BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Mola

Infinite, Film Laga yang Membenturkan Takhayul, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi

Kompas.com - 01/09/2021, 11:15 WIB
Imalay Naomi Lasono,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Di antara 7 miliar manusia di bumi, 500 individu dianugerahi dengan kemampuan untuk mengingat kehidupan pada masa sebelumnya. Mereka disebut sebagai “the Infinites” atau orang-orang yang telah menjalani beragam kehidupan.

Selayaknya manusia pada umumnya, para Infinite juga terbelah menjadi dua faksi, yakni Believer yang percaya bahwa kekuatan mengingat masa lalu merupakan anugerah untuk membuat bumi lebih baik dan Nihilist, mereka yang merasa kekuatan tersebut sebagai kutukan.

Syahdan, kedua faksi tersebut berselisih dari tahun ke tahun hingga abad ke abad. Kelompok Nihilist menginginkan kehidupan di bumi berakhir. Dengan demikian, kutukan “reinkarnasi” dapat disudahi.

Untuk mewujudkan misi tersebut, Nihilist yang diwakili oleh Bathrust (diperankan Chiwetel Ejiofor) harus mendapatkan “the Egg”, telur yang dapat mengakhiri segala bentuk kehidupan di bumi.

Heinric Treadway (Dylan O’Brien) mengetahui rencana jahat Bathrust. Ia mencuri the Egg dan menyimpannya di tempat rahasia.

Baca juga: Menilik Kembali Heroisme Cut Nyak Dhien lewat Mahakarya Eros Djarot

Karena ulahnya itu, ia pun harus dikejar-kejar oleh Bathrust dan pasukannya. Pengejaran tersebut berlangsung hingga ke masa kehidupan berikutnya, yakni saat Heinric bereinkarnasi pada sosok Evan McCauley (Mark Wahlberg).

Sayangnya, kemampuan Evan menggali ingatan masa lalu tak berjalan mulus. Sejak kecil, ia memang selalu dihantui bayangan dan mimpi mengenai masa lalu. Namun, ia tidak mengetahui bahwa hal tersebut merupakan bagian dari kekuatannya sebagai the Infinite.

Ia pun harus menjalani pengobatan klinis dari psikiater karena didiagnosis skizofrenia. Riwayat klinis akibat keluar masuk rumah sakit jiwa tersebut membuat Evan kesulitan mendapatkan hidup dan pekerjaan yang layak.

Saat berada di titik nadir, Bathrust mendatangi Evan untuk menawarkan bantuan. Ia mengaku sebagai kawan lamanya dan memahami apa yang dirasakan Evan. Uluran tangan Bathrust membuat Evan merasa tertolong.

Namun, hal itu hanya akal-akalan Bathrust saja. Ia ingin ingatan kehidupan masa lalu Evan kembali dan segera mendapatkan the Egg yang dicuri Heinric.

Sejak saat itu, kehidupan Evan berubah. Ketegangan demi ketegangan dialami Evan sampai kemampuannya sebagai the Infinite pulih dan siap menghadapi Bathrust secara langsung.

Demikianlah film Infinite (2021) arahan sutradara asal Pennsylvania, Antoine Fuqua, diawali. Sejak awal, film ini sudah menyuguhkan adegan aksi menegangkan layaknya film laga.

Selain itu, Infinite juga mencoba membenturkan mitos reinkarnasi, ilmu pengetahuan yang digambarkan melalui institusi kesehatan mental, dan teknologi.

Baca juga: Sambut Hari Kemerdekaan, Film The East yang Menceritakan Kekejaman Westerling Layak Ditonton

Untuk diketahui, film Infinite merupakan hasil adaptasi dari novel The Reincarnationist Paper (2009) karya D Eric Maikranz. Sama seperti filmnya, The Reincanationist Paper mengisahkan sejumlah orang yang telah mengalami reinkarnasi selama berabad-abad.

Film Infinite dan novel The Reincanationist Paper tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Plot cerita mengikuti alur dalam novel. Hal ini bukan tanpa alasan. Sebab, Eric terlibat sebagai salah satu penulis naskah.

Mark Wahlberg sebagai Evan McCauley merupakan seorang yang pandai dalam menggunakan pedang.Dok. Mola TV Mark Wahlberg sebagai Evan McCauley merupakan seorang yang pandai dalam menggunakan pedang.

Genre action karya Fuqua

Sebagai seseorang yang telah berlalu-lalang di dunia layar lebar, Fuqua merupakan sutradara yang giat menggarap film bergenre action thriller ataupun crime.

Terbukti, genre itu melekat pada sejumlah film karyanya, seperti Olympus Has Fallen (2013), Shooter (2007), The Equalizer (2014), dan The Equalizer 2 (2018).

Pada sekuel The Equalizer, misalnya, film yang mendapatkan skor 7,2 dari 10 pada situs IMDB tersebut menggambarkan efek dendam pemeran utama kepada salah satu mafia. Penonton pun dibuat tegang dan bertanya-tanya mengenai akhir dari film ini.

Baca juga: Diadaptasi dari Novel Stephen King, Serial TV Mr Mercedes Bikin Tegang Joko Anwar

Sama halnya dengan Infinite. Melalui iming-iming genre action pada novel The Reincarnationist Paper, Fuqua pun bersemangat saat ditawari menyutradarai Infinite. Terlebih, film ini juga menjadi science fiction (Sci-Fi) pertama yang digarap Fuqua.

Sekalipun pertama kali menggarap genre Sci-Fi, Fuqua terbilang berhasil menerjemahkan novel karya Eric. Flash back pada kehidupan Evan, misalnya, digambarkan dengan apik lewat sejumlah adegan aksi.

Penggambaran teknologi masa depan di film Infinite pun tergolong masih berhubungan dengan kehidupan masa kini. Dengan demikian, penonton masih bisa menikmati latar film tersebut.

Gandeng aktor beken Hollywood

Pada penggarapan Infinite, Fuqua menggandeng tiga aktor Hollywood ternama, yakni Mark Wahlberg, Sophie Cookson, dan Chiwetel Ejiofor.

Mark Wahlberg, aktor peraih penghargaan MTV Movie Award, sukses memainkan tokoh protagonis, Evan. Mark berhasil menggambarkan Evan sebagai sosok yang pintar dan berani.

Baca juga: FBI, Serial Wajib buat Penggemar Film Bertema Investigasi

Sebagai contoh, saat ia menempa besi untuk mendapatkan obat penenang dari preman. Namun, di akhir, ia harus melawan preman yang membelot tidak sesuai dengan kesepakatan.

Di tengah segala kemampuan yang dimiliki tokoh Evan, Mark juga berhasil menunjukkan sisi manusiawi tokoh itu. Saat lamaran pekerjaannya ditolak sepihak, misalnya.

Tidak hanya itu, Mark juga mampu memperlihatkan sosok Evan yang harus bergelut dengan  skizofrenia di tengah kemiskinannya.

Setelah menemukan jati diri Evan sesungguhnya, Mark pun berhasil memukau penonton dengan menunjukkan sisi karismatik dan sikap tanggung jawab yang dimiliki sosok hasil reinkarnasi Heinric.

Terbukti, Mark segera menyelamatkan Nora walaupun dirinya terkena tembakan. Mark pun segera melanjutkan perseteruan dengan Bathrust untuk mengambil alih the Egg.

Bila Evan digambarkan sebagai tokoh protagonis, tokoh antagonis Bathrust yang diperankan Chiwetel Ejiofor digambarkan sebagai sosok keras, sadis, dan licik.

Baca juga: Terinspirasi dari Pasukan Elite Militer Amerika, Begini Keseruan Serial SEAL Team

Chiwetel sebagai Bathrust siap melakukan segala cara demi mendapatkan the Egg yang dapat menghancurkan populasi makhluk hidup di bumi. Ia juga memerankan dengan bagus sosok Bathrust dengan sorot mata yang tajam dan cara berbicara.

Walau sadis, aktor yang berhasil masuk nominasi kategori Aktor Pemeran Utama Terbaik di Piala Oscar 2014 itu berhasil memukau penonton dengan gambaran Bathrust yang cerdik dan pandai bela diri.

Adapun Sophie Cookson memerankan tokoh Nora dalam Infinite. Nora digambarkan menjadi anggota Infinite yang bertanggung jawab penuh untuk memulihkan ingatan Evan.

Pada film berdurasi 100 menit tersebut, Sophie berhasil menjadi sosok perempuan yang tangguh dalam hal pertarungan.

Untuk urusan sinematografi, Fuqua menggandeng rekan lamanya, Mauro Fiore. Mauro merupakan sinamatografer pada beberapa film Fuqua, seperti The Equalizer, Southpaw, dan The Magnificent Seven.

Sinematografer yang pernah menyabet penghargaan Academy Award for Best Cinematography pada 2009 tersebut memberikan sentuhan warna modern sesuai dengan masa kini dan tone monokrom saat Evan mengalami flash back.

Lalu, bagaimana kelanjutan ingatan Evan dan the Egg milik Bathrust? Akankah Bathrust berhasil mengaktifkan the Egg untuk menghancurkan populasi manusia?

Temukan jawabannya dalam film Infinite yang dapat ditonton di layanan Mola, baik melalui situs web maupun aplikasi mobile.


Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com