Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/05/2023, 18:30 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Ketika para peneliti di sebuah organisasi nirlaba yang mempelajari media sosial ingin memahami hubungan antara video YouTube dan kekerasan senjata, mereka membuat akun di platform yang meniru perilaku anak laki-laki biasa yang tinggal di AS

Mereka mensimulasikan dua anak berusia sembilan tahun yang sama-sama menyukai video game.

Akunnya identik, kecuali yang satu mengklik video yang direkomendasikan oleh YouTube, dan yang lainnya mengabaikan saran platform.

Baca juga: Setahun Penembakan Jurnalis Palestina Abu Akleh, Israel Belum Mengakui

Akun yang mengklik saran YouTube segera dibanjiri dengan video grafis tentang penembakan di sekolah, video pelatihan senjata taktis, dan petunjuk cara membuat senjata api yang sepenuhnya otomatis.

Satu video menampilkan seorang gadis usia sekolah dasar yang memegang pistol; yang lain menunjukkan seorang penembak menggunakan senjata kaliber .50 untuk menembak kepala boneka yang diisi dengan darah dan otak yang hidup.

Banyak video yang melanggar kebijakan YouTube sendiri terhadap konten kekerasan atau mengerikan.

Temuan ini, seperti dilansir dari Associated Press, menunjukkan bahwa terlepas dari aturan YouTube dan upaya moderasi konten, platform tersebut gagal menghentikan penyebaran video menakutkan yang dapat membuat trauma anak-anak yang rentan, bahkan malah mengirim mereka ke jalan gelap ekstremisme dan kekerasan.

“Video game adalah salah satu kegiatan paling populer untuk anak-anak. Anda dapat memainkan game seperti "Call of Duty" tanpa berakhir di toko senjata, tetapi YouTube membawa mereka ke sana," kata Katie Paul, direktur Proyek Transparansi Teknologi, kelompok riset yang menerbitkan temuannya tentang YouTube pada hari Selasa (16/5/2023)

“Ini bukan video game, bukan anak-anak. Ini adalah algoritme," tambahnya.

Akun yang mengikuti video yang disarankan YouTube menerima 382 video berbeda terkait senjata api dalam satu bulan, atau sekitar 12 video per hari.

Baca juga: Pelaku Penembakan Mal di Texas adalah Satpam, Ideologinya Diselidiki

Akun yang mengabaikan rekomendasi YouTube masih menerima beberapa video terkait senjata, tetapi totalnya hanya 34.

Para peneliti juga membuat akun yang meniru anak laki-laki berusia 14 tahun; akun-akun itu juga menerima konten terkait senjata dan kekerasan yang serupa.

Salah satu video yang direkomendasikan untuk akun tersebut berjudul "Bagaimana Sakelar Bekerja di Glock (Hanya untuk Tujuan Pendidikan)".

Baca juga: Penembakan Brutal di Mal Texas, 9 Orang Tewas, Termasuk Anak 5 Tahun

YouTube kemudian menghapus video tersebut setelah memutuskan bahwa itu melanggar aturannya. Namun, video yang hampir identik muncul dua minggu kemudian dengan nama yang sedikit diubah. Ini berarti video tersebut tetap tersedia.

Seorang juru bicara YouTube membela perlindungan platform untuk anak-anak dan mencatat bahwa pengguna di bawah 17 tahun harus mendapatkan izin orang tua mereka sebelum menggunakan situs mereka. Akun untuk pengguna di bawah 13 tahun ditautkan ke akun orang tua.

Halaman:

Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Investigasi Ungkap Sejumlah Pekerja Migran Justru Jadi Korban Eksploitasi Diplomat

Investigasi Ungkap Sejumlah Pekerja Migran Justru Jadi Korban Eksploitasi Diplomat

Global
Iran Jinakkan 30 Bom di Teheran dan Tahan 28 Orang Terkait ISIS

Iran Jinakkan 30 Bom di Teheran dan Tahan 28 Orang Terkait ISIS

Global
Rombongan Pertama Pengungsi Nagorno-Karabakh Memasuki Armenia

Rombongan Pertama Pengungsi Nagorno-Karabakh Memasuki Armenia

Global
Perempuan Iran Terancam Dipenjara 10 Tahun jika Dianggap Berpakaian Tak Pantas

Perempuan Iran Terancam Dipenjara 10 Tahun jika Dianggap Berpakaian Tak Pantas

Global
UPDATE Konflik Armenia-Azerbaijan: 120.000 Warga Akan Tinggalkan Nagorno-Karabakh

UPDATE Konflik Armenia-Azerbaijan: 120.000 Warga Akan Tinggalkan Nagorno-Karabakh

Global
Bocah 11 Tahun Tewas Dibacok di Malaysia, WNI Diburu

Bocah 11 Tahun Tewas Dibacok di Malaysia, WNI Diburu

Global
China Pasang Penghalang Terapung di Laut China Selatan

China Pasang Penghalang Terapung di Laut China Selatan

Global
Di Majelis Umum PBB, Indonesia Tawarkan 3 Strategi untuk Hidupkan Lagi Solidaritas Global

Di Majelis Umum PBB, Indonesia Tawarkan 3 Strategi untuk Hidupkan Lagi Solidaritas Global

Global
Kisah Kripto Nyasar Masuk Rekening Pekerja Disabilitas, Mendadak Kaya Berujung Pidana

Kisah Kripto Nyasar Masuk Rekening Pekerja Disabilitas, Mendadak Kaya Berujung Pidana

Global
Perjanjian Damai Beres, Hubungan Israel-Arab Saudi Membaik?

Perjanjian Damai Beres, Hubungan Israel-Arab Saudi Membaik?

Global
Kim Jong Un Belum Berhenti, Kali Ini Kirim Surat ke Xi Jinping

Kim Jong Un Belum Berhenti, Kali Ini Kirim Surat ke Xi Jinping

Global
Paus Fransiskus: Barat Tak Boleh Main-main dengan Ukraina

Paus Fransiskus: Barat Tak Boleh Main-main dengan Ukraina

Global
Bos Mafia Italia Messina Denaro Dilaporkan Koma

Bos Mafia Italia Messina Denaro Dilaporkan Koma

Global
Rangkuman Hari ke-577 Serangan Rusia ke Ukraina: Markas Armada Laut Hitam Rusia Dibabat Rudal | Serangan Siber Skala Penuh Crimea

Rangkuman Hari ke-577 Serangan Rusia ke Ukraina: Markas Armada Laut Hitam Rusia Dibabat Rudal | Serangan Siber Skala Penuh Crimea

Global
[UNIK GLOBAL] Jasad Alien Meksiko Diteliti | Selancar Bawa Ular Piton

[UNIK GLOBAL] Jasad Alien Meksiko Diteliti | Selancar Bawa Ular Piton

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com