Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/06/2023, 14:58 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Penulis: VOA Indonesia

JENEWA, KOMPAS.com - Kantor PBB untuk urusan Narkoba dan Kejahatan (UNODC) pada Jumat (2/6/2023) memperingatkan, perdagangan besar metamfetamin dan obat-obatan terlarang lainnya yang berasal dari sudut kecil Asia Tenggara tidak menunjukkan tanda-tanda melambat.

Metamfetamin dalam volume tinggi terus diproduksi dan diperdagangkan di dalam dan dari wilayah tersebut sementara produksi ketamin dan obat-obatan sintetis lainnya telah berkembang,” ungkap UNODC dalam laporan tahun 2023 berjudul Obat-obatan Sintetis di Asia Timur dan Tenggara -yang pertama sejak perbatasan dibuka kembali pascapandemi Covid-19.

Laporan tersebut menunjukkan pola kelompok-kelompok kriminal yang membangun kembali diri mereka ke tahap pra-pandemi, dan secara signifikan mengubah rute penyelundupan obat-obatan terlarang.

Baca juga: Metamfetamin: Kristal Andalan Kartel Narkoba, Punya Efek Skizofrenia

Bagian terbesar dari metamfetamin, dalam bentuk tablet dan sabu, berasal dari kawasan yang dikenal sebagai Segitiga Emas, di mana perbatasan antara Myanmar, Laos, dan Thailand bertemu.

Produksi opium dan heroin berkembang pesat di sana, terutama karena ketiadaan hukum di sekitar negara bagian Shan, Myanmar timur, yang terpencil.

Daerah yang sebagian besar berupa hutan itu tetap menjadi wilayah kekuasaan berbagai milisi etnis minoritas, dan beberapa di antara mereka bermitra dalam perdagangan narkoba.

“Metamfetamin terus menjadi narkoba yang paling banyak digunakan di Asia Timur dan Tenggara dan penggunaannya telah meningkat selama dekade terakhir,” beber laporan UNODC.

Metamfetamin juga lebih mudah dibuat dalam skala industri daripada budidaya opium yang padat karya, dari mana heroin berasal.

Baca juga: AL Kolombia Cegat Kapal Selam Narkoba Terbesar, Bawa 3 Ton Kokain

Obat tersebut kemudian didistribusikan melalui darat, laut dan udara di seluruh Asia dan Pasifik.

Laporan tersebut mengataka, kontrol luas yang dimiliki kelompok-kelompok kejahatan terorganisir atas wilayah itu telah memungkinkan mereka untuk meningkatkan dan mendiversifikasi pasokan secara besar-besaran untuk tujuan ekspansi dan dominasi pasar.

“Jaringan-jaringam perdagangan regional yang paling kuat dapat beroperasi dengan tingkat kepastian yang tinggi, dan tidak akan dapat dihentikan, dan sebagai hasilnya mereka dapat mendikte syarat dan ketentuan pasar,” katanya.

Laporan UNODC menuturkan, ada rekor penyitaan metamfetamin hampir setiap tahun selama dekade terakhir di Asia Timur dan Tenggara, tetapi data terbaru menunjukkan bahwa total narkoba yang disita menurun pada 2022 menjadi 151 ton.

Penurunan penyitaan ini sering dikaitkan dengan produksi yang melemah.

Tetapi laporan itu mengatakan, indikator-indikator lain, termasuk penangkapan, tingkat ketersediaan, kemurnian, rekor harga grosir dan jalanan yang rendah, dan jumlah orang yang menjalani perawatan pada kenyataannya menunjukkan pasokan tetap sangat tinggi atau tidak berubah.

Baca juga: Thailand Sita 1 Ton Lebih Sabu yang akan Dikirim ke Australia

Jeremy Douglas, perwakilan regional UNODC untuk Asia Tenggara dan Pasifik, secara khusus menekankan pada konferensi pers pada Jumat di Bangkok, bahwa situasi di negara bagian Shan, Myanmar cukup memprihatinkan.

Sebab, kata dia, ada penurunan penyitaan narkoba yang belum pernah terjadi sebelumnya pada tahun lalu di sana, meskipun menjadi episentrum produksi untuk Asia Pasifik.

Laporan tersebut menunjukkan bahwa penurunan penyitaan secara keseluruhan terjadi karena penyelundup mengubah rute penyelundupan mereka dari darat ke laut untuk menghindari pihak berwenang.

Pengiriman melalui laut dilakukan dari wilayah pesisir Myanmar.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com