JAKARTA, KOMPAS.com - PT Hutama Karya (Persero) akan segera mengenakan tarif untuk Tol Pekanbaru-Dumai yang merupakan bagian dari jaringan Jalan Tol Trans-Sumatera.
Jalan bebas hambatan yang dirancang sepanjang 131 kilometer ini telah beroperasi tanpa tarif sejak Jumat (25/9/2020).
Namun sebelum benar-benar bertarif, Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menyarankan Hutama Karya agar benar-benar memperhatikan aspek keamanan dan keselamatan pengguna tol.
Hal ini sangat mendesak karena Tol Pekanbaru-Dumai merupakan akses baru bagi warga Riau, sehingga dikhawatirkan terjadi gegar budaya atau cultural shock yang bisa berimplikasi buruk dari sisi keselamatan.
"Ini ditandai dengan eforia warga Riau dalam menyambut tol tersebut," kata Tulus dalam keterangan tertulisnya, Jumat (6/11/2020).
Baca juga: Gratis, Lintasi Tol Pekanbaru-Dumai Selama Sosialisasi
Eforia tersebut dibuktikan dengan jumlah kecelakaan lalu lintas fatal sejak September-Oktober 2020, sebanyak 9 kasus yang menewaskan empat pengguna tol.
Tulus mengatakan, kecelakaan bisa dihindari dengan langkah antisipatif berupa penanda yang kuat di ruas tol, khususnya di titik titik rawan.
Selain itu, Hutama Karya juga disarankan melakukan sosialisasi secara masif sebelum tarif tol tersebut diberlakukan. Sosialisasi tersebut termasuk cara aman berkendara di jalan tol.
Sementara dari sisi lingkungan, Tulus meminta Hutama Karya mewujudkan jalan tol yang berkelanjutan, mulai dari penghijauan sepanjang jalan tol dan di rest area, dan efisiensi energi melalui penggunaan solar sel untuk penerangan jalan tol.
Kelak setelah berbayar, standar pelayanan minimum (SPM) juga harus diperhatikan. Salah satunya aspek kualitas jalan. Sebagai tol baru, sering terjadi kerusakan jalan, karena faktor kontur tanah, curah hujan, dan lain-lain.
Dengan demikian, kebederadaan jalan tol bisa dirasakan masyarakat lokal agar perekonomian dapat terus bergerak.
Yang terakhir, tarif baru yang diterapkan di ruas Tol Pekanbaru-Dumai, sebaiknya menggunakan tarif promosi terlebih dahulu.
"Minimal untuk satu bulan ke depan. Agar masyarakat sebagai pengguna jalan tol tidak terlalu kaget," tuntas Tulus.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan