Penulis: David Hutt/DW Indonesia
HANOI, KOMPAS.com - Produsen mobil listrik Vietnam, VinFast, perlu waktu lebih banyak untuk bisa menembus pasar Eropa, kata para pakar industri. Karena di Eropa ada peraturan lingkungan peraturan yang rumit dan persaingan keras dari pembuat mobil listrik asal China.
Apalagi VinFast belum punya citra kuat yang bisa meningkatkan daya saingnya.
Di Jerman, VinFast saat ini sudah mengoperasikan showroom mobilnya, selain showroom di Perancis dan Belanda.
Baca juga: Rekor Dunia Akselerasi Mobil Listrik Dipecahkan di Swiss
VinFast juga tadinya berencana hadir besar di pameran mobilitas Jerman IAA di Muenchen, namun menarik diri secara mendadak. Padahal VinFast berencana meluncurkan model pertamanya di Eropa pada akhir tahun 2023.
Para eksekutif perusahaan menyalahkan peraturan yang rumit di Eropa. Namun, para ahli juga mengatakan, VinFast terlalu ambisius dengan rencananya di Eropa, padahal di Vietnam sendri merek mobil ini belum mantap.
VinFast masih belum punya pangsa pasar signifikan bahkan di Vietnam sendiri, kata Nguyen Huy Vu, ekonom yang berbasis di Norwegia.
"Mobil-mobilnya dilaporkan mengalami banyak masalah teknis. Dan nama mereknya dianggap tidak dapat diandalkan,” katanya kepada DW.
VinFast, yang didirikan enam tahun lalu oleh miliarder Pham Nhat Vuong, telah menghabiskan banyak uang untuk ekspansi ke luar negeri.
Bulan lalu, perusahaan ini melakukan peletakan batu pertama pabriknya di North Carolina di AS yang diperkirakan akan memproduksi 150.000 kendaraan per tahun setelah mulai beroperasi tahun 2025 nanti.
Tahap pertama dari pabrik baru tersebut diperkirakan menelan biaya sekitar 2,14 miliar dollar AS (Rp 32,87 triliun).
Sedangkan di Eropa, VinFast punya ambisi lebih besar lagi di sektor mobil listrik, karena Uni Eropa sudah memutuskan untuk menghentikan produksi mobil berbahan bakar fosil secara bertahap pada tahun 2035.
Baca juga: Mulai 2035, Hanya Mobil Listrik yang Boleh Melintas di Uni Eropa
Penjualan mobil baterai-listrik melampaui penjualan mobil diesel untuk pertama kalinya di pasar Eropa pada Juni ini, menurut data dari Asosiasi Produsen Mobil Eropa (ACEA), sebuah badan industri.
Namun, pasar Eropa sebenarnya sudah penuh. Merek-merek Eropa, khususnya BMW dan Volkswagen dari Jerman, sangat ingin mempertahankan pelanggannya dan bersaing ketat dengan merek-merek China, seperti BYD, yang lebih murah dan semakin banyak diminati.
Kalau ada merek asing ingin masuk ke sektor mobil listrik yang kompetitif di Eropa, mereka harus terlebih dahulu membuktikan diri di pasarnya sendiri, kata para analis.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.