KOMPAS.com - Berdasarkan penemuan benda hasil kebudayaan manusia purba, fosil, dan artefak, para ahli arkeologi membagi masa prasejarah ke dalam dua periode, yaitu Zaman Batu dan Zaman Logam.
Pada Zaman Logam, manusianya tidak hanya menggunakan peralatan sehari-hari dari batu, tetapi juga mampu membuat alat-alat dari logam.
Manusia yang hidup pada Zaman Logam dikatakan telah mengembangkan teknologi yang cukup tinggi.
Sebab, logam tidak dapat dipecah dan dipahat dengan mudah sebagaimana halnya batu.
Pada periode ini, bahan-bahan dari logam diolah dan dibentuk menjadi beraneka ragam peralatan.
Hal itu membuktikan bahwa manusia purba telah mengenal teknik peleburan logam.
Zaman Logam juga disebut Masa Perundagian, sebab di dalam masyarakatnya muncul golongan undagi yang terampil di bidangnya masing-masing.
Baca juga: Zaman Batu: Pembagian, Peninggalan, dan Kehidupan Manusia
Pada periode ini, masyarakatnya mengenal dua teknik pengolahan logam, yaitu:
Menurut perkembangannya, Zaman Logam dapat dibedakan menjadi tiga periode, yaitu Zaman Tembaga, Zaman Perunggu, dan Zaman besi.
Namun, kepulauan Indonesia hanya mengalami dua zaman saja, yaitu Zaman Perunggu dan Besi.
Pada periode ini, manusia purba baru saja mengenal logam sebagai bahan dasar membuat peralatan sehari-hari.
Menurut para ahli, Indonesia tidak mengalami zaman ini, karena tidak ditemukan peninggalan sejarah berbahan tembaga di nusantara.
Beberapa negara yang pernah mengalami Zaman Tembaga adalah Malaysia, Thailand, Kamboja, dan Vietnam.
Baca juga: Zaman Neozoikum atau Kainozoikum: Pembagian dan Ciri-ciri
Pada Zaman Perunggu, manusia purba mampu mencampurkan tembaga dan timah dengan perbandingan 3:10 untuk menghasilkan logam yang lebih kuat dan keras.
Salah satu daerah pertama yang membuat perunggu adalah Sumeria di Mesopotamia.