Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/09/2023, 10:27 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

TOKYO, KOMPAS.com - Jepang akan mulai membuang limbah PLTN Fukushima tahap kedua pada pekan depan.

Pembuangan tahap pertama telah mulai dilakukan Jepang pada 24 Agustus lalu dan membuat sejumlah negara, terutama China marah.

"Inspeksi setelah pelepasan pertama telah selesai dilakukan... Pembuangan (tahap kedua) akan dimulai pada tanggal 5 Oktober," kata TEPCO pada Kamis (28/9/2023).

Baca juga: Rusia Pertimbangkan Ikut China Setop Impor Makanan Laut dari Jepang Buntut Limbah Fukushima

Seperti diketahui, China telah melarang semua impor makanan laut Jepang setelah pembuangan limbah PLTN Fukushima tahap pertama.

Jepang padahal sudah bersikeras menyatakan bahwa operasi tersebut tidak menimbulkan risiko.

Rusia, yang hubungannya dengan Jepang juga membeku, dilaporkan sedang mempertimbangkan untuk mengikuti langkah yang sama dengan China dalam hal pelarangan makanan laut.

Pada tahap pertama, sekitar 7.800 ton air telah dilepaskan ke Pasifik dari total 1,34 juta ton yang direncanakan, setara dengan lebih dari 500 kolam renang Olimpiade. Pembuangan tahap pertama berakhir pada 11 September.

TEPCO mengatakan, bahwa air tersebut telah disaring dari semua elemen radioaktif kecuali tritium, yang berada dalam tingkat yang aman. Pandangan tersebut didukung oleh badan atom PBB (IAEA).

China menuduh Jepang menggunakan lautan seperti saluran pembuangan.

Tuduhan itu lalu digaungkan di PBB pekan lalu oleh Perdana Menteri Manasseh Sogavare dari Kepulauan Solomon, yang telah mengembangkan hubungan dekat dengan Beijing.

Baca juga: PM Solomon: Jika Limbah PLTN Fukushima Aman, Seharusnya Disimpan di Jepang

Tujuan Jepang buang limbah PLTN Fukushima

Pembuangan limbah PLTN Fukushima diperkirakan akan memakan waktu puluhan tahun hingga selesai.

Jepang menjelaskan pembuangan limbah itu bertujuan untuk memberikan ruang untuk merekaakhirnya mulai memindahkan bahan bakar radioaktif yang sangat berbahaya dan reruntuhan dari reaktor yang rusak.

"Seperti halnya pada pelepasan pertama, kami akan terus memantau tingkat tritium. Kami akan terus menginformasikan kepada publik dengan cara yang mudah dipahami berdasarkan bukti ilmiah," kata pejabat TEPCO, Akira Ono, kepada para wartawan pada Kamis, dikutip dari AFP.

China tetap tangkap ikan

Meskipun China melarang impor makanan laut Jepang, kapal-kapal China dilaporkan terus menangkap ikan di lepas pantai Jepang di wilayah yang sama dengan yang digunakan oleh kapal-kapal Jepang.

Rahm Emanuel, duta besar AS untuk Jepang, minggu lalu mengunggah foto-foto yang menurutnya adalah kapal-kapal penangkap ikan China di lepas pantai Jepang pada tanggal 15 September.

"Mereka mengatakan bahwa sebuah foto memiliki ribuan makna. Kapal-kapal Cina menangkap ikan di lepas pantai Jepang pada tanggal 15 September, setelah embargo makanan laut Cina dari perairan yang sama," kata Emanuel di platform media sosial X.

Baca juga: Nelayan Jepang Tuntut Pembuangan Limbah PLTN Fukushima Dihentikan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya

Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-652 Serangan Rusia ke Ukraina: Pilpres Rusia Digelar 17 Maret | Produksi Senjata AS Pindah ke Ukraina

Rangkuman Hari Ke-652 Serangan Rusia ke Ukraina: Pilpres Rusia Digelar 17 Maret | Produksi Senjata AS Pindah ke Ukraina

Global
Peran Besar Inggris dalam Membangun Singapura Jadi Kota Metropolitan

Peran Besar Inggris dalam Membangun Singapura Jadi Kota Metropolitan

Internasional
6 Poin Perkembangan Terkini Perang Israel-Hamas

6 Poin Perkembangan Terkini Perang Israel-Hamas

Global
Beredar Video Tentara Israel Tembak Pria Difabel Palestina di Tepi Barat

Beredar Video Tentara Israel Tembak Pria Difabel Palestina di Tepi Barat

Global
Venezuela dan Guyana Bersitegang Terkait Sengkela Wilayah, Sejumlah Negara Khawatir

Venezuela dan Guyana Bersitegang Terkait Sengkela Wilayah, Sejumlah Negara Khawatir

Global
Pasukan Israel Gempur Gaza Selatan, Warga Sipil: Tak Ada Tempat Aman

Pasukan Israel Gempur Gaza Selatan, Warga Sipil: Tak Ada Tempat Aman

Global
Biden Telepon Netanyahu, Tekankan Perlindungan Warga Sipil di Gaza

Biden Telepon Netanyahu, Tekankan Perlindungan Warga Sipil di Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Penembakan Kampus Las Vegas | UNESCO Masukkan Buka Puasa

[POPULER GLOBAL] Penembakan Kampus Las Vegas | UNESCO Masukkan Buka Puasa

Global
Meta Mulai Mengenkripsi Pesan Sepenuhnya di Facebook dan Instagram

Meta Mulai Mengenkripsi Pesan Sepenuhnya di Facebook dan Instagram

Global
Boris Johnson Meminta Maaf pada Keluarga Korban Covid-19 Inggris

Boris Johnson Meminta Maaf pada Keluarga Korban Covid-19 Inggris

Global
Taylor Swift Dinobatkan sebagai Tokoh Tahun Ini Versi Majalah Time

Taylor Swift Dinobatkan sebagai Tokoh Tahun Ini Versi Majalah Time

Global
2 Bulan Perang Israel-Hamas, 16.248 Warga Palestina Tewas, DK PBB Tak Juga Ambil Tindakan

2 Bulan Perang Israel-Hamas, 16.248 Warga Palestina Tewas, DK PBB Tak Juga Ambil Tindakan

Global
Singapura dan China Merencanakan Kebijakan Bebas Visa Bersama Selama 30 Hari

Singapura dan China Merencanakan Kebijakan Bebas Visa Bersama Selama 30 Hari

Global
Pemerintah Tak Dikenal Dilaporkan Memata-matai Pengguna Apple dan Google Lewat Notifikasi Push

Pemerintah Tak Dikenal Dilaporkan Memata-matai Pengguna Apple dan Google Lewat Notifikasi Push

Global
Menilik Seberapa Sukses Proyek Belt and Road Initiative China

Menilik Seberapa Sukses Proyek Belt and Road Initiative China

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com