Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Penyakit yang Menyerang Burung Merpati, Apa Saja?

Kompas.com - 01/03/2023, 11:59 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Burung merpati adalah salah satu burung populer di Indonesia dan banyak dipelihara masyarakat. Burung merpati pun kerap dijual dengan harga fantastis, sehingga banyak orang melirik burung ini sebagai hewan peliharaan atau sebagai ternak.

Namun demikian, saat memelihara atau membiakkan burung merpati, Anda harus memperhatikan kesehatannya. Dikutip dari laman Cybex Kementerian Pertanian RI, Rabu (1/3/2023), kesehatan burung merpati harus selalu dijaga dengan memperhatikan kebersihan kandang.

Ada beberapa penyakit yang menyerang burung merpati, antara lain sebagai berikut.

Baca juga: 8 Burung Terindah di Dunia, Beberapa Bisa Dipelihara

Ilustrasi burung merpati.UNSPLASH/LENSTRAVELIER Ilustrasi burung merpati.

1. Berak darah (Coccidiosis)

Penyakit berak darah atau koksidiosis disebabkan oleh Protozoa (Protozoa eimeria sp).

Gejala penyakit berak darah burung merpati adalah anak burung merpati terlihat mengantuk, sayap terkulai, bulu terlipat kasar, mata tertutup, dan tidak ada nafsu makan.

Berat badan anak burung merpati juga turun drastis. Kotorannya cair dan berdarah, akhirnya menyebabkan anak burung merpati mati.

Pada burung merpati dewasa, gejala terlihat dari pucat dan produksi telur berhenti, nafsu makan hilang, serta kotoran encer, hampir seluruhnya terdiri dari darah.

Baca juga: 6 Burung Paling Berwarna-warni di Dunia, Beberapa Bisa Dipelihara

Langkah pencegahannya adalah pisahkan burung merpati yang sakit dari kelompoknya. Lakukan sanitasi secara baik dan teratur, bila kandang memakai sistem litter, maka ganti litter dengan yang baru kemudian disemprot dengan disinfektan.

Berikan coccidiostat secara berkala dengan ukuran 1 ons (100 gram) dicampur dengan 1 kuintal makanan burung merpati.

2. Shot atau pilek

Ilustrasi burung merpati, Ilustrasi memegang burung merpati.Shutterstock/Anna Krivitskaya Ilustrasi burung merpati, Ilustrasi memegang burung merpati.

Penyebabnya adalah bakteri Haemophlus gallinarum. Gejala burung merpati pilek adalah keluar lendir dari lubang hidung.

Pada kondisi yang parah, hidung burung merpati akan tersumbat dan menyebabkan pembengkakan pada muka. Selain itu, produksi telur menurun pada burung merpati dewasa.

Baca juga: 5 Burung yang Tidak Cocok Dipelihara jika Ada Anak-anak di Rumah

Langkah pencegahan dapat dilakukan dengan memastikan ventilasi udara dalam kondisi baik. Selain itu, pindahkan burung merpati yang sehat, sehingga terpisah dari yang sakit.

3. Trichomoniasis

Ini merupakan penyakit yang cukup serius pada ternak burung merpati. Penyebabnya adalah protozoa bersel tunggal yang bernama Trichomones gallinea.

Protozoa tersebut bersarang pada tembolok, kerongkongan dan rongga mulut

Cara penularannya melalui air liur yang mengandung protozoa tersebut, yang ditularkan pada saat sepasang burung merpati sedang memadu kasih dengan menghirup liurnya. Induk yang memiliki anak juga berpotensi menularkannya.

Penularan dapat juga melalui air minum yang sudah tercemar Trichomonas gallinea.

Baca juga: 7 Hal tentang Bayi Burung yang Perlu Diketahui Sebelum Memeliharanya

Beberapa gejala penyakit Trichomoniasis antara lain tubuh burung merpati kurus pucat, nafsu makan berkurang, bulu tidak mengkilat, dan burung merpati kelihatan sangat menderita.

Selain itu, dapat terlihat adanya luka-luka di sekitar mulut, paruh dan hidung. Penampilan burung merpati pun tampak menyedihkan atau dekil, karena keluar cairan dari mulut dan hidung berwarna kekuning-kuningan dan mengotori badan atau bulunya.

Liang hidung pun basah dan dengan jari kaki sering menggaruk-garuk kuping hidungnya. Selain itu, kemampuan terbang burung merpati menjadi berkurang.

Pencegahan dapat dilakukan dengan cara menggunakan plagy (0,1 persen) yang dilarutkan dalam air minumnya dan diberikan selama tujuh hari berturut-turut pada pasangan burung merpati yang menjelang masa kawin.

Ilustrasi burung merpati.Shutterstock/Fercast Ilustrasi burung merpati.

4. Berak kapur (Pullorum disease)

Penyebab penyakit ini adalah bakteri Salmonella pullorum. Gejalanya antara lain anak burung merpati bergerombol di bawah pemanas dengan mata tertutup dan sayap turun ke bawah.

Selain itu, nafsu makan hilang, kotoran berwarna putih, berbusa, dan melengket pada bulu sekitar anus, serta badan lemas. Adapun pada burung merpati dewasa yang sedang bertelur, produksi telur berkurang.

Baca juga: Studi Ungkap Burung Berpenampilan Menarik Punya Suara Kicau yang Buruk

Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan melakukan sanitasi kandang dan peralatan makanan dan minuman, tidak menetaskan telur yang berasal dari induk yang tekena penyakit, serta bersihkan mesin tetas dengan disinfektan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com