JAKARTA, KOMPAS.com - Berkembangnya industri kecantikan yang pesat, terlebih selama pandemi Covid-19, rupanya berdampak buruk pada lingkungan hidup karena meningkatkan jumlah sampah kemasan produk kecantikan atau skincare.
Selain itu, hal ini juga membentuk kebiasaan mengonsumsi berlebihan atau over konsumtif pada masyarakat.
Baca juga: Demi Menjaga Lingkungan, Yuk Pakai Produk Kecantikan sampai Habis
Menurut data penelitian Kantar pada 2021, pertumbuhan segmen kecantikan dan perawatan pribadi pada masa new normal mengalami peningkatan sebesar tiga persen.
Namun, pertumbuhan ini tidak dibarengi kesadaran pelaku industri maupun konsumen. Sampah-sampah kemasan produk kecantikan kerap menumpuk dan berakhir begitu saja di tempat pembuangan akhir (TPA) tanpa melewati proses penguraian tepat sehingga menunggu terurai puluhan tahun.
Tak hanya itu, penumpukan sampah produk skincare juga terjadi di rumah. Hal ini tak lain karena kebiasaan konsumsi berlebihan seperti mudah membeli dan gonta-ganti produk kecantikan hanya karena mengikuti tren atau diskon.
Baca juga: 7 Benda yang Tak Boleh Dibuang ke Tempat Sampah Sembarangan
Dari situ, Lyfe With Less menginisiasi kampanye #PakaiSampaiHabis untuk mengajak masyarakat Indonesia bertangggung jawab dengan konsumsi produk kecantikannya.
Kampanye #PakaiSampaiHabis mengajak masyarakat mengumpulkan botol kosong produk kosmetik atau empties dan mengirimkannya untuk didaur ulang.
Baca juga: Hari Daur Ulang Sedunia, Simak 5 Tips Mengelola Sampah ala IKEA
Cynthia S Lestari, founder Lyfe with Less, mengatakan #PakaiSampaiHabis adalah langkah kecil dan nyata yang bisa dilakukan semua pihak untuk menjaga lingkungan hidup.
Karena itu, Cynthia mengimbau kepada masyarakat menggunakan produk skincare mereka sampai betul-betul habis sebelum membeli baru.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.