Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/09/2023, 09:46 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Reuters

SEOUL, KOMPAS.com - Korea Utara telah meluncurkan kapal selam serang nuklir taktis operasional pertamanya dan menugaskan kapal tersebut ke armada yang berpatroli di perairan antara semenanjung Korea dan Jepang.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, yang sebelumnya menghadiri upacara peluncuran, mengatakan bahwa mempersenjatai angkatan laut dengan senjata nuklir adalah tugas yang mendesak.

Dia berjanji untuk mentransfer lebih banyak kapal bawah air dan kapal permukaan yang dilengkapi dengan senjata nuklir taktis ke angkatan laut, kantor berita KCNA melaporkan, dilansir dari Reuters.

Baca juga: Korea Utara Izinkan Kepulangan Warganya dari Luar Negeri Pascakarantina Covid-19

"Upacara peluncuran kapal selam itu menandai dimulainya babak baru untuk memperkuat angkatan laut Korea Utara," ungkap KCNA.

Kapal selam No. 841, yang dinamai Pahlawan Kim Kun Ok sesuai dengan nama tokoh sejarah Korea Utara, akan menjalankan misi tempurnya sebagai salah satu alat serang bawah air utama angkatan laut Korea Utara.

Korea Utara berencana untuk mengubah kapal selam yang ada menjadi kapal selam serang bersenjata nuklir, dan mempercepat upayanya untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir, kata Kim.

"Mencapai perkembangan pesat pasukan angkatan laut kami ... adalah prioritas yang tidak dapat ditunda mengingat ... gerakan agresif dan aksi militer musuh baru-baru ini," kata pemimpin Korea Utara itu dalam sebuah pidato, yang tampaknya mengacu pada Amerika Serikat dan Korea Selatan.

Para analis pertama kali melihat tanda-tanda bahwa setidaknya satu kapal selam baru sedang dibangun pada tahun 2016.

Pada tahun 2019, media pemerintah menunjukkan bahwa Kim memeriksa kapal selam yang sebelumnya tidak dilaporkan yang dibangun di bawah perhatian khususnya dan akan beroperasi di perairan lepas pantai timur.

Media pemerintah pada saat itu tidak menjelaskan sistem persenjataan kapal selam itu atau mengatakan di mana dan kapan pemeriksaan itu dilakukan.

Baca juga: China Setujui Dimulainya Kembali Penerbangan Komersial Korea Utara

Tetapi para analis mengatakan bahwa ukuran kapal baru itu mengindikasikan bahwa kapal itu dirancang untuk membawa rudal.

Tidak segera jelas rudal apa yang akan dipersenjatai oleh kapal selam baru itu.

Korea Utara telah menguji coba sejumlah rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam (SLBM) dan rudal jelajah yang dapat ditembakkan dari kapal selam.

Juga tidak jelas apakah Korea Utara telah sepenuhnya mengembangkan hulu ledak nuklir miniatur yang diperlukan untuk dipasang pada rudal semacam itu.

Baca juga: Korea Utara Tiba-tiba Batalkan Penerbangan Komersial Pertama Pascapandemi Covid-19

Para analis mengatakan bahwa menyempurnakan hulu ledak yang lebih kecil kemungkinan besar akan menjadi tujuan utama jika Korea Utara melanjutkan uji coba nuklir.

Korea Utara memiliki armada kapal selam yang besar, namun hanya kapal selam rudal balistik eksperimental 8.24 Yongung (Pahlawan 24 Agustus) yang diketahui telah meluncurkan rudal.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber Reuters

Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Israel: Serangan yang Tewaskan Jurnalis di Lebanon Terjadi di Zona Tempur Aktif

Israel: Serangan yang Tewaskan Jurnalis di Lebanon Terjadi di Zona Tempur Aktif

Global
Misteri Tomat yang Hilang di Stasiun Luar Angkasa Internasional Akhirnya Terpecahkan

Misteri Tomat yang Hilang di Stasiun Luar Angkasa Internasional Akhirnya Terpecahkan

Global
AS Setujui Penjualan Amunisi Darurat ke Israel

AS Setujui Penjualan Amunisi Darurat ke Israel

Global
Beri Pernyataan Menjurus Antisemitisme, Rektor Universitas Bergengsi AS Mundur

Beri Pernyataan Menjurus Antisemitisme, Rektor Universitas Bergengsi AS Mundur

Global
Rangkuman Hari Ke-654 Serangan Rusia ke Ukraina: Perundingan Damai Tak Realistis | Gelombang Rudal Rusia

Rangkuman Hari Ke-654 Serangan Rusia ke Ukraina: Perundingan Damai Tak Realistis | Gelombang Rudal Rusia

Global
AS Akan Jual 14.000 Peluru Tank ke Israel Tanpa Persetujuan Kongres

AS Akan Jual 14.000 Peluru Tank ke Israel Tanpa Persetujuan Kongres

Global
Houthi Sebut Akan Targetkan Semua Kapal yang Menuju Israel Tanpa Pandang Bulu

Houthi Sebut Akan Targetkan Semua Kapal yang Menuju Israel Tanpa Pandang Bulu

Global
Saat Korban Tewas di Gaza Capai 17.700 Orang, Netantahu Sebut Ini Perang yang Adil

Saat Korban Tewas di Gaza Capai 17.700 Orang, Netantahu Sebut Ini Perang yang Adil

Global
[UNIK GLOBAL] Anak Ajaib Kini Menganggur | Kutukan Firaun Nyata?

[UNIK GLOBAL] Anak Ajaib Kini Menganggur | Kutukan Firaun Nyata?

Global
Austria Akhiri Penangguhan Bantuan untuk Palestina

Austria Akhiri Penangguhan Bantuan untuk Palestina

Global
Retno Marsudi: Relawan WNI dari MER-C Berhasil Dievakuasi dari Gaza

Retno Marsudi: Relawan WNI dari MER-C Berhasil Dievakuasi dari Gaza

Global
AS, Korea Selatan, dan Jepang Sepakati Inisiatif Baru, Hadapi Ancaman Siber Korea Utara

AS, Korea Selatan, dan Jepang Sepakati Inisiatif Baru, Hadapi Ancaman Siber Korea Utara

Global
Jelang Pemilu, Taiwan Laporkan Aktivitas Militer China Dekat Selat Taiwan

Jelang Pemilu, Taiwan Laporkan Aktivitas Militer China Dekat Selat Taiwan

Global
Dampak Penting Perjanjian Bebas Visa Singapura dan China

Dampak Penting Perjanjian Bebas Visa Singapura dan China

Global
Presiden Palestina: Perang Gaza Harus Diakhiri, Konferensi Perdamaian Harus Digelar

Presiden Palestina: Perang Gaza Harus Diakhiri, Konferensi Perdamaian Harus Digelar

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com