Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Irvan Maulana
Direktur Center of Economic and Social Innovation Studies (CESIS)

Peneliti dan Penulis

Politik "Debt Chicken" Plafon Utang Amerika Serikat

Kompas.com - 08/05/2023, 13:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

EKONOMI politik Amerika Serikat saat ini benar-benar berada dalam tekanan. Setidaknya ada dua hal yang sedang diusahakan untuk mengindari bencana penundaan atau pembatalan kenaikan plafon utang.

Pertama, melakukan kompromi bipartisan dan negosiasi kenaikan plafon hutang untuk menghindari krisis yang dapat terjadi dalam waktu dekat. Jika terjadi, krisis itu memiliki daya rusak ekonomi global signifikan.

Kedua, Amerika Serikat harus siap untuk kemungkinan krisis yang sangat buruk jika negosiasi gagal dan perlu memiliki strategi untuk meminimalkan kerugian yang mungkin terjadi akibat dari krisis tersebut.

Kali ini, sumber utama krisis plafon utang AS sepenuhnya karena alasan politik domestik AS dan bukan disebabkan alasan teknis fiskal atau moneter, seperti “overhang” utang.

Meskipun mungkin masih diperdebatkan mengenai apakah pemerintah AS sudah meminjam terlalu banyak dalam waktu yang lama.

Persoalan plafon utang Amerika pada 2023 juga bukan seperti Yunani pada 2009 atau Argentina pada 2001.

Untuk kasus krisis utang Yunani tahun 2009, sumber krisis berasal dari masalah keuangan yang muncul sejak awal 2000-an, ketika Yunani bergabung dengan zona euro.

Setelah bergabung dengan zona euro, Yunani mulai meminjam uang dengan suku bunga yang lebih rendah dari bank-bank Eropa, dan menggunakan uang tersebut untuk membiayai pengeluaran negara yang meningkat pesat, seperti pembangunan infrastruktur dan program sosial.

Namun, pengeluaran meningkat dan penerimaan rendah mengakibatkan defisit anggaran dan utang negara yang semakin bertambah.

Pada 2009, pemerintah Yunani mengumumkan bahwa defisit anggaran negaranya melebihi batas yang diizinkan oleh Uni Eropa, sehingga memicu kekhawatiran di pasar keuangan global tentang kemampuan Yunani untuk membayar utangnya.

Untuk kasus Argentina, ketika pemerintahnya tak mampu memenuhi kewajibannya membayar kembali pinjaman dan bunganya pada 2001, para investor kehilangan kepercayaan dan menarik dana mereka dari negara tersebut.

Krisis finansial kemudian terjadi, yang mengakibatkan terjadinya pengangguran yang tinggi, kemiskinan, kerusuhan sipil, dan penurunan nilai tukar peso Argentina secara dramatis.

Sementara untuk kali ini sedikit unik karena dalam proses anggaran AS memungkinkan Kongres, yang saat ini dikuasai oleh Partai Republik, menghambat pemerintah melakukan pembayaran yang justru telah disetujui lewat jalur legislasi.

Jadi, jika Partai Republik menolak untuk menaikkan batas utang, maka inilah “gong” yang dapat menyebabkan krisis utang yang memengaruhi perekonomian.

Penekanan potensi krisis utang pada masa depan sepenuhnya disebabkan oleh hasil politik dalam negeri AS, bukan faktor eksternal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com