Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat Musik Soroti Kesalahan Utama Berdendang Bergoyang Festival

Kompas.com - 01/11/2022, 13:01 WIB
Vincentius Mario,
Andi Muttya Keteng Pangerang

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Festival musik Berdendang Bergoyang seharusnya diadakan tiga hari pada 28-30 Oktober 2022.

Namun, polisi mencabut izin acara tersebut pada hari kedua lantaran ada beberapa kendala.

Banyak pihak yang melayangkan rasa kecewa terkait festival Berdendang Bergoyang. Salah satunya adalah pengamat sekaligus praktisi musik Wendi Putranto.

Baca juga: 4 Temuan Polisi di Festival Musik Berdendang Bergoyang

Menurut Wendi, salah satu poin yang menjadi faktor kendala dari konser ini adalah pemilihan lokasi.

"Kesalahan utama adalah pemilihan venue Istora Senayan untuk festival star studded line-up nasional seperti ini. Indoor Istora itu kapasitas 7000 pax, diisi +10.000 aja tanpa ada panggung-panggung lain aja sudah padat banget traffic crowdnya," tulis Wendi Putranto dikutip dari akun @wenzrawk, Selasa (1/11/2022).

Wendi mengamati, tempat yang disediakan festival tersebut tak berbanding lurus dengan jumlah fans yang datang.

Baca juga: Luapan Kekecewaan Penonton yang Menyesal Datang ke Festival Berdendang Bergoyang

Sehingga, mobilitas penonton dari panggung ke panggung begitu sulit dan terhambat.

"Susah buat pergeseran crowd antar panggung pastinya. Rata-rata penampil adalah nama-nama besar semua dengan fanbase ribuan orang, ngebayanginnya aja ngeri tumplek blek di satu venue. Itu makanya Java Jazz Fest check out dari Senayan lebih dari 1 dekade lalu, udah gak muat lagi," lanjut Wendi.

Lebih jauh, menurut Wendi Putranto, festival seperti Berdendang Bergoyang seharusnya digelar di venue yang lebih besar seperti di JI-Expo Kemayoran.

Baca juga: Dari Tragedi Itaewon hingga Konser Berdendang Bergoyang, Sebuah Potret Dahaga Massa

"Ini idealnya memang di JIEXPO venuenya, semua fasilitas publik sudah sangat mendukung. Bicara bakal rame atau sepi karena diadakan setelah Pespor dan Sync Fest itu topik lain lagi untuk dibahas," tulis Wendi Putranto.

Wendi Putranto juga menyoroti hal-hal kecil seperti penanganan sampah, crowd control management, hingga show management.

"Memang minim tempat sampah tapi sejelek-jeleknya jangan ditinggal begitu aja setelah makan/minum. Kalau gak ada kesadaran dari masing-masing penontonnya mau ada ratusan staf kebersihan pun tidak akan pernah cukup untuk menangani gunungan sampah dari para penonton di festival," tulis Wendi.

Baca juga: Kekacauan Berdendang Bergoyang Festival, Psikolog: Euforia Setelah Dikekang Selama Pandemi

Terlepas dari itu, Wendi bersyukur Berdendang Bergoyang Festival tak berakhir seperti Tragedi Kanjuruhan. 

"Semakin banyak amatir bikin festival dengan ribuan/puluhan ribu penonton maka semakin dekat pula kita dengan Tragedi Kanjuruhan versi Musik. Untungnya itu tidak terjadi kemarin dan jangan sampai pernah terjadi di depan nanti. Demi showbiz yg lebih aman dan nyaman. Semoga!" tutup Wendi.

Kabar terbaru, Polres Metro Jakarta Pusat (Jakpus) telah mengagendakan pemeriksaan terhadap event organizer (EO) Berdendang Bergoyang Festival.

Rencananya ada empat orang yang akan dimintai keterangannya oleh penyidik pada hari ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com