Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aktivis Tibet: China Sengaja Diskreditkan Dalai Lama Lewat Skandal

Kompas.com - 14/04/2023, 16:15 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Nextshark

LHASA, KOMPAS.com - Warga Tibet angkat bicara menyusul permintaan maaf Dalai Lama setelah video dia mencium seorang anak laki-laki menjadi viral.

Mereka mengeklaim bahwa tindakan tersebut sengaja disalahtafsirkan dan disalahgunakan oleh propagandis Partai Komunis China (PKC) untuk mendiskreditkan pemimpin spiritual tersebut.

Dalam video viral, Dalai Lama terlihat mencium seorang anak laki-laki di bibir dan memintanya untuk "mengisap lidah" selama acara publik pada akhir Februari di kuil Dalai Lama di Dharamshala, India.

Baca juga: Klaim Dalai Lama soal Komentar Isap Lidahku ke Anak Kecil

Dilansir dari Nextshark, pria bernama asli Tenzin Gyatso, pemimpin spiritual berusia 87 tahun yang diasingkan dari China, dikutuk oleh banyak pengguna media sosial yang menggambarkan perilakunya sebagai hal yang tidak pantas dan menjijikkan.

Reaksi tersebut kemudian mendorong kantor Dalai Lama untuk meminta maaf atas tindakan tersebut.

Sejak saat itu, banyak orang Tibet juga angkat bicara, berpendapat bahwa tindakan Dalai Lama sengaja disalahtafsirkan sebagai cara untuk melegitimasi pendudukan China di Tibet.

Tsering Kyi, seorang jurnalis Tibet yang berbasis di AS, mengatakan bahwa kemunculan video tersebut sebagai titik kontroversi adalah hasil dari upaya untuk mendiskreditkan Dalai Lama, yang jadi target PKC selama beberapa dekade.

Menurut Institute of East Asian Studies di University of California, Berkeley, menjulurkan lidah adalah tanda hormat, persetujuan, atau salam dalam budaya tradisional Tibet.

“Ini adalah cara tradisional kami untuk menyapa,” kata seorang warga Tibet anonim di India kepada Vice.

“Saya juga pernah melihatnya bermain-main dengan orang Tibet. Bagi kami, sangat menyedihkan bahwa hal itu telah disalahtafsirkan oleh komunitas internasional. Acaranya diadakan lebih dari sebulan yang lalu, kenapa kita baru melihatnya sekarang?” ujarnya.

Baca juga: Dalai Lama Minta Maaf Setelah Minta Bocah Isap Lidahnya

Meskipun tidak jelas apa yang menyebabkan video tersebut muncul kembali dan menjadi viral, individu tersebut mencatat bahwa mereka melihat banyak akun media sosial pro-China mencuit video tersebut Jumat lalu.

“Ekspresi emosi dan perilaku hari ini telah melebur bersama dan menjadi sangat kebarat-baratan,” tulis Namdol Lhagyari, seorang aktivis Tibet di pengasingan, di Twitter.

Timothy Grose, seorang profesor studi China di Rose-Hulman Institute of Technology di Indiana, juga mengatakan kepada Vice bahwa klip tersebut dipersenjatai oleh pendukung PKC yang percaya bahwa Dalai Lama adalah seorang separatis dan boneka CIA.

Baca juga: Dalai Lama Kritik Pemimpin China yang Dinilainya Terlalu Mengontrol

“Penyitaan China atas bagian sejarah Tibet ini dimaksudkan untuk memenuhi klaimnya untuk membebaskan Tibet,” kata Grose.

Kelompok hak asasi manusia Tibet dilaporkan telah mendokumentasikan kampanye online di masa lalu yang berusaha untuk mendiskreditkan Dalai Lama, dengan beberapa unggahan viral yang menuduhnya memiliki budak, sebuah klaim yang dianggap tidak akurat oleh sejarawan Tibet.

Dalai Lama, yang melarikan diri ke India pada tahun 1959 ketika Tibet dianeksasi oleh China.

Dia telah berupaya menarik dukungan global untuk otonomi linguistik dan budaya di tanah airnya yang terpencil.

Baca juga: Protes di Tibet Menentang Lockdown Covid-19 China, Warga: Kami Hanya Ingin Pulang

Dia saat ini tinggal di sebuah kompleks di sebelah kuil di Dharamshala.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com