Selain itu, Kearney juga menyebut bahwa banyak konsumen yang rela membayar tambahan uang atau biaya untuk jasa pengantaran.
Karenanya hal ini dapat menjadi peluang bagi industri mal untuk menambah opsi pelayanannya dengan tetap mempertahankan toko fisiknya.
2. Adaptasi fasilitas teknologi sesuai kebutuhan masyarakat
Kearney menyebut tren masa depan mal atau pusat perbelanjaan akan sama seperti semua toko-toko lain baik luring ataupun daring. Kuncinya adalah kemudahan dalam berbelanja.
Industri mal yang dapat bertahan yaitu yang mengutamakan dan menyesuaikan keinginan konsumen dan mengakomodasi pola perubahan perilaku berbelanja masyarakat.
Saat ini, industri mal mesti memberikan berbagai fasilitas canggih yang semakin memudahkan masyarakat dalam berbelanja.
Baca juga: Pakuwon, Pemilik Mal Terluas Se-Indonesia dengan Total 66,3 Hektar
Misalnya aktivasi suara hingga teknologi pintar dan layanan berlangganan dalam berbelanja.
Hal itu telah mendefinisikan ulang cara konsumen berinteraksi dengan lingkungan belanja mereka.
Dalam menghadapi semua perubahan ini, penting bagi operator mal untuk mengetahui praktik mana yang harus dilanjutkan, mana yang harus dihentikan, dan taktik, strategi, serta alat baru mana yang harus diadopsi.
Maju atau tidaknya industri mal sangat ditentukan oleh kemampuan operator atau pengelola mal untuk bertranformasi.
Setidaknya ada tiga hal utama yang akan menentukan masa depan mal, yaitu konsumen, teknologi, dan pertimbangan komersial seperti letak dan jarak mal, harga, hingga opsi pelayanan.
3. Perubahan konsep dan suasana mal
Kearney meyakini bahwa industri mal masih akan terus diminati. Sifatnya yang serba fisik mulai dari pelayanan sampai dengan barang yang dijual dan dapat dilihat secara langsung tentu menjadi keunggulanya hingga saat ini.
Baca juga: Jakarta PSBB, Pengunjung Lari ke Mal Pinggiran
Dalam laporan surveinya pada tahun 2019, Kearney menyebut sebanyak 75 persen konsumen lebih suka menemukan produk di toko fisik atau di mal.
Sementara survei lanjutannya tentang pengalaman berbelanja pada Oktober 2020 menemukan 53 persen konsumen merasa bahwa mereka paling menikmati pengalaman ritel fisik dan pilihan belanja baru.
Namun demikian, konsumen membutuhkan perubahan konsep dan suasa mal yang menawarkan beragam perbedaan dan kelengkapan fasilitas.
Mal tak hanya menjadi tempat orang untuk berbelanja tetapi juga dapat memfasilitasi untuk berbagai kegiatan termasuk bekerja, mencari hiburan, olahraga, bahkan aktivitas dan kegiatan yang lainnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.