WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Amerika Serikat pada Jumat (7/4/2023) menyatakan dukungan terhadap hak sekutu Israel untuk membela diri setelah menerima serangan mematikan serta tembakan roket dari Lebanon.
Seperti diketahui, Israel telah menyerang Lebanon selatan dan Jalur Gaza. Serangan itu ditujukan sebagai tanggapan atas peluncuran roket dari kedua wilayah tersebut ke Israel.
Otoritas Israel menyalahkan militan Hamas atas serangan roket ke negaranya.
Baca juga: Buntut Mobil Seruduk Rombongan Turis di Tel Aviv, Israel Mobilisasi Polisi dan Tentara Cadangan
"Menargetkan warga sipil tak berdosa dari kebangsaan apa pun tidak masuk akal. Amerika Serikat mendukung pemerintah dan rakyat Israel, " kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Vedant Patel dalam sebuah pernyataan.
Amerika Serikat juga menyuarakan dukungan untuk Israel atas Lebanon, tanpa secara eksplisit mendukung serangan negara Yahudi di tetangga utaranya sebagai tanggapan atas tembakan roket oleh militan.
"Saat kami mendesak de-eskalasi di semua pihak, kami mengakui kemampuan Israel untuk menggunakan hak bawaannya untuk membela diri. Memanfaatkan Lebanon sebagai landasan peluncuran serangan roket terhadap Israel hanya menempatkan Lebanon dalam risiko dan meningkatkan potensi konflik lebih lanjut," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS lainnya, dikutip dari AFP.
Kekerasan telah meningkat sejak Rabu (5/4/2023), ketika polisi Israel bentrok dengan warga Palestina di dalam masjid Al-Aqsa, tepat ketika penganut tiga agama monoteistik utama dunia sedang merayakan hari raya besar.
Baca juga: Dihujani Roket, Israel Balas Serangan Udara di Gaza dan Lebanon
Kemudian pada Jumat, dua saudara perempuan Inggris-Israel berusia 16 dan 20 tahun menjadi korban tewas dan ibu mereka terluka parah dalam serangan penembakan di Tepi Barat yang diduduki.
Sementara seorang turis Italia tewas dan tujuh orang lainnya terluka di Tel Aviv ketika sebuah mobil menabrak orang yang sedang berjalan di jalur bersepeda.
Dukungan vokal AS untuk Israel datang setelah pertengkaran publik yang tidak biasa ketika Presiden Joe Biden menekan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk membatalkan upaya untuk melemahkan peradilan.
Rencana pemerintah sayap kanan, yang ditunda Netanyahu, telah memicu protes besar oleh warga Israel yang mengatakan itu melanggar prinsip-prinsip demokrasi.
Baca juga: PBB Syok Polisi Israel Serang Masjid Al-Aqsa, Tukiye Sebut Garis Merah Telah Dilanggar
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.