Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/08/2022, 22:33 WIB
Vincentius Mario,
Dian Maharani

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wahana Train To Apocalypse bisa jadi langsung mengingatkan orang pada adegan dalam Train To Busan, sebuah film Korea yang rilis pada 2016 lalu.

Wahana berlokasi di Stasiun LRT Boulevard Utara, Kelapa Gading, Jakarta Utara, tersebut memang mengambil inspirasi penuh dari film Train To Busan.

Hal itu diungkap oleh Billy Junior, CEO Pandora Box yang menyelenggarakan wahana Train To Apocalypse.

Baca juga: Spot Menakutkan Train to Apocalypse, Wahana Mirip Train to Busan

"Kami awalnya mendapat tawaran dari manajemen LRT, kami mendapat tawaran bekerja sama, meramaikan, membuat eksposure agar masyarakat kenal LRT. Awalnya kita sempat bingung bikin apa. Cuma terpikir Train To Busan. Lalu terlintas ada rumah hantu, Train To Busan, jadi kita terinspirasi dari sana, kita kembangkan konsepnya," kata Billy saat ditemui Kompas.com di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa (9/8/2022).

Meski begitu, Billy memastikan wahana Train To Apocalypse mengusung konsep yang berbeda dari wahana rumah hantu lainnya.

"Dan kita tidak seperti rumah hantu pada umumnya. Rumah hantu lebih banyak jump scare. Hantunya keluar secara random. Kalau kita benar-benar ada mission, dan ada teatrikal. Jadi pengunjung seperti di dalam sebuah skrip, cerita, ada cerita yang mengawal pengunjung," ucap Billy.

Baca juga: Link dan Cara Beli Tiket Wahana Train To Apocalypse

Meski sangat menegangkan, Billy memastikan para zombie jadi-jadian tersebut tidak akan menyentuh para pengunjung.

"Di dalam peron, ada teatrikal juga, tapi kita pastikan tetap konsepnya no touching. Untuk para pengunjung, kita tidak ada sentuhan sama sekali. Tapi creepy, seramnya tetap dapat," ujar Billy.

Billy menambahkan, beberapa konsep yang dia buat juga telah melalui risetnya soal psikologi manusia.

Baca juga: Daftar Harga Tiket Wahana Train To Apocalypse, Termurah Rp 45.000

"Saya sebagai salah satu creator membuat ini tidak segampang itu. Saya benar-benar mempelajari psikologi manusia. Deliver-nya ke psikologi," ungkap Billy.

Halaman:

Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com