Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024

Perilaku Konsumtif Beli Pakaian Bisa Berdampak Buruk bagi Lingkungan

Kompas.com - 23/07/2021, 13:15 WIB
Editor Citra Narada Putri

Parapuan.co – Siapa di antara Kawan Puan yang setiap kali melihat selebgram favorit atau artis idola pakai baju yang keren langsung tergiur untuk membeli baju yang serupa?

Begitu juga dengan kamu yang tak pernah mau ketinggalan dengan tren fashion terbaru, pasti langsung cepat memilih baju mana saja yang masuk dalam daftar beli.

Perihal pakaian tersebut benar dibutuhkan atau tidak, itu urusan belakangan, yang penting punya baju baru jadi hal penting bagi banyak perempuan. 

Jika Kawan Puan masih melakukan kebiasaan itu, bisa jadi kamu berkontribusi merusak lingkungan.

Ya, tanpa disadari, kebiasaan masyarakat yang konsumtif dalam hal pakaian turut berkontribusi pada menumpuknya limbah pakaian yang berdampak buruk bagi lingkungan loh. 

“Memang kita juga termasuk salah satu pemakai atau berkontribusi pada  fast fashion. Pakaian-pakaian diproduksi secara masif dan banyak dijual secara murah. Sementara season tergus berganti,” jelas Aretha Aprilia, pakar manajemen limbah dan energi, saat diwawancarai PARAPUAN.

Untuk diketahui, fast fashion adalah istilah di industri tekstil yang memproduksi berbagai model pakaian yang terus berganti secara cepat, serta menggunakan bahan baku yang berkualitas buruk, sehingga tidak tahan lama.

Baca Juga: Dukung Slow Fesyen, Ini Rekomendasi Tempat Rental Baju Pesta Untukmu

Bahkan, pada tahap produksi itu sendiri industri pakaian kebanyakan memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan.

“Dari awal memproduksi pakaian, industri tekstil adalah salah satu industri yang polluting untuk lingkungan. Banyak menyebabkan polusi air dan udara,” tambahnya lagi.

Hal ini sejalan dengan temuan Changing Markets Foundation yang dirilis pada Juni 2021 lalu bahwa industri pakaian bertanggung jawab atas lebih dari 20 persen polusi air di dunia.

Ironisnya lagi, laporan International Union for Conservation of Nature tahun 2017 menunjukkan bahwa tekstil akan menjadi sumber polusi mikroplastik laut terbesar di dunia.

Bagaimana dengan di Indonesia?

Menurut pengamatan Aretha, Indonesia sendiri termasuk salah satu produsen dan konsumen pakaian terbesar.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019 menunjukkan bahwa produksi industri pakaian mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 15,29 persen.

“Ini seperti pisau bermata dua. Di satu sisi memang bagus karena mereka bisa menyerap tenaga kerja, cuman di sisi lain juga mereka memproduksi pakaian secara massal dalam jumlah yang sangat masif,” ujar Aretha.

Tak hanya itu saja. Di beberapa daerah ia juga kerap menemui perusahaan tekstil yang menggunakan pewarna dengan pengelolaan limbah yang buruk.

“Ada industri tekstil yang pakai pewarna dan kemudian dibuang ke sungai begitu saja,” tambahnya lagi.

Nasib Pengolahan Limbah Pakaian

Tak hanya merusak lingkungan di level produksi, industri pakaian juga pada akhirnya membebani kita semua karena berujung jadi limbah yang sulit didaur ulang.

Bukannya tanpa sebab, pasalnya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang hanya bisa mengolah 50 ton sampah per hari.

Angka ini tak sebanding lurus dengan jumlah sampah yang masuk ke area TPA Bantar Gebang Jakarta sebanyak 7.000 hingga 7.500 ton per harinya. Persentase pengolahannya sangat kecil.

Menurut data Jakarta dalam Angka tahun 2017, persentase komposisi sampah DKI Jakarta untuk kategori kain adalah 1,11 persen.

“Sampah kain 1,11 persen, tapi kalau dari 7.500 ton per hari total keseluruhan sampah di Jakarta, berarti kita membuang 83,25 ton sampah kain per hari,” jelasnya lagi.

Menurut Aretha, sebenarnya peraturan terkait persampahan di Indonesia sudah cukup lengkap, hanya saja penegakkan peraturannya masih kurang.

“Kita butuh penegakkan peraturannya yang lebih tegas dari pemerintah terhadap polluters,” ujarnya menegaskan.

Termasuk soal implementasi dari program-program pemerintah terkait pengelolaan sampah. Menurut Aretha, orang awam tak banyak yang tahu seperti apa implementasi dari pengolahan sampah tersebut.

“Diolah seperti apa? Apakah pengolahannya sudah sesuai dengan materialnya atau tidak?” ujarnya yang menyayangkan tak adanya transparansi dan ketegasan perihal pengolahan limbah tersebut.

Baca Juga: Bijak Pilih Pakaian, Ini 4 Serat Sintetis yang Tidak Ramah Lingkungan

Ironisnya lagi, sekalipun kita telah memilah sampah berdasarkan kategorinya, pada saat sampai di TPA sudah dalam kondisi tercampur.

“Ini membuat masyarakat menjadi malas untuk memilah sampah. Jadi belum ada streamline antara peraturan hingga implementasinya di lapangan,” tambahnya.

Padahal, pemilahan sampah menjadi salah satu kunci penting dalam pengolahan limbah.

 “Karena belum terpilah, jadi seringkali tidak bersih. Biasanya kalau sudah tercampur dan kotor, akhirnya tidak diambil oleh pelapak atau pemulung. Itu pun menjadi worthless,” jelasnya lagi.

Sampah yang telah tercampur akan semakin sulit untuk diolah, hingga pada akhirnya akan berujung di laut.

“Makanya marine litter juga ternyata bukan hanya plastic waste, tapi juga textile waste,” papar Aretha lagi.

Salah satu buktinya adalah pernah ditemukan sebuah kasus lumba-lumba yang tercekik pakaian dalam perempuan di Meksiko. Sementara itu, ditemukan juga banyak sampah pakaian di dasar laut.

Mengurangi dari Sumbernya

Hanya menunggu langkah dari pemerintah untuk mengatasi masalah limbah pakaian tentu bukan hal yang bijak dilakukan.

Secara cepat, seharusnya masyarakat bisa secara paralel meminimalisir masalah sampah tekstil yang tak kalah berbahayanya dengan limbah plastik maupun makanan.

Seperti yang disampaikan oleh Aretha, “Intinya memang kita harus sebisa mungkin mengurangi sampah sebesar-besarnya agar tidak berakhir di TPA dan membebaninya.”

Bukan tanpa sebab, kemampuan dan kapasitas TPA untuk mengolah serta menampung sampah sangatlah terbatas.

Terlebih lagi belum ada teknologi yang cukup mumpuni kita miliki untuk mengolahnya.

“Coba bayangkan kalau nanti TPA sudah overloaded dan tidak ada tempat untuk buang sampah, lantas gimana? Mau kemana sampah itu dibuang?” ujar Aretha resah, mengingat kini sampah yang masuk ke TPA mencapai 140 kali lipat lebih banyak daripada daya olahnya.

Saling menyalahkan siapa yang salah dan siapa yang harus bertanggung jawab dari isu limbah pakaian tentunya tak akan menyelesaikan masalah.

Baca Juga: Serat Kain Ini Tak Hanya Merusak Lingkungan, Tapi Juga Buruk Bagi Kesehatan

Kita sebagai pengguna bisa mengontrol apa yang kita kenakan sehari-hari dan turut berpartisipasi mengurangi sampah dari sumbernya.

Kita sendiri yang harus bisa memilih mana yang kira-kira kebutuhan dan keinginan.

Apakah kita harus selalu membeli pakaian baru hanya demi mengikuti tren tanpa mengindahkan dampaknya pada lingkungan?

Alih-alih menjadi konsumtif, Aretha pun menyarankan untuk menerapkan gaya hidup dengan pedoman quality over quantity.

“Pilih produk (pakaian) yang memang agak mahal tapi berkualitas dan bisa tahan lama. Itu lebih baik dibandingkan kita membeli yang murah tapi berkali-kali dan berujung dibuang,” jelasnya.

Gaya hidup masyarakat yang konsumtif adalah salah satu cikal bakal kehidupan yang tidak berkelanjutan.

“Jadi memang at the end of the day, kembali lagi ke tangan konsumen agar lebih hati-hati dan bijak dalam menggunakan serta memilah sampah pakaian karena ketika kita ingin berupaya supaya sampah itu tidak masuk ke TPA. Karena kalau tidak kita siapa lagi?” tutupnya.(*)

Baca Juga: Ternyata, Tak Semua Brand Label 'Green Fashion' Mempraktikkan Mode Berkelanjutan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Dari Beasiswa sampai Kesempatan Kerja, Begini Aksi Amartha Wujudkan Kesetaraan Gender di Indonesia

Dari Beasiswa sampai Kesempatan Kerja, Begini Aksi Amartha Wujudkan Kesetaraan Gender di Indonesia

PARAPUAN
Kostrad Adakan Kampanye Disiplin dan Tertib Berlalu Lintas, Jasa Raharja Beri Dukungan

Kostrad Adakan Kampanye Disiplin dan Tertib Berlalu Lintas, Jasa Raharja Beri Dukungan

PARAPUAN
LG New Eco, AC Hemat Listrik dan Senyap dari LG Resmi Dipasarkan

LG New Eco, AC Hemat Listrik dan Senyap dari LG Resmi Dipasarkan

PARAPUAN
Brand Fashion Milik Orang Indonesia Ini Jualan Batik Bermotif Unik di Korea Selatan

Brand Fashion Milik Orang Indonesia Ini Jualan Batik Bermotif Unik di Korea Selatan

PARAPUAN
Dorong Kepatuhan Kendaraan Bermotor, Tim Pembina Samsat Nasional Siapkan Strategi Pelayanan Baru

Dorong Kepatuhan Kendaraan Bermotor, Tim Pembina Samsat Nasional Siapkan Strategi Pelayanan Baru

PARAPUAN
Sambut Bulan Ramadan dengan 5 Amalan Virtual Ini

Sambut Bulan Ramadan dengan 5 Amalan Virtual Ini

PARAPUAN
Tips Wujudkan Liburan Asyik dan Hemat ke Vietnam dengan Let’s Go! with Traveloka

Tips Wujudkan Liburan Asyik dan Hemat ke Vietnam dengan Let’s Go! with Traveloka

PARAPUAN
Jelang Konser TREASURE, Simak Jadwal Penukaran Tiket dan Lokasinya

Jelang Konser TREASURE, Simak Jadwal Penukaran Tiket dan Lokasinya

PARAPUAN
BUMN Sediakan 65.603 Kuota Mudik Gratis untuk Lebaran 2023

BUMN Sediakan 65.603 Kuota Mudik Gratis untuk Lebaran 2023

PARAPUAN
Ini Rekomendasi Alat Pijat Wajah agar Kulit Lebih Kenyal, Harga Mulai Rp 160 Ribuan

Ini Rekomendasi Alat Pijat Wajah agar Kulit Lebih Kenyal, Harga Mulai Rp 160 Ribuan

PARAPUAN
7 Lagu Baru JKT48 yang Dirilis, Ada Benang Sari, Putik, dan Kupu-Kupu Malam

7 Lagu Baru JKT48 yang Dirilis, Ada Benang Sari, Putik, dan Kupu-Kupu Malam

PARAPUAN
Ciptakan Natural Makeup dengan Rangkaian Produk barenbliss, Ini Tipsnya dari Ziva Magnolya

Ciptakan Natural Makeup dengan Rangkaian Produk barenbliss, Ini Tipsnya dari Ziva Magnolya

PARAPUAN
Meriahkan Hari Perempuan Internasional, EIGER Adakan Acara Women in Adventure: Passion for Inclusion

Meriahkan Hari Perempuan Internasional, EIGER Adakan Acara Women in Adventure: Passion for Inclusion

PARAPUAN
Ini Bentuk Dukungan Jasa Raharja untuk KTT ASEAN Summit 2023

Ini Bentuk Dukungan Jasa Raharja untuk KTT ASEAN Summit 2023

PARAPUAN
Jasa Raharja Gandeng Universitas Brawijaya Kampanyekan Keselamatan Berlalu Lintas

Jasa Raharja Gandeng Universitas Brawijaya Kampanyekan Keselamatan Berlalu Lintas

PARAPUAN
Penulis Naskah Kim Eun Sook Sebut The Glory Part 2 Lebih Menakutkan

Penulis Naskah Kim Eun Sook Sebut The Glory Part 2 Lebih Menakutkan

PARAPUAN
Ini Kata Dokter tentang Seberapa Sering Kita Harus Mengganti Pakaian Dalam

Ini Kata Dokter tentang Seberapa Sering Kita Harus Mengganti Pakaian Dalam

PARAPUAN
Tokopedia dan Kementerian Investasi/BKPM Permudah Perempuan Pelaku UMKM Miliki NIB

Tokopedia dan Kementerian Investasi/BKPM Permudah Perempuan Pelaku UMKM Miliki NIB

PARAPUAN
LG Resmi Pasarkan LG Posé, TV OLED dengan Desain Estetik

LG Resmi Pasarkan LG Posé, TV OLED dengan Desain Estetik

PARAPUAN
Dapatkan Berbagai Keuntungan dengan Bergabung Sebagai Content Creator di Gank

Dapatkan Berbagai Keuntungan dengan Bergabung Sebagai Content Creator di Gank

PARAPUAN
Persiapan Operasi Ketupat 2023, Jasa Raharja Bersama Mitra Terkait Tinjau Pelabuhan Merak dan Ciwandan

Persiapan Operasi Ketupat 2023, Jasa Raharja Bersama Mitra Terkait Tinjau Pelabuhan Merak dan Ciwandan

PARAPUAN
Pengelolaan Attack Surface Jadi Kunci Keamanan Cyber Security, Begini Tips dari Ahli

Pengelolaan Attack Surface Jadi Kunci Keamanan Cyber Security, Begini Tips dari Ahli

PARAPUAN
Melalui Program Relawan Bakti BUMN, Erick Thohir Berharap Pegawai BUMN Memiliki Kontribusi Bagi Masyarakat

Melalui Program Relawan Bakti BUMN, Erick Thohir Berharap Pegawai BUMN Memiliki Kontribusi Bagi Masyarakat

PARAPUAN
Kostum Asli BLACKPINK Dipamerkan di Jakarta, Ada yang Dipakai saat Coachella

Kostum Asli BLACKPINK Dipamerkan di Jakarta, Ada yang Dipakai saat Coachella

PARAPUAN
Hadirkan Ragam Teh Herbal untuk Kesehatan, El Royal Family Dukung Kampanye Teh 1 Juta Harapan

Hadirkan Ragam Teh Herbal untuk Kesehatan, El Royal Family Dukung Kampanye Teh 1 Juta Harapan

PARAPUAN
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+