Neuengamme, Saksi Bisu Kekejaman Nazi

Kompas.com - 09/08/2011, 16:18 WIB

Oleh: A Ponco Anggoro

Kamp konsentrasi Neuengamme bak neraka bagi ribuan tahanan di dalamnya . Mereka dipaksa bekerja keras, kerap kali disiksa, tanpa makanan yang cukup, dan harus tinggal di ruang tahanan yang buruk kondisinya. Tidak heran, dari sekitar 106.000 tahanan, separuhnya meninggal dunia.

Kamp konsentrasi yang berlokasi di Distrik Bergedorf, Hamburg, Jerman ini merupakan satu dari sedikitnya sepuluh kamp konsentrasi berukuran besar yang dibangun oleh rezim Nazi yang menguasai Jerman sejak tahun 1937 sampai 1945.

Kamp itu sendiri didirikan pada bulan Desember 1938. Namun berbeda dengan kamp-kamp konsentrasi lain, seperti Auschwitz, yang dibentuk untuk menahan dan memusnahkan mereka yang beragama Yahudi, kamp ini digunakan untuk menahan mereka yang menentang Nazi, homoseksual, komunis, gipsi, dan tahanan perang.

"Di Neuengamme, mereka dipaksa membuat senjata yang dibutuhkan Nazi selama Perang Dunia II, dan juga membuat batu bata. Tahanan harus bekerja. Jika tidak, mereka akan disiksa , bahkan tidak jarang tahanan yang tidak menurut akan ditembak mati atau digantung," ujar sejarawan Ulrike Jensen.

Tanpa waktu istirahat dan makanan yang memadai, pria dan wanita yang menjadi tahanan, tetap dipaksa bekerja , sekalipun suhu udara berubah minus saat musim dingin. Dan saat malam tiba, ribuan tahanan harus tidur di barak-barak yang terbuat dari kayu , dengan kondisi udara yang lembab, berdesak-desakan.

Tidak heran jika kemudian banyak dari tahanan yang meninggal karena kelaparan atau karena terserang penyakit, seperti tuberkulosis dan tifus. Tidak heran pula jika beratnya kondisi di Neuengamme itu mendorong sejumlah tahanan putus asa, dan akhirnya memilih bunuh diri.

Kami tidak pernah memimpikan kebebasan. Kami hanya berharap bisa melewati hari, dan melihat yang terjadi pada hari berikutnya, ujar salah satu mantan tahanan yang kesaksiannya bisa dilihat di salah satu video di Neuengamme.

Kamp konsentrasi yang berada di pinggir Kota Hamburg atau berjarak sekitar 15 kilometer dari pusat Kota Hamburg itu baru ditutup saat Nazi kalah perang pada tahun 1945. Dari sekitar 106.000 tahanan, separuhnya atau antara 42.000 sampai 49.000 tahanan diantaranya, meninggal dunia.

Kami menghadapi semuanya bersama, saling membantu, itulah yang membuat kami bisa bertahan hidup. Jika ada tahanan yang merasa putus asa, ada tahanan lain yang membangkitkan semangat nya, tutur mantan tahanan lain yang testimoninya direkam dan bisa didengar di Neuengamme.

Se telah kamp ditutup, sebagian besar dari lokasi di tempat kamp itu berada diubah menjadi penjara oleh pemerintah. Namun karena pembangunan penjara ini dinilai bukan sesuatu hal yang pantas untuk mengenang apa yang sudah terjadi di Neuengamme, secara bertahap sejak tahun 1989, penjara direlokasi.

Sebagai gantinya, pada tahun 2005 dibangun museum. Museum dilengkapi berbagai foto , lukisan, bekas rangka tahanan yang terbuat dari kayu, testimoni mantan tahanan yang selamat dalam bentuk video dan rekaman suara, dan juga sejumlah alat yang pernah digunakan tahanan untuk bekerja.

Nama dari ribuan tahanan yang meninggal juga dipampang di salah satu bangunan di Neuengamme. Namun tidak seluruhnya karena setelah Nazi ka lah perang, dokumen yang menyebutkan nama-nama tahanan di Neuengamme berusaha mereka musnahkan agar apa yang mereka lakukan tidak diketahui orang.

Dari total estimasi korban meninggal dunia sebanyak 42.000 sampai 49.000 tahanan, hanya sekitar 22.400 tahanan diantaranya yang namanya diketahui dan tertera di dinding-dinding bangunan itu. Di bangunan inilah , keluarga ataupun pengunjung seringkali menaruh bunga untuk mengenang mereka yang meninggal.

Selain museum, dibangun pula sejumlah monumen. Patung The Dying Prisoner karya Francoise Salmon yang menggambarkan kondisi tahanan yang sekarat, adalah salah satunya.

Euer Leiden, Euer Kampf und Euer Tod sollen nicht vergebens sein (penderitaan Anda, perjuangan Anda, dan kematian Anda tidak akan sia-sia)! Tulisan yang terpampang di salah satu monumen di Neuengamme itu menjadi peringatan untuk sekarang dan masa depan agar peristiwa serupa tak terulang lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com