Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Pakai Jilbab, 2 Perempuan di Iran Disiram Yoghurt dan Ditangkap

Kompas.com - 02/04/2023, 16:44 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber Sky News

TEHERAN, KOMPAS.com - Dua perempuan di Iran disiram yoghurt di sebuah toko oleh seorang pria yang melihat mereka tak memakai jilbab atau tak menutupi rambut sepenuhnya.

Rekaman CCTV "serangan yoghurt" yang diyakini terjadi di Kota Shandiz tersebut telah tersebar luas di media sosial.

Sebagai tanggapan atas video yang viral itu, Presiden Iran Ebrahim Raisi menegaskan bahwa jilbab adalah hukum di Iran.

Baca juga: Pejabat Iran Akhirnya Mengaku Ratusan Orang Tewas dalam Kerusuhan Pasca-kematian Mahsa Amini

Video menunjukkan seorang pria dengan kemeja kotak-kotak terlihat mengambil sewadah yoghurt dan menyiramkannya ke kepala dua perempuan yang sama-sama berada di sebuah toko.

Aksi pria itu langsung dihadang oleh pria lain yang kemudian mendorongnya keluar dari toko.

Si perempuan juga ditangkap

Diberitakan Sky News pada Sabtu (1/4/2023), pria pelaku penyiraman yoghurt ke kepala dua perempuan itu telah ditangkap.

Pria tersebut dianggap telah menghina perempuan, menimbulkan kekacauan publik, dan melakukan promosi kebajikan secara tidak konvensional.

Namun, menurut otoritas kehakiman setempat, kedua perempuan itu juga ditangkap karena tidak menutupi rambut mereka.

Pihak berwenang mengatakan pemilik toko susu, yang menghadapi penyerang, juga telah diperingatkan.

Laporan di media sosial menunjukkan tokonya telah ditutup.

Baca juga: Iran Umumkan Hukuman Mati Pertama Terkait Protes Kematian Mahsa Amini

Meski demikian, kantor berita lokal menyebut, pemilik toko telah diizinkan untuk membuka kembali dan akan memberikan penjelasan ke pengadilan.

"Jika beberapa orang mengatakan mereka tidak percaya (pada jilbab), ada baiknya menggunakan persuasi... Tapi yang penting adalah bahwa ada persyaratan hukum dan hijab saat ini adalah masalah hukum," ucap Presiden Raisi.

Perempuan di Iran telah diperingatkan oleh kepala peradilan rezim bahwa mereka akan dituntut "tanpa ampun" jika sampai terlihat di depan umum tanpa jilbab.

Menyusul protes anti-pemerintahan dalam beberapa bulan terakhir, Gholamhossein Mohseni Ejei mengatakan pada Sabtu, bahwa tak mengenakan jilbab di depan umum sama saja dengan permusuhan dengan nilai-nilai Iran.

"Mereka yang melakukan tindakan anomali seperti itu akan dihukum dan dituntut tanpa ampun," kata dia.

Iran sebenarnya telah diguncang oleh gelombang protes besar setelah kematian Mahsa Amini pada bulan September 2022 lalu.

Perempuan Kurdi-Iran berusia 22 tahun itu meninggal saat berada dalam tahanan polisi moralitas Iran. Dia diduga ditangkap karena dianggap tak mengenakan jilbab dengan sempurna.

Baca juga: Polisi Anti Huru Hara Iran Dikerahkan untuk Amankan Protes 40 Hari Kematian Mahsa Amini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com