Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/06/2023, 15:58 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Penulis: Associated Press/VOA Indonesia

NEW DELHI, KOMPAS.com - Perdana Menteri India Narendra Modi dijadwalkan meresmikan kereta listrik berkecepatan semi-tinggi yang dilengkapi fitur keselamatan.

Langkah tersebut merupakan bagian dari modernisasi kereta api yang sudah tua, yang merupakan moda transportasi andalan di negara terpadat di dunia.

Namun, pada Sabtu (3/6/2023), Modi pergi ke negara bagian Odisha, India timur untuk menangani salah satu bencana kereta api terburuk.

Baca juga: Kronologi Kecelakaan Kereta di Odisha India, Korban Tewas Naik Lagi Jadi 288 Orang

Kecelakaan yang melibatkan dua kereta penumpang itu menewaskan lebih dari 280 orang dan mencederai ratusan lainnya pada Jumat (2/6/2023) malam.

Insiden tersebut adalah pengingat nyata akan masalah keselamatan yang terus menantang sistem kereta api di India yang luas yang mengangkut hampir 22 juta penumpang setiap harinya.

India, negara berpenduduk 1,42 miliar orang, memiliki salah satu jaringan rel kereta api terluas dan terumit di dunia yang dibangun pada era kolonial Inggris: lebih dari 64.000 kilometer rel, 14.000 kereta penumpang, dan 8.000 stasiun.

Membentang di seluruh negeri dari pegunungan Himalaya di wilayah utara hingga area pantai di selatan, kereta api juga merupakan sistem yang lemah akibat salah urus dan pengabaian selama puluhan tahun.

Terlepas dari upaya untuk meningkatkan keselamatan, ratusan kecelakaan terjadi setiap tahunnya.

Baca juga:

Dari 2017 hingga 2021, terdapat lebih dari 100.000 kematian terkait kereta api di India, menurut laporan 2022 yang diterbitkan Biro Catatan Kejahatan Nasional.

Angka itu mencakup kasus penumpang yang jatuh dari kereta api, tabrakan, dan orang tertabrak kereta api yang tengah melaju kencang.

Data resmi juga menunjukkan tergelincir adalah bentuk paling umum kecelakaan kereta api di India. Namun, jumlah kecelakaan tersebut menurun dalam beberapa tahun terakhir.

Menurut Badan Pengawas dan Audit India, terdapat 2.017 kasus kecelakaan kereta api dari 2017 hingga 2021. Sekitar 69 persen dari kecelakaan tersebut adalah kasus kereta api yang tergelincir dari relnya, yang menewaskan 293 orang.

Laporan tersebut mendapati sejumlah faktor yang menyebabkan kereta api di India tergelincir, di antaranya adalah kondisi rel yang tidak berfungsi dengan baik, masalah perawatan, peralatan sinyal yang telah usang, dan kesalahan manusia.

Laporan yang sama juga menyebutkan bahwa kurangnya pendanaan untuk pemeliharaan rel berujung pada 26 persen kasus kecelakaan yang terjadi.

Baca juga: Kenapa Kereta di India Sering Tergelincir Keluar Jalur?

Artikel ini pernah dimuat di VOA Indonesia dengan judul Pasca Kecelakaan Mematikan, Pertanyaan Soal Keselamatan Kereta di India Kembali Muncul.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya

Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Pakistan Jadwalkan Pemilihan Umum Parlemen Januari Mendatang

Pakistan Jadwalkan Pemilihan Umum Parlemen Januari Mendatang

Global
AS Hidupkan Kembali Program Mata-mata Kapal Selam Canggih Era Perang Dingin

AS Hidupkan Kembali Program Mata-mata Kapal Selam Canggih Era Perang Dingin

Global
Biden Jabat Tangan Zelensky, Yakinkan AS Akan Terus di Pihak Ukraina

Biden Jabat Tangan Zelensky, Yakinkan AS Akan Terus di Pihak Ukraina

Global
Rangkuman Hari ke-575 Serangan Rusia ke Ukraina: Bombardir Pesawat Tak Berawak di Kilang Kremenchuk | Rusia Tembaki Kota Toretsk

Rangkuman Hari ke-575 Serangan Rusia ke Ukraina: Bombardir Pesawat Tak Berawak di Kilang Kremenchuk | Rusia Tembaki Kota Toretsk

Global
[POPULER GLOBAL] Presiden El Salvador Tak Peduli Kritik Babat Geng Kriminal | Singapura Waspadai Malware M-Banking

[POPULER GLOBAL] Presiden El Salvador Tak Peduli Kritik Babat Geng Kriminal | Singapura Waspadai Malware M-Banking

Global
Listrik Kota Montana Padam 2 Hari, Ternyata Disebabkan Ulah Tupai

Listrik Kota Montana Padam 2 Hari, Ternyata Disebabkan Ulah Tupai

Global
Alasan Polandia Tak Akan Lagi Pasok Senjata ke Ukraina

Alasan Polandia Tak Akan Lagi Pasok Senjata ke Ukraina

Global
Sekjen PBB: Krisis Iklim Telah Membuka Pintu Neraka

Sekjen PBB: Krisis Iklim Telah Membuka Pintu Neraka

Global
Al Quran Berbahasa Mandarin dan Rencana China Sinifikasi Islam

Al Quran Berbahasa Mandarin dan Rencana China Sinifikasi Islam

Global
Putra Warren Buffet: Dukungan Barat pada Ukraina Akan Kian Melemah

Putra Warren Buffet: Dukungan Barat pada Ukraina Akan Kian Melemah

Global
Presiden El Salvador Tak Peduli Dikritik Langgar HAM, Terus Babat Habis Geng Kriminal

Presiden El Salvador Tak Peduli Dikritik Langgar HAM, Terus Babat Habis Geng Kriminal

Global
Singapura Waspadai Malware Android Baru, Bisa Retas M-Banking Lalu Reset Setelan Pabrik

Singapura Waspadai Malware Android Baru, Bisa Retas M-Banking Lalu Reset Setelan Pabrik

Global
Nasib Pengungsi Ukraina Terkatung-katung di Belanda

Nasib Pengungsi Ukraina Terkatung-katung di Belanda

Global
60 Persen Spesies Bunga Bangkai Rafflesia Terancam Punah, Kisah Sukses Indonesia Disorot

60 Persen Spesies Bunga Bangkai Rafflesia Terancam Punah, Kisah Sukses Indonesia Disorot

Global
Rangkuman Hari Ke-574 Serangan Rusia ke Ukraina: Janji Trump Ditagih | Permintaan Cabut Veto Rusia

Rangkuman Hari Ke-574 Serangan Rusia ke Ukraina: Janji Trump Ditagih | Permintaan Cabut Veto Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com