BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Mola

Dari Mahasiswa Dropout hingga jadi Aktor Terkenal, Richard Gere Ceritakan Kisah Hidupnya di Mola Living Live

Kompas.com - 15/01/2022, 12:47 WIB
Yogarta Awawa Prabaning Arka,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Nama Richard Gere tentu tak asing bagi pencinta film Hollywood di era 1980-an dan 1990-an. Pasalnya, pada periode ini, Gere tampil sebagai pemeran utama di berbagai film box office. Tak heran, aktor yang kini berusia 72 tahun itu menjadi idola pencinta film.

Adapun sejumlah film yang melambungkan namanya adalah Days of Heaven (1978), American Gigolo (1980), An Officer and a Gentleman (1982), Pretty Woman (1990), Sommersby (1993), Primal Fear (1996), Red Corner (1997), Runaway Bride (1999), Chicago (2002), I'm Not There (2007), Arbitrage (2012), dan Norman: The Moderate Rise and Tragic Fall of a New York Fixer (2016).

Film-film tersebut juga mengantarkan Gere sebagai peraih sejumlah penghargaan bergengsi. Sebut saja, Best Foreign Actor di ajang David di Donatello Award (1979) untuk film Days of Heaven, Freedom of Expression Award pada National Board of Review (1997) untuk film Red Corner. Puncaknya, Best Performance by an Actor in a Motion Picture - Comedy or Musical pada ajang Golden Globe (2003) untuk film Chicago.

Gere mengaku, perjalanan karier di dunia akting tidak datang begitu saja. Awalnya, ia menekuni bidang gimnastik di bangku kuliah karena tidak terlalu menonjol soal akademik.

Berkat gimnastik, Gere mendapatkan beasiswa di Universitas Massachusetts. Di kampus itu, ia memilih jurusan filsafat.

Namun, saat kuliah, ia memutuskan berhenti menekuni gimnastik. Pasalnya, ia melihat bahwa kampusnya memiliki banyak pesenam berbakat yang lebih hebat darinya.

Pada saat bersamaan, ia juga merasa jenuh dengan kehidupan kampus. Akhirnya, Gere memutuskan keluar dari kampus. Ia banting stir dengan menekuni dunia akting di sebuah sekolah drama.

“Saya memilih menjadi aktor karena akting merupakan storytelling yang dapat membawa saya mengeksplorasi berbagai bidang lain, seperti psikologi, filsafat, metafisika, serta profesi lain,” ujar Gere saat menjadi bintang tamu Mola Living Live, Kamis (14/1/2022).

Gere mengawali karier profesional sebagai aktor di Seattle Repertory Theater dan Provincetown Playhouse di Cape Cod pada 1969.

Namun, ia baru mendapatkan peran sebagai tokoh utama pada 1973. Gere dipercaya memerankan Daniel "Danny" Zuko dalam teater musikal Grease yang dipertunjukkan di New London Theatre.

Dari bintang teater menuju film

Berkat memerankan Daniel "Danny" Zuko, Gere mulai mendapatkan panggung di dunia film Hollywood. Debut aktingnya dimulai pada film Report to the Commissioner (1975). Saat itu, ia mendapatkan peran pembantu, Billy.

Selanjutnya, pada periode 1976-1979, ia membintangi lima film, yakni Baby Blue Marine, Looking for Mr. Goodbar, Bloodbrothers, Days of Heaven, serta Yanks.

Namanya mulai dikenal luas oleh publik Amerika Serikat (AS) saat ia berperan sebagai Julian Kay, tokoh utama dalam film American Gigolo (1980). Julian merupakan seorang gigolo yang kerap melayani perempuan kelas atas demi menunjang gaya hidupnya yang hedonis dan materialistis.

Kesuksesan film tersebut menjadikan Gere sebagai aktor terkemuka dan simbol seks pada masa itu. Film itu juga menjadi batu loncatan dalam kariernya.

Kepada Dino Patti Djalal, Gere bercerita, ia mendapatkan peran tersebut dua minggu sebelum proses syuting dilakukan. Mulanya, peran Julian Kay hendak diberikan kepada John Travolta. Namun, Travolta mengundurkan diri. Sang sutradara, Paul Schrader, pun datang menghampirinya untuk menawarkan peran tersebut.

“Saya menyukai karakter Julian dan cerita pada film American Gigolo. Pada saat itu, Paul juga seorang penulis naskah top di Amerika. Setelah menerima tawaran itu, saya mulai melakukan pendalaman karakter, mulai dari mendatangi klub gay sampai berinteraksi dengan para pekerja seks komersial untuk merasakan atmosfer di dunia tersebut,” kata Gere.

Kesuksesan Gere berlanjut saat ia membintangi film An Officer and a Gentleman. Pada film ini, Gere yang berperan sebagai Zack Mayo, kandidat Aviation Officer, beradu akting dengan Debra Winger dan David Keith.

Kepiawaian akting Gere pada film tersebut membuatnya masuk nominasi Best Actor-Motion Picture Drama pada ajang Golden Globe Award 1983.

Delapan tahun berselang, pria kelahiran 31 Agustus 1949 itu membuktikan bahwa kariernya masih bersinar. Ia kembali masuk nominasi Golden Globe Award untuk kategori Best Actor-Motion Picture Musical or Comedy untuk perannya sebagai Edward Lewis pada film Pretty Woman.

Richard Gere tampil dalam Mola Living Live bersama Dino Patti Djalal dan Marissa Anita. DOK. Mola. Richard Gere tampil dalam Mola Living Live bersama Dino Patti Djalal dan Marissa Anita.

Gere mengaku bahwa selama menjalani karier sebagai aktor, Julia Roberts merupakan lawan main yang paling mudah baginya untuk membangun chemistry selama proses syuting. Sekalipun Roberts baru pertama kali berperan di film, keduanya terlihat tidak canggung. Bahkan, Roberts berhasil mengimbangi akting Gere dan menampilkan pesona wanita muda yang genit pada film itu.

Pretty Woman, lanjut Gere, mulanya merupakan film drama bernuansa gelap. Pasalnya, film yang menceritakan hubungan timpang antara seorang miliuner, Edward, dan pekerja seks komersial, Vivian, ini diakhiri dengan kematian Vivian karena overdosis narkoba.

Gere melanjutkan bahwa pihak Disney Studio tidak sepakat dengan naskah tersebut. Akhirnya, mereka memutuskan untuk merombak naskah Pretty Woman supaya menjadi kisah komedi romantis dan menjadi dongeng cinta modern seperti yang dikenal sekarang.

Aktingnya yang apik bersama Julia Roberts membuat film tersebut sukses membukukan pendapatan sebesar 463.406.268 dollar AS. Pretty Woman pun masuk dalam daftar film terlaris keempat di AS dan nomor tiga di dunia pada tahun itu.

Pretty Woman merupakan contoh sukses film dengan bujet kecil yang mampu menghasilkan keuntungan besar. Semua pihak yang terlibat mampu menampilkan kinerja terbaik dan merasa enjoy selama proses syuting. Kesuksesan film ini yang mampu menjadi ikonik mengejutkan semua orang,” tuturnya.

Meditasi sebagai sumber ketenangan

Sebagai selebritas Hollywood, Gere tidak terlepas dengan sorotan media ataupun publik. Popularitas tersebut dapat menjadi bumerang bagi seorang aktor.

Untuk menyeimbangkan kondisi mentalnya, Gere mempraktikkan meditasi. Sebenarnya, praktik ini telah ia lakukan sejak berusia 20-an, yakni saat ia mulai memeluk agama Buddha.

Richard Gere tampil dalam Mola Living Live. DOK. Mola. Richard Gere tampil dalam Mola Living Live.

Suami dari Alejandra María Silva García-Baquero ini bercerita, meditasi mampu membuat dirinya berkonsentrasi menghubungkan otak, pikiran, dan tubuh untuk mengubah emosi negatif menjadi positif.

Menurutnya, meditasi yang sejati dilakukan seolah sedang tidak melakukan meditasi dan konsentrasi yang baik tidak membatasi ruang gerak pikiran.

“Tujuan akhir dari meditasi, kita jadi mengetahui bahwa semuanya serbamungkin. Kamu tidak membatasi pikiran dan emosi karena keduanya dapat bergerak bebas ke mana pun. Meski demikian, kamu tidak terdistraksi karena memiliki kesadaran akan kehadiranmu saat ini,” kata Gere.

Aktor yang pernah mengunjungi Candi Borobudur pada 2011 itu mengaku bahwa menjadi pemeluk agama Buddha merupakan titik balik dalam hidupnya.

Saat berusia muda, ia mengalami disonansi kognitif. Kondisi ini ditandai dengan konflik mental antara keyakinan, sikap, dan perilaku seseorang yang tidak selaras.

Hal tersebut memicunya untuk mencari tahu melalui berbagai jalan spiritual. Ia pun menambatkan hatinya pada Buddha aliran Zen.

Gere mengaku, menjadi pemeluk agama Buddha dan praktik meditasi membantu dirinya menangkal berbagai dampak negatif yang muncul dari industri perfilman dan orang-orang di Hollywood.

Menurutnya, meski memiliki kekayaan dan ketenaran, orang-orang yang berkecimpung di dunia hiburan memiliki hasrat tak terbatas sehingga membuat mereka rentan mengalami gangguan emosi. Hal ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks.

“Bagi saya, semua hal yang datang dari luar tidak akan mampu memengaruhi diri saya selama memiliki benteng yang kuat. Termasuk berbagai dampak negatif di dunia perfilman Hollywood,” ujarnya.

Sebagai informasi, Mola Living Live merupakan program yang digagas Mola dengan menghadirkan tokoh kenamaan dunia untuk menceritakan pengalaman hidupnya.

Adapun tokoh dunia inspiratif yang pernah diundang Mola di antaranya Robert De Niro, Francis F Coppola, John Travolta, Oliver Stone, Mike Tyson, Sharon Stone, Luc Besson, Darren Aronofsky, Spike Lee, dan Gary Vaynerchuk.

Anda bisa menyaksikan program Mola Living Live episode Richard Gere serta tokoh lainnya melalui aplikasi Mola yang tersedia di App Store dan Play Store atau melalui situs resmi Mola melalui tautan ini.


Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com