JAKARTA, KOMPAS.com - Sampai sekitar tahun 1990-an, penggunaan atap asbes masih banyak dipakai di Indonesia, khususnya pada bangunan semi permanen dan perumahan sederhana.
Namun, penggunaan atap asbes pada saat ini tampak mulai ditinggalkan, sekalipun material bangunan satu ini masih dijual di pasaran.
Lantas, kenapa atap asbes sudah tidak banyak dipakai lagi? Benarkah ini berhubungan dengan bahaya kesehatan?
Baca juga: Kelebihan dan Kekurangan Asbes untuk Atap Rumah
Dikutip dari postingan akun Instagram @gravelindonesia, Minggu (7/8/2022), pada artikel ini akan dibahas mengenai beberapa alasan atap asbes tidak banyak dipakai lagi, berikut di antaranya.
Asbes atau asbestos adalah mineral silikat yang terbentuk di alam yang berbentuk serat halus dan panjang berwarna putih.
Asbestos ini tahan api hingga 800 derajat Celcius dan tidak mudah terbakar sehingga banyak digunakan sebagai material bangunan, mulai dari atap sampai insulasi tahan api.
Baca juga: Ingin Memperbaiki Atap Rumah Tanpa Bantuan Tukang? Perhatikan Hal Ini
Meski murah dan mudah dipasang, penggunaan asbes sebagai atap ternyata membuat rumah terasa panas, khususnya untuk daerah tropis.
Selain itu, asbes ternyata sangat rapuh dan mudah pecah sehingga penggunaannya mulai ditinggalkan.
Asbes terdiri dari mineral silikat, semacam serat kaca yang kecil dan tajam. Partikel kecil asbes ini bisa lepas dari lembaran atap dan terhirup oleh penghuninya.
Baca juga: 4 Tanda Atap Rumah Sudah Harus Diganti