Parapuan.co - Pohon memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Keberadaan pohon memiliki banyak manfaat untuk kesehatan, baik bagi lingkungan maupun manusia.
Berikut adalah beberapa manfaat utama dari pohon untuk kesehatan, seperti dikutip dari berbagai sumber:
1. Produksi Oksigen: Pohon adalah produsen utama oksigen di bumi melalui proses fotosintesis. Oksigen adalah elemen penting bagi semua makhluk hidup, dan tanpa pohon, suplai oksigen kita akan terganggu.
2. Penyaring Udara: Pohon-pohon berperan sebagai penyaring alami udara. Mereka menyerap berbagai polutan udara, termasuk karbon dioksida, nitrogen dioksida, dan partikel-partikel debu, yang dapat mengurangi risiko masalah pernapasan dan penyakit terkait polusi udara.
3. Pengendalian Suhu: Pohon memberikan naungan dan mengurangi panas melalui proses transpirasi. Hal ini dapat membantu menurunkan suhu udara, yang penting untuk menghindari bahaya panas berlebih dan heatstroke pada manusia.
4. Pelindung Dari Radiasi UV: Pohon memberikan perlindungan dari sinar ultraviolet (UV) matahari. Ini dapat membantu mencegah kerusakan kulit, seperti kanker kulit, dan melindungi mata dari efek buruk sinar UV.
5. Pengendalian Air: Pohon memiliki akar yang dapat menyerap air berlebih dari tanah dan mengurangi risiko banjir. Mereka juga membantu menjaga kualitas air tanah dengan menyaring polutan yang terlarut dalam air.
6. Peningkatan Kualitas Udara Dalam Ruangan: Tanaman indoor, yang juga termasuk pohon-pohon kecil, dapat membantu membersihkan udara dalam ruangan dari berbagai zat kimia berbahaya yang terkandung dalam material bangunan dan peralatan rumah tangga.
7. Kesehatan Mental: Berinteraksi dengan alam, termasuk pohon-pohon, telah terbukti dapat mengurangi stres, meningkatkan suasana hati, dan meningkatkan kesejahteraan mental. Ini dikenal sebagai efek terapi alam atau "shinrin-yoku" (mandi hutan) di budaya Jepang.
Baca Juga: Akibat Kualitas Udara Buruk, Polusi Udara Sebabkan Serangan Asma
Memasukkan konservasi keanekaragaman hayati dan lingkungan dalam perencanaan pembangunan akan mempercepat perwujudan ekonomi hijau yang inklusif dengan kesejahteraan yang lebih merata.
Hal ini menjadi inti sari dari sesi plenari AstraZeneca pada Indonesia Sustainibility Forum (ISF) 2023, yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) dan Kadin Indonesia minggu lalu.
AstraZeneca dan Tony Blair Institute for Global Change (TBI) adalah Knowledge Partners ISF 2023 yang dihadiri oleh 2000 peserta dari 41 negara di Jakarta pada tanggal 7- 8 September 2023.
Sesi tematik AstraZeneca bertajuk Keanekaragaman Hayati dan Mendorong Transisi Menuju Sektor Kesehatan Berkelanjutan Demi Kesehatan Planet dan Manusia.
Nani Hendiarti, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marves, menjelaskan, pohon adalah solusi alami untuk menghilangkan CO2 dari udara dan penting untuk mengurangi dampak perubahan iklim.
"Sebagai contoh kemitraan yang baik antara pemerintah dan swasta, Kemenko Marves telah menandatangani Nota Kesepahaman dengan AstraZenca untuk menjalankan program AZ Forest dengan komitmen menanam 20 juta pohon di kawasan DAS Citarum.
"Program ini tentunya memiliki dampak positif terhadap ekonomi dengan melibatkan masyarakat lokal dan pakar ekologi untuk melakukan reboisasi dalam skala besar, serta mendukung keanekaragaman hayati dan mempertahankan mata pencaharian petani," jelas Nani, seperti dikutip dari rilis yang diterima PARAPUAN.
“Dengan adanya pohon, diharapkan dapat meningkatkan kualitas air dan udara di DAS Citarum yang sebelumnya telah tercemar akibat emisi pabrik dan sampah yang menghambat jalur sungai.
Pulihnya DAS Citarum akan menjadi kabar gembira dan poin positif sebagai keberhasilan Indonesia di mata dunia” kata Nani.
Baca Juga: Jadi Favorit Para Pendaki, Ini 5 Rekomendasi Gunung di Indonesia untuk Rayakan Kemerdekaan RI
Se Whan Chon, Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia, menambahkan, “Sejak dimulainya kemitraan pada tahun 2020, program AZ Forest kami telah memberikan dampak positif kepada lebih dari 20.000 keluarga petani dan berhasil menanam lebih dari 4 juta pohon hidup di 21.000 lahan pertanian untuk reboisasi dan keanekaragaman hayati.”
Se Whan Chon menegaskan bahwa AstraZeneca telah berada di jalur yang tepat dengan komitmen mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dari operasi dan armadanya dengan sebesar 98% pada tahun 2026 (dari data dasar tahun 2015) dan mengurangi separuh jejak rantai nilai kami pada tahun 2030 (dari data dasar tahun 2019).
"Untuk mencapai nol bersih (net zero) berbasis ilmu pengetahuan pada tahun 2045, kami akan mengurangi emisi absolut GRK Lingkup tiga, yakni sebesar 90% dari tahun dasar, tahun 2019 dan menghilangkan emisi sisa (tidak lebih dari 10% dari jejak GRK tahun 2019)," jelas dia.
“Selain AZ Forest, kami juga mengurangi jejak karbon kami dengan pindah ke kantor ramah lingkungan yang baru dengan konsumsi energi yang lebih rendah. Memasukkan keberlanjutan ke dalam Kebijakan internal kami, kerja hybrid, pembatasan perpindahan karbon. Serta akan segera terjadi transisi ke armada 100% kendaraan listrik, sekitar 600 sepeda motor listrik dalam 2 tahun ke depan memperdayakan produksi lokal," papar Se Whan.
Shuhaela Haqim, Country Director Tony Blair Institute for Global Change memuji Pemerintah Indonesia yang telah mengintegrasikan aspek keberlanjutan, termasuk dampak penilaian lingkungan hidup, ke dalam proyek infrastruktur besar.
Ia juga menyoroti proses inklusif dari proyek-proyek yang telah menerima masukan dari masyarakat lokal, seperti Tol Bali Mandara yang mengalami perubahan trase jalan tol untuk melindungi kawasan mangrove di sekitarnya.
Contoh lainnya adalah jalan tol Pekanbaru-Dumai di Sumatera yang dilengkapi enam jalur perlintasan gajah agar tidak mengganggu pola migrasi.
“Terdapat keputusan dalam proyek-proyek ini yang berkontribusi untuk melindungi lingkungan, dan hal ini mempunyai dampak ekonomi yang positif. Misalnya, kawasan hutan bakau yang berhasil terlindungi setelah jalur jalan tol Bali Mandara diubah. Keputusan ini berperan penting untuk mengurangi dampak lingkungan yang terjadi di Bali pasca pembangunan jalan tol Bali.” ucap Shuhaela.
Nani menambahkan bahwa pertumbuhan dan keberlanjutan akan membuka jalan bagi Indonesia untuk mencapai visi Indonesia Emas di tahun 2045.
"ISF 2023 memberikan ruang untuk membahas terobosan dalam mencapai pertumbuhan berkelanjutan, dan memetakan kolaborasi dan kemitraan dalam mempercepat transisi menuju ekonomi hijau. Forum ini diharapkan menjadi tempat bagi para katalis di bidang sustainability untuk bertemu dan bertukar pikiran, menghadirkan solusi untuk mendorong upaya dekarbonisasi, transisi ekonomi hijau, serta konservasi ekosistem lingkungan dan keanekaragaman hayati," ungkap Nani.
Baca Juga: Jadi Destinasi Impian Banyak Orang, Ini 5 Kota Paling Indah di Swiss
*Sebagian dari artikel ini dibuat dengan bantuan kecerdasan buatan (artificial intelligence - AI).
(*)
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.