Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/05/2023, 16:39 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

PESHAWAR, KOMPAS.com - Seorang pria dilaporkan telah dipukuli hingga tewas oleh massa setelah dituduh melakukan penistaan agama dalam rapat umum yang diadakan partai Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI).

Penistaan agama adalah masalah sangat sensitif di Pakistan yang mayoritas berpenduduk Muslim.

Di negara itu, tuduhan penistaan yang tidak terbukti bahkan dapat memicu massa dan kekerasan.

Baca juga: Setelah China dan India, Pakistan Putuskan Beli Minyak Rusia yang Lebih Murah

Diberitakan AFP pada Minggu (7/5/2023), video yang memperlihatkan eksekusi hukuman mati tanpa pengadilan itu telah beredar secara luas di media sosial.

Polisi terlihat sia-sia berusaha menghentikan massa yang secara bergantian memukuli tersangka penista agama.

Insiden itu dilaporkan terjadi pada Sabtu (6/5/2023) di daerah Sawal Dher di kota Mardan di provinsi Khyber Pakhtunkhwa, yang berbatasan dengan Afghanistan.

Polisi mengatakan pria yang tewas dipukuli massa itu diidentifikasi sebagai Nigar Alam.

Kejadian bermula ketika pria itu diminta untuk menyampaikan doa penutup pada rapat umum yang diselenggarakan oleh partai mantan PM Pakistan Imran Khan itu. Massa tersinggung dengan komentarnya.

The Friday Times malaporkan, pria itu mengatakan bahwa dirinya menghormati ketua PTI, yakni mantan PM Pakistan Imran Khan seperti seorang Nabi karena dia adalah orang yang jujur.

Nigar Alam disebut sempat berhasil melarikan diri dari tempat kejadian.

Tetapi, kata polisi, massa melacaknya hingga ke rumah seorang kerabat.

"Sekelompok orang memanjat tembok, menerobos masuk, dan memukulinya sampai mati dengan tongkat dan pentungan," kata kepala polisi distrik Najeeb-ur-Rehman.

Baca juga: Tak Hanya Indonesia, Warga Pakistan Juga Berbondong-bondong Belanja Baju Lebaran

"Massa sangat menggebu sehingga menjadi sangat sulit bagi polisi untuk menemukan jenazah," katanya kepada AFP.

Pejabat polisi setempat lainnya, Umair Khan, membenarkan kejadian tersebut.

Pemimpin PTI tidak hadir dalam rapat umum tersebut dan pejabat partai tidak segera mengomentari insiden itu.

Sementara itu, menurut Pusat Keadilan Sosial, sebuah kelompok independen yang mengadvokasi hak-hak minoritas di Pakistan, lebih dari 2.000 orang telah dituduh melakukan penistaan agama sejak 1987, dan setidaknya 88 orang dibunuh oleh gerombolan massa karena tuduhan serupa.

Baca juga: 11 Orang Tewas Berebut Bantuan Bahan Makanan di Pakistan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya

Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Investigasi Ungkap Sejumlah Pekerja Migran Justru Jadi Korban Eksploitasi Diplomat

Investigasi Ungkap Sejumlah Pekerja Migran Justru Jadi Korban Eksploitasi Diplomat

Global
Iran Jinakkan 30 Bom di Teheran dan Tahan 28 Orang Terkait ISIS

Iran Jinakkan 30 Bom di Teheran dan Tahan 28 Orang Terkait ISIS

Global
Rombongan Pertama Pengungsi Nagorno-Karabakh Memasuki Armenia

Rombongan Pertama Pengungsi Nagorno-Karabakh Memasuki Armenia

Global
Perempuan Iran Terancam Dipenjara 10 Tahun jika Dianggap Berpakaian Tak Pantas

Perempuan Iran Terancam Dipenjara 10 Tahun jika Dianggap Berpakaian Tak Pantas

Global
UPDATE Konflik Armenia-Azerbaijan: 120.000 Warga Akan Tinggalkan Nagorno-Karabakh

UPDATE Konflik Armenia-Azerbaijan: 120.000 Warga Akan Tinggalkan Nagorno-Karabakh

Global
Bocah 11 Tahun Tewas Dibacok di Malaysia, WNI Diburu

Bocah 11 Tahun Tewas Dibacok di Malaysia, WNI Diburu

Global
China Pasang Penghalang Terapung di Laut China Selatan

China Pasang Penghalang Terapung di Laut China Selatan

Global
Di Majelis Umum PBB, Indonesia Tawarkan 3 Strategi untuk Hidupkan Lagi Solidaritas Global

Di Majelis Umum PBB, Indonesia Tawarkan 3 Strategi untuk Hidupkan Lagi Solidaritas Global

Global
Kisah Kripto Nyasar Masuk Rekening Pekerja Disabilitas, Mendadak Kaya Berujung Pidana

Kisah Kripto Nyasar Masuk Rekening Pekerja Disabilitas, Mendadak Kaya Berujung Pidana

Global
Perjanjian Damai Beres, Hubungan Israel-Arab Saudi Membaik?

Perjanjian Damai Beres, Hubungan Israel-Arab Saudi Membaik?

Global
Kim Jong Un Belum Berhenti, Kali Ini Kirim Surat ke Xi Jinping

Kim Jong Un Belum Berhenti, Kali Ini Kirim Surat ke Xi Jinping

Global
Paus Fransiskus: Barat Tak Boleh Main-main dengan Ukraina

Paus Fransiskus: Barat Tak Boleh Main-main dengan Ukraina

Global
Bos Mafia Italia Messina Denaro Dilaporkan Koma

Bos Mafia Italia Messina Denaro Dilaporkan Koma

Global
Rangkuman Hari ke-577 Serangan Rusia ke Ukraina: Markas Armada Laut Hitam Rusia Dibabat Rudal | Serangan Siber Skala Penuh Crimea

Rangkuman Hari ke-577 Serangan Rusia ke Ukraina: Markas Armada Laut Hitam Rusia Dibabat Rudal | Serangan Siber Skala Penuh Crimea

Global
[UNIK GLOBAL] Jasad Alien Meksiko Diteliti | Selancar Bawa Ular Piton

[UNIK GLOBAL] Jasad Alien Meksiko Diteliti | Selancar Bawa Ular Piton

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com