HONIARA, KOMPAS.com - Peter Bae bekerja di bidang keuangan. Gajinya lumayan, di atas rata-rata penghasilan penduduk Kepulauan Solomon.
Namun, anak-anaknya kadang terpaksa mengerjakan tugas-tugas sekolah dalam kegelapan di rumah mereka di pinggiran Kota Honiara.
"Mereka jadi kesal," ujar Peter kepada ABC News. "Mereka menangis kalau sudah gelap dan listrik rumah kami tidak menyala."
Baca juga: New York dan Singapura Jadi Kota dengan Biaya Hidup Termahal di Dunia, Geser Tel Aviv
Saat cuaca buruk--yang sering terjadi--pasokan listrik mereka tidak memadai dan terpaksa membayar ke tetangga untuk mengisi baterai ponsel.
"Kondisi seperti ini memengaruhi kegiatan belajar anak-anak kami, terutama menjelang ujian," ujarnya.
Kepulauan Solomon saat ini tercatat sebagai negara dengan tarif listrik termahal di dunia, berada di atas negara Pasifik lainnya, Vanuatu dan Kepulauan Cook.
Penelitian yang dirilis pada Desember 2021 menganalisis 230 negara dan menemukan rata-rata biaya listrik di Kepulauan Solomon 1,03 dollar Australia (sekitar Rp 10.000) per KWh.
Listrik termurah di dunia ada di Libya dengan biaya 0,01 sen dollar per KWh. Sedangkan tarif listrik di Australia adalah 26 sen (sekitar Rp 2.600) per KWh.
Menurut Martin Sam, Dirut Solomon Power, sangat sulit menyebutkan penyebab tingginya harga listrik ini.
Dia menyebut faktor geografi negara itu, dengan populasi 700.000 yang tersebar di ratusan pulau, adalah salah satu penyebabnya.
Faktor lainnya adalah sumber listrik. "Sebanyak 98 persen pembangkit listrik berasal dari diesel," jelas Martin.
"Itulah penyebab utama mahalnya harga listrik di negara ini."
Baca juga: Titanic Versi Nazi, Film Propaganda Termahal Berujung Tragedi
Bagi Anggota Parlemen Kepulauan Solomon, Peter Kenilorea, hal ini merupakan penghalang utama pertumbuhan ekonomi negara itu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.