Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Panji Petualang Ungkap Alasan Munculnya Kobra di Permukiman

Kompas.com - 19/12/2019, 07:02 WIB
Rintan Puspita Sari,
Andi Muttya Keteng Pangerang

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Panji Petualang selama ini dikenal sebagai pawang dan penjinak hewan. 

Ia dulunya sempat menjadi presenter program televisi yang menampilkan keahliannya menaklukkan ular ataupun buaya.

Bertahun-tahun tak terdengar kabarnya, kini ia muncul lagi dan aktif di YouTube.

Baca juga: Dalam 2 Bulan, Diitemukan Belasan Anak Ular Kobra di SMP Tunas Bangsa Depok

Melihat banyaknya ular kobra yang belakangan ini muncul di permukiman warga, Panji memberikan pendapatnya tentang hewan reptil satu ini.

Mengapa mereka bisa keluar dari habitatnya dan bagaimana cara memberikan pertolongan pertama pada orang yang digigit ular? Panji menjelaskan semuanya lewat tayangan Call Me Mel.

Baca juga: Pakar Ular Jelaskan Tarian Ular Kobra di Film-film India

1. Habitat terusik

Menurut Panji, keberadaan ular kobra di permukiman warga adalah akibat banyaknya pembangunan di mana-mana yang membuat habitat asli mereka terkikis.

"Kobra itu habitatnya berdekatan dengan manusia karena mereka sendiri dulu sering ditemukan di persawahan, tetapi seiring perjalanan waktu, sawah dijadikan rumah, pabrik, jalanan, membuat mereka tersingkir," kata Panji.

Pada akhirnya, lanjut dia, ular kobra tidak memiliki lagi habitat asli.

Baca juga: Teror Ular Kobra, Kita Diingatkan Lagi akan Pentingnya Ekosistem

2. Bulan-bulan menetas

Selain habitat yang mulai terusik, menurut Panji, ternyata saat ini merupakan waktu telur ular kobra menetas.

Itulah juga alasannya yang muncul kebanyakan anak ular kobra.

"Iya bulan menetas. Bertelur di (bulan) Juli, menetas di Desember dan Januari," kata Panji Petualang dalam tayangan Call Me Mel, seperti dikutip Kompas.com, Kamis (19/12/2019).

Baca juga: Tim SAR Evakuasi Belasan Anak Ular Kobra, Sembunyi di Lemari hingga Kamar Mandi

3. Kesalahan memberi pertolongan pertama

Jangan berpikir mengisap bagian yang digigit atau mengikat kuat bagian yang digigit agar racun tak menyebar ke seluruh tubuh adalah tindakan yang benar untuk pertolongan pertama pada orang yang digigit ular.

Panji menyebut hal itu adalah tindakan yang salah besar.

"Ada metode sebenarnya secara medis yang dianjurkan adalah imobilisasi. Itu WHO yang ngasih sarannya. Metode diisap itu tidak boleh dilakukan," ucap Panji.

Baca juga: Ular Kobra Masuk ke Posko Damkar Jember

4. Tips menolong orang yang digigit ular

Menurut Panji, pertolongan pertama yang benar justru dengan memasang papan kayu pada area yang digigit layaknya orang patah tulang.

"Bukan diikat, tapi dibidai atau digip. Semakin banyak gerak, akan semakin membuat bisa (racun) menyebar," tutur Panji.

Membidai tangan adalah meletakkan pelat dari kayu seperti penanganan pada patah tulang, kemudian kayu tersebut diikat di bagian tubuh yang digigit.

Baca juga: Panji Petualang: Habitat Ular Kobra Tersingkir karena Pembangunan

Tujuannya adalah mencegah gerakan yang akan membuat racun beredar dalam tubuh.

"Pada dasarnya, bisa ular menjalar bukan dari darah, tapi melalui kelenjar getah bening. Sedangkan kelenjar getah bening bukan ada di pembuluh darah, tapi ada di bawah otot. Semakin otot banyak bergerak, semakin racun bergerak juga," ujar Panji.

Selain itu, Panji menyarankan untuk tidak lagi mengikat bagian yang digigit dan agar tidak melakukan banyak gerakan selama dirawat.

Baca juga: Panji Petualang Bagikan Tips Atasi Gigitan Ular Kobra

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com