NEW DELHI, KOMPAS.com - Sebanyak 60 orang dilaporkan tewas dalam bentrokan antaretnis di negara bagian Manipur, India timur laut.
Massa menyerang rumah, kendaraan, gereja, dan kuil, kata para pejabat setempat.
Dalam konferensi pers hari Senin (8/5/2023), Kepala Negara Bagian Manipur, N Biren Singh, mengatakan lebih dari 200 orang terluka dan puluhan ribu orang mengungsi akibat bentrokan tersebut.
Baca juga: Jet Tempur MiG-21 India Jatuh dan Tabrak Rumah Warga, 2 Orang Tewas
Kekerasan dimulai pekan lalu setelah komunitas penduduk asli memprotes keinginan kelompok etnis utama di negara bagian itu untuk mendapatkan status suku.
Anggota komunitas Meitei, yang mencakup 53 persen dari populasi Manipur, sudah bertahun-tahun menuntut agar dimasukkan ke dalam kategori Scheduled Tribes atau suku yang diakui oleh negara.
Status itu akan memberi mereka akses ke lahan hutan dan menjamin jatah pegawai negeri sipil dan tempat di lembaga pendidikan.
Komunitas yang sudah diakui sebagai Scheduled Tribes, terutama Kuki yang tinggal di distrik perbukitan, khawatir mereka akan kehilangan kendali atas tanah hutan leluhur mereka jika permintaan Meitei diterima.
Pada Senin, Menteri Dalam Negeri India, Amit Shah, mengatakan kepada saluran berita bahwa situasi di Manipur aman terkendali dan mengimbau masyarakat untuk menjaga perdamaian.
Menurut dia, pemerintah Negara Bagian Manipur akan berkonsultasi dengan semua pemangku kepentingan sebelum mengambil keputusan tentang masalah ini.
Baca juga: Kapal Wisata 2 Lantai Terbalik di India, 22 Orang Tewas, Mayoritas Anak-anak
Ribuan tentara dikerahkan di negara bagian itu untuk menjaga ketertiban. Jam malam diberlakukan di beberapa distrik dan akses internet diputus sementara.
Pekan lalu, gubernur negara bagian mengeluarkan perintah tembak di tempat dalam kasus-kasus ekstrem untuk mengendalikan situasi.
Mahkamah Agung India menyatakan keprihatinan atas kekerasan tersebut dan meminta pemerintah negara bagian untuk menyerahkan laporan terbaru tentang langkah-langkah bantuan dan rehabilitasi setelah satu minggu.
Singh mengatakan pada Senin bahwa lebih dari 20.000 orang yang terlantar di kamp-kamp bantuan sudah dipindahkan ke tempat yang aman. Dia berkata sedang ada upaya untuk menyelamatkan 10.000 orang lainnya.
Sebagian besar pengungsi adalah perempuan dan anak-anak.
Penduduk setempat mengatakan mereka khawatir tentang masa depan mereka. "Kami tidak merasa aman sekarang," kata L Sanglun Simte, seorang warga di ibukota negara bagian Imphal, kepada kantor berita AFP.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.