Penulis: VOA Indonesia
WASHONGTON DC, KOMPAS.com - Kabar "dihapusnya" kewajiban membuat skripsi untuk lulus jenjang S1 sempat menjadi topik hangat di Indonesia.
Menteri Pendidikan RI Nadiem Makarim lalu memberi klarifikasi di hadapan DPR pada Rabu (30/8/2023), bahwa pemerintah tidak menghapus kewajiban skripsi, melainkan memberikan kewenangan kepada perguruan tinggi untuk menentukan syarat kelulusan.
Di Amerika Serikat, skripsi bukan syarat untuk lulus jenjang S1.
Baca juga: Kisah David Purnomo, Masih 14 Tahun Sudah Diterima Kuliah di AS
Menurut Coursera dan informasi dari sejumlah universitas di AS, mahasiswa harus menuntaskan minimal 120 satuan kredit semester (SKS) dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) minimal 2.00 dari 4.00 untuk dapat gelar S1 atau bachelor's degree.
Ada juga universitas yang menerapkan minimal syarat kelulusan 128 SKS seperti Harvard dan New York University.
Apakah dengan tanpa skripsi, lulus S1 di Amerika lebih "santai"?
Tiga warga Indonesia yang baru-baru ini lulus S1 tanpa skripsi, berbagi pengalamannya dengan VOA.
Elena Aniko (University of Maryland - jurusan Neurobiology & Physiology, dengan minor Bahasa Jerman): Aku ambil 5 kelas, setiap semester ada satu kelas German, tapi sisanya cuma kelas untuk jurusan.
Raina Abigail Putri (Biola University - jurusan Teater, dengan minor Teologi): Aku ambil 3 kelas Teater, 2 kelas untuk minor Teologi, dan 2 kelas pilihan umum.
Febrianne Daneswary (Michigan State University - jurusan Ekonomi, dengan minor Bahasa Korea dan Social Science Quantitative Data Analytics): Aku sebelum lulus ngambil total 4 kelas.
Baca juga: Kuliah di Amerika, Mahasiswi Malaysia Ini Dapat IPK 4,0 dan Ranking 1
Elena: Yang beda di semester terakhir itu (dibandingkan semester-semester sebelumnya) cuma ambil upper-level lab. Waktu itu kita riset independen tentang gen kanker, gitu. Jadi presentasi, makalah penelitian, dan laporan laboratorium. Tapi, presentasinya cuma di kelas sama profesornya aja.
Raina: Untuk kelas sejarah teater, kami cuma presentasi tentang suatu masa dalam sejarah teater yang kami sukai dan mau bahas lebih mendalam. Untuk kelas advanced acting, kami ada pertunjukan. Kami menyiapkan sebuah adegan, memakai teknik-teknik akting yang sudah kami pelajari, dalam satu pertunjukan. Kami memperlakukannya seperti sebuah pertunjukan profesional. Kami tampil di depan agents, manajer, dan orang-orang tersayang.
Febri: Di semua kelas itu, aku harus ambil ujian akhir seperti biasa... Di kelas coding aku, proyek akhirnya tentang analisa data. Di kelas Ekonomi aku, presentasi tentang 15-minute city, tentang Kota New York, itu sekitar 45 menit di depan kelas, sama ada dua makalah.
Elena: Aku rasa lebih santai, meski aku nggak bisa bandingin secara pribadi. Tapi teman-teman yang skripsi dan ikut sidang (di Indonesia), tentu ada tekanan yang lebih besar.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.