“ya, semuanya baik-baik saja sayang! seperti biasa!”,
suara seseorang bergema
bocah itu kaget
ia melihat sekeliling
namun tak ada siapa-siapa, selain tubuh ayah-ibu beserta saudara-saudaranya
yang telah membiru
dan genangan darah yang berkerak
mengotori dinding lapuk yang belum lama di cat ayahnya
barang-barang berserakan
vas bunga pecah, foto keluarga remuk kacanya, mainan yang berhamburan, pisau…
pisau yang penuh bercak darah yang telah mengering
digenggamnya pisau itu
ah, sekarang ia ingat semuanya
seberkas sinar matahari pagi yang masuk melalui celah-celah atap menerangi pondok itu seperti biasa
bocah itu tersenyum
pisau itu tersenyum
mayat-mayat itu tersenyum
semua yang ada di rumah itu tersenyum
/2/
penonton dan pemain bertepuk tangan
tertawa, berkekehan senang.
tetapi dramanya belum usai. drama ini belum usai. sayang.
aku menangis. airmataku tertawa.
Jogja, Mei 2009
--------
BIODATA SINGKAT
Dea Anugrah. Lahir di Pangkalpinang, Bangka Belitung, 27 Juni 1991. Aktif menulis puisi. Saat ini sedang menempuh pendidikan di Fakultas Filsafat UGM. Memilih untuk menjadi penyair karena gemar mabuk puisi dan berbulat tekad untuk meminangnya. Setelah menikah, belakangan semakin memantapkan diri berada di jalur poligami, hidup dengan istri-istri terkasih: bulan, malam, buku dan puisi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.