Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/09/2023, 18:30 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

BEIJING, KOMPAS.com - In-sook bersembunyi bersama putrinya segera setelah pandemi melanda China pada tahun 2020.

Wanita muda itu secara ilegal memasuki negara tersebut saat dia melarikan diri melintasi perbatasan dari Korea Utara.

China telah mengintensifkan metode pengawasannya, yang berarti dia tidak dapat lagi melanjutkan pekerjaannya di pabrik tanpa kartu identitas resmi.

Baca juga: Korea Utara Izinkan Kepulangan Warganya dari Luar Negeri Pascakarantina Covid-19

Dia hanya berani meninggalkan rumah persembunyiannya pada malam hari ketika teknologi pengenal wajah yang canggih sulit untuk memburunya.

Seperti banyak perempuan yang melarikan diri dari rezim represif Korea Utara ke Chinna, para pelaku perdagangan manusia mengeksploitasi situasi hukum In-sook yang tidak menentu dan menjualnya kepada seorang pria China sebagai istrinya.

Ketika dia minum alkohol, pria itu mengutuk dan melakukan kekerasan fisik terhadapnya, sehingga mendorongnya untuk mengambil keputusan berisiko untuk melarikan diri.

Karena tidak mampu memberi makan anaknya, ia dengan putus asa pergi ke sebuah gereja untuk mencari perlindungan, dan kemudian ke Helping Hands Korea (HHK), sebuah kelompok yang berbasis di Seoul yang menyediakan rute pelarian ke tempat yang aman bagi warga Korea Utara.

"Saya takut saya akan ditangkap oleh polisi China dan dipulangkan ke Korea Utara," katanya kepada HKK, yang membantu ibu dan anak itu mencapai tempat aman di Asia Tenggara.

Kisah In-sook, yang diceritakan oleh HHK pada Associated Press, adalah salah satu kisah yang luar biasa sulit.

Namun ia termasuk dalam beberapa orang Korea Utara yang beruntung yang berhasil melakukan perjalanan berbahaya melewati China dalam beberapa tahun terakhir.

Baca juga: China Setujui Dimulainya Kembali Penerbangan Komersial Korea Utara

Sebelum pandemi, lebih dari 1.000 orang disambut setiap tahun di Korea Selatan, tetapi jumlah tersebut telah menurun menjadi hanya 458 orang sejak tahun 2020.

Menurut utusan PBB untuk hak asasi manusia di Korea Utara, Elizabeth Salmon, dan kelompok aktivis, hingga 2.000 pembelot saat ini mungkin mendekam di pusat-pusat penahanan China di timur laut negara itu.

Jika dipulangkan secara paksa, mereka akan menghadapi penyiksaan dan pelecehan, bahkan kematian.

Pandemi menawarkan penangguhan sementara karena Korea Utara semakin menutup diri dari dunia untuk mencegah penyebaran virus.

Namun minggu ini, ketika rezim yang tertutup itu perlahan-lahan mulai membuka kembali perbatasan dengan melanjutkan penerbangan dan mengizinkan bus untuk masuk kembali, tampaknya waktu hampir habis bagi para pengungsi yang ketakutan.

Halaman:

Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Ukraina Jatuhkan 14 dari 19 Rudal Rusia dalam Semalam

Ukraina Jatuhkan 14 dari 19 Rudal Rusia dalam Semalam

Global
Turkiye Akan Setujui Swedia Gabung NATO jika AS Jual F-16

Turkiye Akan Setujui Swedia Gabung NATO jika AS Jual F-16

Global
Putin Maju Lagi ke Pilpres Rusia pada Maret 2024

Putin Maju Lagi ke Pilpres Rusia pada Maret 2024

Global
AS Veto Rancangan Resolusi DK PBB untuk Gencatan Senjata Israel-Hamas

AS Veto Rancangan Resolusi DK PBB untuk Gencatan Senjata Israel-Hamas

Global
[POPULER GLOBAL] Anak Ajaib Kini Menganggur | Usia 12 Tahun Dijual Rp 140.000

[POPULER GLOBAL] Anak Ajaib Kini Menganggur | Usia 12 Tahun Dijual Rp 140.000

Global
Awalnya Gugat Wanita karena Menolak Cintanya, Pria Ini Malah Dilaporkan Balik karena Jual MacBook Palsu

Awalnya Gugat Wanita karena Menolak Cintanya, Pria Ini Malah Dilaporkan Balik karena Jual MacBook Palsu

Global
Pemuda Ini Kesal Cuma Diberi Selamat, Sebelumnya Habiskan Rp 3,3 Juta Saat Pacar yang Ultah

Pemuda Ini Kesal Cuma Diberi Selamat, Sebelumnya Habiskan Rp 3,3 Juta Saat Pacar yang Ultah

Global
Wanita AS Kecanduan Ngemil Bedak Bayi, Konsumsi Satu Wadah Setiap Hari

Wanita AS Kecanduan Ngemil Bedak Bayi, Konsumsi Satu Wadah Setiap Hari

Global
Ratusan Orang di AS dan Kanada Terserang Wabah Salmonella dari Melon Kemasan

Ratusan Orang di AS dan Kanada Terserang Wabah Salmonella dari Melon Kemasan

Global
Dulu Dikenal sebagai Anak Ajaib Kuliah di Usia 10 Tahun, Pria Ini Kini Menganggur

Dulu Dikenal sebagai Anak Ajaib Kuliah di Usia 10 Tahun, Pria Ini Kini Menganggur

Global
Tak Sengaja Bagikan Kode QR di Media Sosial, Wanita Ini Kaget Tiba-tiba Dapat Tagihan Rp 931 Juta

Tak Sengaja Bagikan Kode QR di Media Sosial, Wanita Ini Kaget Tiba-tiba Dapat Tagihan Rp 931 Juta

Global
Tak Sengaja Terpukul Saat Latihan, Bintang Bisbol SMA Ini Kena Mati Otak

Tak Sengaja Terpukul Saat Latihan, Bintang Bisbol SMA Ini Kena Mati Otak

Global
Rusia Dituduh Lakukan Kampanye Siber, Sasar Politisi Inggris dan AS

Rusia Dituduh Lakukan Kampanye Siber, Sasar Politisi Inggris dan AS

Global
600 Pembelot Asal Korea Utara yang Dideportasi China Hilang Tanpa Kabar

600 Pembelot Asal Korea Utara yang Dideportasi China Hilang Tanpa Kabar

Global
Penulis Gaza Deskripsikan Suasana Apokaliptik Gaza: Belum Pernah Seperti Ini Sebelumnya...

Penulis Gaza Deskripsikan Suasana Apokaliptik Gaza: Belum Pernah Seperti Ini Sebelumnya...

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com