Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/05/2023, 13:35 WIB
Irawan Sapto Adhi

Editor

NEW DELHI, KOMPAS.com - Sebanyak 60 orang dilaporkan tewas dalam bentrokan antaretnis di negara bagian Manipur, India timur laut.

Massa menyerang rumah, kendaraan, gereja, dan kuil, kata para pejabat setempat.

Dalam konferensi pers hari Senin (8/5/2023), Kepala Negara Bagian Manipur, N Biren Singh, mengatakan lebih dari 200 orang terluka dan puluhan ribu orang mengungsi akibat bentrokan tersebut.

Baca juga: Jet Tempur MiG-21 India Jatuh dan Tabrak Rumah Warga, 2 Orang Tewas

Kekerasan dimulai pekan lalu setelah komunitas penduduk asli memprotes keinginan kelompok etnis utama di negara bagian itu untuk mendapatkan status suku.

Anggota komunitas Meitei, yang mencakup 53 persen dari populasi Manipur, sudah bertahun-tahun menuntut agar dimasukkan ke dalam kategori Scheduled Tribes atau suku yang diakui oleh negara.

Status itu akan memberi mereka akses ke lahan hutan dan menjamin jatah pegawai negeri sipil dan tempat di lembaga pendidikan.

Komunitas yang sudah diakui sebagai Scheduled Tribes, terutama Kuki yang tinggal di distrik perbukitan, khawatir mereka akan kehilangan kendali atas tanah hutan leluhur mereka jika permintaan Meitei diterima.

Pada Senin, Menteri Dalam Negeri India, Amit Shah, mengatakan kepada saluran berita bahwa situasi di Manipur aman terkendali dan mengimbau masyarakat untuk menjaga perdamaian.

Menurut dia, pemerintah Negara Bagian Manipur akan berkonsultasi dengan semua pemangku kepentingan sebelum mengambil keputusan tentang masalah ini.

Baca juga: Kapal Wisata 2 Lantai Terbalik di India, 22 Orang Tewas, Mayoritas Anak-anak

Ribuan tentara dikerahkan di negara bagian itu untuk menjaga ketertiban. Jam malam diberlakukan di beberapa distrik dan akses internet diputus sementara.

Pekan lalu, gubernur negara bagian mengeluarkan perintah tembak di tempat dalam kasus-kasus ekstrem untuk mengendalikan situasi.

Mahkamah Agung India menyatakan keprihatinan atas kekerasan tersebut dan meminta pemerintah negara bagian untuk menyerahkan laporan terbaru tentang langkah-langkah bantuan dan rehabilitasi setelah satu minggu.

Singh mengatakan pada Senin bahwa lebih dari 20.000 orang yang terlantar di kamp-kamp bantuan sudah dipindahkan ke tempat yang aman. Dia berkata sedang ada upaya untuk menyelamatkan 10.000 orang lainnya.

Sebagian besar pengungsi adalah perempuan dan anak-anak.

Penduduk setempat mengatakan mereka khawatir tentang masa depan mereka. "Kami tidak merasa aman sekarang," kata L Sanglun Simte, seorang warga di ibukota negara bagian Imphal, kepada kantor berita AFP.

Halaman Selanjutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Investigasi Ungkap Sejumlah Pekerja Migran Justru Jadi Korban Eksploitasi Diplomat

Investigasi Ungkap Sejumlah Pekerja Migran Justru Jadi Korban Eksploitasi Diplomat

Global
Iran Jinakkan 30 Bom di Teheran dan Tahan 28 Orang Terkait ISIS

Iran Jinakkan 30 Bom di Teheran dan Tahan 28 Orang Terkait ISIS

Global
Rombongan Pertama Pengungsi Nagorno-Karabakh Memasuki Armenia

Rombongan Pertama Pengungsi Nagorno-Karabakh Memasuki Armenia

Global
Perempuan Iran Terancam Dipenjara 10 Tahun jika Dianggap Berpakaian Tak Pantas

Perempuan Iran Terancam Dipenjara 10 Tahun jika Dianggap Berpakaian Tak Pantas

Global
UPDATE Konflik Armenia-Azerbaijan: 120.000 Warga Akan Tinggalkan Nagorno-Karabakh

UPDATE Konflik Armenia-Azerbaijan: 120.000 Warga Akan Tinggalkan Nagorno-Karabakh

Global
Bocah 11 Tahun Tewas Dibacok di Malaysia, WNI Diburu

Bocah 11 Tahun Tewas Dibacok di Malaysia, WNI Diburu

Global
China Pasang Penghalang Terapung di Laut China Selatan

China Pasang Penghalang Terapung di Laut China Selatan

Global
Di Majelis Umum PBB, Indonesia Tawarkan 3 Strategi untuk Hidupkan Lagi Solidaritas Global

Di Majelis Umum PBB, Indonesia Tawarkan 3 Strategi untuk Hidupkan Lagi Solidaritas Global

Global
Kisah Kripto Nyasar Masuk Rekening Pekerja Disabilitas, Mendadak Kaya Berujung Pidana

Kisah Kripto Nyasar Masuk Rekening Pekerja Disabilitas, Mendadak Kaya Berujung Pidana

Global
Perjanjian Damai Beres, Hubungan Israel-Arab Saudi Membaik?

Perjanjian Damai Beres, Hubungan Israel-Arab Saudi Membaik?

Global
Kim Jong Un Belum Berhenti, Kali Ini Kirim Surat ke Xi Jinping

Kim Jong Un Belum Berhenti, Kali Ini Kirim Surat ke Xi Jinping

Global
Paus Fransiskus: Barat Tak Boleh Main-main dengan Ukraina

Paus Fransiskus: Barat Tak Boleh Main-main dengan Ukraina

Global
Bos Mafia Italia Messina Denaro Dilaporkan Koma

Bos Mafia Italia Messina Denaro Dilaporkan Koma

Global
Rangkuman Hari ke-577 Serangan Rusia ke Ukraina: Markas Armada Laut Hitam Rusia Dibabat Rudal | Serangan Siber Skala Penuh Crimea

Rangkuman Hari ke-577 Serangan Rusia ke Ukraina: Markas Armada Laut Hitam Rusia Dibabat Rudal | Serangan Siber Skala Penuh Crimea

Global
[UNIK GLOBAL] Jasad Alien Meksiko Diteliti | Selancar Bawa Ular Piton

[UNIK GLOBAL] Jasad Alien Meksiko Diteliti | Selancar Bawa Ular Piton

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com