Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat Nilai Gibran Tak Paham Substansi Masalah Kemacetan Solo

Kompas.com - 08/11/2020, 18:31 WIB
Ardiansyah Fadli,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pasangan Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa dan Bagyo Wahono-FX Soepardjo telah mengikuti debat publik perdana Pilkada Solo yang digelar pada Jumat (6/11/2020).

Keduanya memaparkan program-program dalam mengatasi masalah perkotaan Solo, termasuk kemacetan lalu lintas dan pencemaran udara.

Untuk mengatasi kemacetan, Gibran menawarkan solusi pengelolaan kemacetan dengan membangun elevated rail (rel layang) dan flyover di beberapa lokasi yang kerap menjadi simpul kemacetan seperti di Kottabarat.

Sementara untuk menekan pencemaran udara, Gibran akan mendorong warga Solo memaksimalkan menggunakan transportasi umum dibanding kendaraan pribadi.

Termasuk mengadakan program bike sharing atau penyediaan fasilitas sepeda gratis seperti yang telah dilakukan di Provinsi DKI Jakarta.

Menanggapi hal itu, Pengamat Transportasi dari Unika Soegijapranata Djoko Setijowarno mengatakan solusi yang ditawarkan Gibran untuk masalah kemacetan dan pencemaran udara justru saling bertentangan.

Baca juga: Berkat Menaikkan Pajak Kendaraan Pribadi dan Tarif Parkir, Jakarta Raih STA

Bahkan dia menilai Gibran tak paham substansi masalahnya.

"Dua hal di atas bertentangan, bisa jadi dia belum paham subtansinya," kata Djoko kepada Kompas.com, Minggu (08/11/2020).

Djoko menjelaskan permasalahan utama di Kota Solo memang kemacetan, tetapi flyover bukanlah menjadi solusi utama.

Menurutnya flyover mungkin bisa mengurangi kemacetan, tetapi tentu saja malah tidak menekan pencemaran udara karena akan menarik semakin banyak warga yang menggunakan kendaraan pribadi.

Saat ini, baru ada dua flyover yang dibangun yaitu di Manahan dan Purwosari. Sehingga tersisa sebanyak empat titik lagi yang masih macet dan belum dibangun flyover.

"Jadi buat flyover yang sudah terlanjur dibangun tidak ramah pesepeda dan pejalan kaki. Karena flyover-nya juga becak nggak bisa lewat, pejalan kaki nggak bisa lewat, yang bisa itu hanya kendaraan bermotor," papar Djoko.

Simpul kemacetan lainnya di Kota Solo adalah perlintasan sebidang yaitu Pasar Nongko atau Jalan RM Said, Balapan atau Jalan Letjend S Parman, dan Ledoksari atau Jalan jenderal Urip Sumohardjo.

"Nah di perlintasan sebidang ini yang biasa dibangun underpass atau flyover dan elevated rail untuk mengurai kemacetan," ujarnya.

Meski demikian, Djoko menuturkan bahwa Gibran tak punya pilihan lain selain membangun flyover. Karenanya, dia meminta agar Gibran lebih serius.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com