"Dimulai dari pisahin sampah. Mereka gila banget, di rumah pun pisahin sampah. Disiplin banget," tuturnya.
Situasi di jalur penyeberangan pejalan kaki lampu merah pun tertib.
"Meskipun enggak ada mobil, kalau merah ya merah. Mereka diam. Itu aku kayak, 'Wah gila banget'," ujar Jerome.
Baca juga: Kagumi Cara Hidup Warga Jepang, Jerome Polin: Sikap dan Kejujurannya Terbentuk Banget
Sedangkan menurut Maudy, di Indonesia masih kurang adanya budaya cinta belajar.
"Budaya yang benar-benar melihat belajar, finding knowledge itu sepenting itu dan bisa menyenangkan," kata Maudy Ayunda.
Maudy membagikan informasi yang dibacanya dari sebuah buku, bahwa anak-anak muda di Finlandia terbiasa meminjam setidaknya dua buku dari perpustakaan.
"Jadi di sana tanpa disuruh, ada rasa ingin tahu, keinginan untuk bertanya. Mencari informasi itu datang dengan sendirinya dan itu kan pasti dari budaya, turun-menurun," lanjut Maudy.
Jerome bercerita, saat ujian, mahasiswa di Jepang tidak ada yang berani mencoba untuk menyontek.
"Ketika ujian mulai mereka tuh enggak ada satu pun yang inisiatif untuk manggil orang atau 'sst sstt'. Itu keren banget," ungkap Jerome Polin.
Baca juga: Kesan Pertama Bertemu Maudy Ayunda, Jerome Polin: Auranya Beda
Ia mengatakan, di Indonesia malah orang yang tidak mau memberi jawaban ujian dikatai pelit bahkan di-bully.
"Padahal, in the first place, kamu minta jawaban aja itu udah salah sebenarnya. Tapi kenapa kamu nyalahin orang yang enggak mau kasih jawaban," imbuhnya.
Para guru dan orangtua di Jepang pun tegas, kata Jerome. Sehingga membuat para anak muda segan bertindak menyontek sebagai salah satu sikap tidak terpuji.
Jerome sudah bercita-cita menjadi menteri pendidikan sejak masih sekolah dasar (SD).
Motivasi awalnya, ia tidak ingin punya cita-cita yang biasa-biasa saja.
Jerome lalu melihat artikel tentang pendidikan Indonesia di koran yang dibaca ayahnya.