Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Soal Toilet, Indonesia Harus Belajar dari China dan India

"Kalau kita tidak bisa membersihkan toilet, yang lain omong kosong," ujar Chairman Marsh Indonesia Ignasius Jonan dalam Seminar World Toilet Day, di Toto Office Tower Jakarta, Jumat (18/11/2022).

Jonan tidaklah asal bicara. Hal ini karena keberadaan toilet sangat penting. Dia adalah simbol dasar yang harus terus dipertahankan kebersihannya, higienitasnya, dan juga kenyamanannya.

Namun sayangnya, standar kebersihan, kesehatan, dan kenyamanan toilet yang terdapat pada fasilitas-fasilitas publik di Indonesia naik turun.

Menurut Jonan, kondisi itu sangat tergantung pada pimpinannya. Contohnya saja saat dia menjabat sebagai Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI.

Pada kurun itu (2009), seluruh pimpinan KAI menggunakan toilet khusus. Tak ada satupun dari mereka yang pernah merasakan dan menggunakan toilet publik untuk penumpang atau pengguna jasa KAI.

"Jadi mereka tidak mengalami betapa berbedanya toilet buat penumpang dan pimpinan. Makanya banyak yang sanksi kenapa ini dirut kok ngomongin toilet," ungkap Jonan.

Padahal ada sekitar 6.000 kloset di 150 stasiun di seluruh Indonesia. Sementara jumlah penumpang KAI per tahun bisa menyentuh angka 600 juta orang.

"Bayangkan satu kloset digunakan 100-200 orang per hari. Tentu harus terus dibersihkan secara kontinyu agar toilet tersebut layak digunakan penumpang KAI," imbuh dia.

Kendati dikritik sana-sini, Jonan tetap bergeming, mengawali transformasi di tubuh KAI dari membersihkan toilet yang kemudian menjadi sebuah gerakan kesadaran masif.

China dan India

Hal senada dikemukakan Ketua Umum Asosiasi Toilet Indonesia (ATI) Naning Adiwoso. Menurutnya ketersediaan toilet bersih, sehat, dan higienis sangat penting bagi seluruh lapisan masyarakat.

Toilet dan sanitasi merupakan dua hal yang saling terkait. Toilet bersih sehat, dan higienis sangat memengaruhi sanitasi.

Dengan terbatasnya ketersediaan air bersih, maka kita harus bijak dalam menggunakan air dan menjaga lingkungan sekitar agar tetap bersih dan tidak mudah tercemar.

Hal di atas dapat dilakukan melalui perubahan pola pikir dan perilaku dan perkotaan. Adanya kesadaran dan kepedulian untuk menjadikan lingkungan bersih melalui toilet merupakan salah satu kunci utama, karena toilet dibutuhkan oleh semua orang, baik dewasa maupun anak-anak.

Mengapa? Karena kebutuhan untuk memenuhi panggilan alam merupakan suatu keharusan dan tidak dapat diwakilkan oleh siapa pun.

Naning menuturkan, melewati masa pandemi, faktor kesehatan menjadi hal utama, dan mulai meningkatnya aktivitas masyarakat yang cukup tinggi saat ini perlu didukung dengan ketersediaan toilet yang aman dan nyaman.

"Sehingga mereka yang sering bepergian tetap merasa aman dan nyaman di mana pun mereka pergi dan berada untuk melakukan berbagai aktivitas," cetus Naning.

Oleh karena itu, Indonesia harus mencontoh negara-negara yang telah berhasil melakukan transformasi toilet secara besar-besaran yaitu China dan India.

"Agar berhasil, gerakan ini harus didukung penuh oleh pemerintah, kolaborasi pelaku industri sanitasi dan dukungan dari masyarakat. Kita tidak bisa sendiri, it’s not about you, it’s not about me, but it’s about us,” ujar Naning.

Melalui peringatan World Toilet Day 2022, ATI berharap agar tercipta kesamaan visi dan misi untuk menciptakan toilet dengan sanitasi yang layak, bersih, dan higienis, serta dapat menciptakan perubahan yang positif bagi Indonesia khususnya dalam bidang kesehatan dan ekonomi.

https://www.kompas.com/properti/read/2022/11/19/053000021/soal-toilet-indonesia-harus-belajar-dari-china-dan-india

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke