Aksi Teroris Milenial, Mengapa Fenomena Ini Terjadi?

Kompas.com - 01/04/2021, 18:22 WIB
Tsarina Maharani,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar terorisme dan pendiri Yayasan Prasasti Perdamaian, Noor Huda Ismail mengatakan, ada tiga hal yang memicu orang-orang kelompok usia muda tertarik mengikuti aksi terorisme.

Ketiga aspek tersebut adalah pencarian jati diri, ekspresi diri, dan media sosial.

Ismail mengatakan, anak-anak muda masih membutuhkan validasi dari lingkungan sosialnya. Hal ini yang menyebabkan mereka rentan terpapar radikalisme dan terorisme.

"Ini permasalahan anak muda, pencarian jati diri, identitas. Kemudian pada individunya sendiri biasanya ada masalah," kata Ismail saat dihubungi, Kamis (1/4/2021).

Baca juga: Suami Istri dan Perempuan Muda Jadi Pelaku Teror, Ketua DPR: Mengkhawatirkan dan Menyedihkan

Berikutnya, sebagai cara mengekspresikan diri.

Ismail berpendapat, mereka yang masih muda memiliki kecenderungan untuk bisa mengekspresikan diri lewat cara yang cepat mendapatkan perhatian orang lain.

Dalam konteks ajakan teror misalnya, mereka biasanya dikatakan sebagai pemberi manfaat bagi orang lain lewat sebuah aksi teror.

"Ada konsep namanya syafaat. Mereka ini maunya mengorbankan diri agar bosa memberikan syafaat kepada orangtua yang menurut dia tidak sesuai dengan ajaran Islam. Mereka dijualinnya di situ," Ismail.

Baca juga: Aksi Teroris Milenial: Lone Wolf, Unggah Konten di IG, Pamit di Grup WhatsApp

Kemudian, kata Ismail, dampak psikologis dari penggunaan media sosial.

Lewat media sosial, misalnya, mereka melihat berbagai konten aksi teror yang viral.

"Di sini, kelompok-kelonpok ini bermain dengan psikologis orang-orang," tutur Ismail.

Sementara itu, secara umum, Ismail mendorong agar pemerintah agar lebih serius memberantas terorisme di akar rumput.

Baca juga: Mahfud MD dan BNPT Pernah Ingatkan Ancaman Teroris Milenial, Jumlahnya Ribuan

Menurut dia, berbagai instansi pemerintah perlu meningkatkan koordinasi mulai dari tingkat atas hingga bawah.

"Aspek sosialnya perlu ditingkatkan lagi. Yaitu integrasi sosial, rehabilitasi baik korban maupun pelaku, pencegahan, toleransi, dan berpikir kritis dan konstruktif. Ini yang perlu dikoordinasikan," kata Ismail.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com