan terancam tutup.

Meski demikian, jauh sebelum Pandemi Covid-19, industri mal juga telah mengalami tantangan yang serius.

Mereka harus berkompetisi ketat dengan industri ritel daring seperti marketplace yang makin menyihir bak monster dan drakula yang menyedot "dana" masyarakat.

Keduanya bersaing secara ketat, melakukan promosi dan diskon besar-besaran untuk menggaet konsumen.

Melansir riset AT Kearney, menghidupkan kembali industri mal pada masa depan bukan sesuatu hal yang mustahil. Kesempatan agar industri ini tetap berjaya masih terbuka lebar.

Baca juga: Living World Kota Wisata, Mal Terbesar di Timur Jakarta Telan Investasi Rp 1,4 Triliun

"Namun demikian, kesempatan ini mesti diiringi dengan sejumlah perubahan signifikan terutama dalam hal konsep dan model bisnis," tulis Partner AT Kearney Michael Brown.

Langkah atau perubahan yang dilakukan ini tentunya berdasarkan masukan dan keinginan konsumen pada masa depan.

Kearney menyebut setidaknya ada tiga hal yang mesti dilakukan pemain di industri mal untuk tetap bertahan:

1. Menambah opsi pelayanan

Industri mal sejatinya berbeda dengan industri ritel daring atau marketplace. Perbedaan mendasarnya yaitu industri mal lebih banyak memberikan pelayanan secara fisik.

Namun demikian, meski sifatnya serba fisik, tak ada salahnya jika industri mal juga memberikan banyak opsi pelayanan lain kepada calon pembelinya.

Baca juga: Akuisisi Dua Mal dan Hotel Bintang Lima, Pakuwon Kucurkan Rp 1,359 Triliun

Misalnya pelayanan secara daring, bahkan hingga pengantaran sampai ke rumah pembeli.

Hal ini menyusul perubahan pola aktivitas masyarakat, termasuk dalam hal berbelanja.

Masyarakat semakin terbiasa berbelanja secara daring dan diam di rumah sambil menunggu pesanannya datang.

Halaman:
Sumber AT Kearney
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com