Parapuan.co - Kawan Puan, apakah kamu sering memprioritaskan pasangan daripada diri sendiri?
Lebih memprioritaskan pasangan di atas kepentingan sendiri, merupakan salah satu tanda kamu seorang bucin atau budak cinta.
Seperti diketahui, bucin adalah keadaan di mana kamu lebih mengutamakan pasangan, bahkan menomorduakan kebutuhan sendiri demi kebahagiaannya.
Padahal, hubungan yang sehat itu mendorongmu untuk mencintai diri sendiri dan orang lain secara seimbang.
Hal ini juga dibenarkan oleh psikolog klinis dewasa, Inez Kristanti, M.Psi., dalam webinar yang diikuti PARAPUAN, 2022: Stop Nge- bucin! di MyndfulAct Event, Sabtu (27/11/2021).
Baca Juga: Termasuk Manipulatif, Ini 5 Tanda Pasangan yang Suka Memanfaatkan
"Kita nggak akan bisa jadi segalanya untuk orang lain, sebaliknya orang lain juga nggak akan jadi segalanya bagi kita," ujar Inez.
Tips berhenti jadi bucin
Inez berpesan, "Saat kamu mencintai orang lain, hubungan itu jangan sampai mengisolasimu dari interaksi dengan orang lain."
Lebih lanjut Inez melanjutkan, ada beberapa tips untuk berhenti menjadi budak cinta, antara lain:
1. Menetapkan privasi
Hubungan yang sehat itu ada batasan atau privasi, ini bukan berarti kamu tidak terbuka atau menyembunyikan sesuatu dari pasangan.
"Di dalam hubungan itu kita perlu ada privasi, nggak bisa semuanya dibagikan ke orang lain karena dapat kehilangan jati diri sendiri," ujar Inez.
2. Prinsip kemitraan dan bukan kepemilikan
Pasangan adalah mitra, bukan berarti kita memiliki mereka sama seperti benda yang bisa diakui atau didominasi.
"Hubungan itu partnership, not ownership. Kita harus ada kontrol diri, nggak bisa memperlakukan orang lain sama seperti barang," kata Inez.
Ia melanjutkan, hubungan itu berjalan berdampingan, perlu setara, dan tidak ada yang paling menguasai atau dominan.
Baca Juga: Wah, Ternyata Ini 5 Alasan Seseorang Suka Memeriksa Ponsel Pasangan
3. Komunikasi yang sehat
Menurut Inez, ada tiga jenis komunikasi yang sehat yaitu clear, assertive, dan listening.
"Semua komunikasi dalam hubungan harus clear atau jelas, bukan jawaban terserah dan bukan memberikan kode-kode," ungkap Inez.
Selanjutnya adalah assertive. Yaitu kemampuan komunikasi di antara agresif dan submisif, dengan menunjukkan rasa percaya diri dan tegas.
"Dalam hubungan, kita harus mengomunikasikan keinginan dan kebutuhan secara jelas, tegas, dan tetap sopan," imbuhnya.
Komunikasi yang sehat ketiga adalah listening, yaitu kemampuan komunikasi saling mendengarkan perspektif pasangan tanpa menginterupsi.
"Mendengarkan adalah komunikasi yang penting, tapi sering dilupakan. Kadang kita gak butuh solusi atau saran, tapi hanya butuh didengarkan," tutur Inez.
4. Introspeksi diri
Inez mengingatkan, tidak semua hal yang tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan adalah perilaku toksik orang lain.
"Terkadang, kita perlu tahu kapan harus berintrospeksi diri apakah kita sendiri yang toksik, atau memang situasinya tidak bisa diubah dan kita perlu pergi," tutur Inez.
Ia melanjutkan, contoh hubungan toksik itu seperti gaslighting (mempertanyakan realitas diri sendiri), love bombing (di awal hubungan sangat manis untuk manipulasi), co-depence (ketergantungan), dan trust issue (sulit percaya).
Kawan Puan, itulah beberapa tips berhenti jadi bucin dari psikolog yang bisa kamu coba.
Setelah membaca tips di atas, apakah kamu siap berhenti jadi budak cinta mulai hari ini? (*)
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.