Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Penolakan Israel di Piala Dunia U20 Sama dengan Sikap Soekarno di Asian Games 1962?

Kompas.com - 01/04/2023, 19:15 WIB
BBC News Indonesia,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menyandingkan alasan penolakan elite-elite politik atas kehadiran tim Israel dalam Piala Dunia U20 dengan tindakan Presiden Soekarno di Asian Games IV, menurut sejarawan “ada benarnya, tapi berlebihan dan terlalu naif”.

Sejarawan IAIN Palangka Raya, Muhammad Iqbal mengatakan, sikap Indonesia di bawah pimpinan Soekarno yang menolak Israel dalam perhelatan Asian Games IV tahun 1962 merupakan salah satu bentuk dari politik mercusuar Soekarno dalam mengangkat harkat dan martabat Indonesia yang pernah dijajah oleh Barat.

Alasan lainnya, katanya, sikap Soekarno merupakan bentuk penggalangan dukungan dari negara-negara pasca kolonialisme untuk memperkuat kemerdekaan Indonesia dan mendukung pembebasan Irian Barat.

Baca juga: Polemik Israel Ikut Piala Dunia U20, Bagaimana jika Indonesia Batal Jadi Tuan Rumah?

Iqbal juga menegaskan, pasca kejatuhan Soekarno, terjadi jalinan hubungan ekonomi dan sektor lainnya antara Israel dan Indonesia di bawah era Orde Baru, Soeharto.

Pengamat hubungan internasional dari Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah mengatakan, Piala Dunia U20 seharusnya menjadi panggung bagi Indonesia untuk membawa pesan damai, dan persaudaraan antara masyarakat dunia, yang Israel tidak dapatkan.

Sebelumnya, beberapa elite dari Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan menolak kehadiran tim nasional sepak bola Israel ke Indonesia dalam perhelatan Piala Dunia U20 tahun 2023 di Indonesia.

Selain itu, penolakan keras juga datang dari sejumlah Ormas Islam.

Di tengah beragam respons domestik yang muncul, Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) akhirnya mencabut status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U20 tahun 2023.

Saat dikonfirmasi apakah keputusan FIFA terkait dengan penolakan atas tim Israel, Ketua Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), Erick Thohir tidak menjawab secara tegas, dan mengedepankan pada transformasi di bidang keamanan dan keselamatan.

"Stadion GBK lahir dari penolakan atas Israel"

Foto Sukarno di Gelora Bung Karno.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Foto Sukarno di Gelora Bung Karno.
Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyatakan, PDI Perjuangan tidak pernah menolak Piala Dunia U20 digelar di Indonesia.

Dia mengatakan, PDI Perjuangan menolak kehadiran tim nasional Israel di Indonesia dan potensi kerentanan sosial serta politik yang akan ditimbulkan, dengan merujuk pada landasan secara konstitusi dan juga historis.

“Suara menolak kehadiran Israel adalah suara kemanusiaan, bukan kehendak politis. Kesadaran sejarah juga harus terus diperkuat. Untuk diingat, Stadion Gelora Bung Karno (GBK) lahir sebagai penolakan terhadap Israel,” kata Hasto seperti dikutip dari Antara, Kamis (30/3/2023).

Sebelumnya, beberapa elite politik PDIP seperti Ganjar Pranowo dan I Wayan Koster juga menolak kedatangan tim Israel ke Indonesia.

"Kita sudah tahu bagaimana komitmen Bung Karno terhadap Palestina, baik yang disuarakan dalam Konferensi Asia Afrika, Gerakan Non Blok, dan maupun dalam Conference of the New Emerging Forces. Jadi ya kita ikut amanat beliau," kata Ganjar dalam keterangan tertulis, Kamis (23/3/2023).

Senada, Wayan Koster juga menolak timnas Israel "karena didasarkan pada hal yang prinsip terkait kemanusiaan, sejarah, dan tanggung jawab pergaulan antar-bangsa dan aspirasi masyarakat kepada FIFA.”

Baca juga: Kata Media Israel Usai Indonesia Batal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U20

"Ada benarnya, tapi berlebihan dan terlalu naif”

Anggota komunitas CentennialZ memegang poster saat melakukan Aksi Duka 1 Juta Pita Hitam di kawasan Senayan, Jakarta, Jumat (31/3/2023).ANTARA FOTO/DHEMAS REVIYANTO via BBC INDONESIA Anggota komunitas CentennialZ memegang poster saat melakukan Aksi Duka 1 Juta Pita Hitam di kawasan Senayan, Jakarta, Jumat (31/3/2023).
Sikap PDI Perjuangan yang menolak Israel dengan mengutip nama dan peran Soekarno menurut sejarawan, IAIN Palangka Raya, Muhammad Iqbal, “ada benarnya, tapi berlebihan dan terlalu naif”, karena tidak serta merta hanya tentang Israel sebagai "pilot utama", tapi bagian dari konsekuensi politik internasional pendiri bangsa itu.

Terdapat beragam faktor saat itu yang menjadi alasan Soekarno, mulai dari tindakan penjajahan yang dilakukan Israel itu sendiri, lalu upaya Indonesia menggalang dukungan dari dunia Arab dan negara-negara pascakolonial atas kemerdekaan Indonesia, serta kepentingan pembebasan Irian Barat.

“Jadi penolakan terhadap Israel bukan tentang penjajahan semata, tapi ada kepentingan Indonesia dalam menggalang dukungan dunia. Kalau sekarang kan penolakannya sebatas Israel yang cenderung menjadi alat untuk isu-isu politik populis dalam negeri,” kata Iqbal.

Presiden Sukarno (kedua dari kanan) bersama pemimpin negara-negara yang tergabung dalam Gerakan Non-Blok. GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Presiden Sukarno (kedua dari kanan) bersama pemimpin negara-negara yang tergabung dalam Gerakan Non-Blok.
Iqbal mengatakan, pasca kemerdekaan, Soekarno mendekatkan diri pada barisan negara-negara Arab untuk mendapatkan pengakuan dan dukungan internasional atas kemerdekaan Indonesia. Hasilnya, Mesir, Suriah, Lebanon, Arab Saudi hingga Yaman mengakui kemerdekaan Indonesia.

“Sebagai konsekuensinya pro-Arab, Indonesia berada di posisi anti-Israel. Lalu, dalam Konferensi Meja Bundar (Belanda mengakui Indonesia menjadi negara berdaulat dan merdeka) tahun 1949, Israel mengirimkan telegram ucapan selamat dan pengakuan penuh Indonesia, tapi disambut dingin,” kata Iqbal.

Kemudian Indonesia mengalang kekuatan negara-negara pascakolonial dengan menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955 yang kemudian memunculkan kekuatan Gerakan Non-Blok (GNB), yaitu menjunjung kemerdekaan nasional, serta perjuangan menentang imperialisme, kolonialisme dan kekuatan blok politik dunia.

Dalam pelaksanaan KAA itu, Indonesia dan Pakistan tegas menolak Israel, bahkan melobi Myanmar, India, dan Sri lanka yang awalnya mendukung Israel.

“Keaktifan Indonesia dalam KAA, GNB, PBB dan forum internasional lainnya yaitu untuk mendapatkan pengakuan dunia akan kemerdekaan Indonesia.

Sikap Soekarno tidak sekedar idealisme agama, penjajahan, tapi juga mengkonsolidasikan Indonesia di mata dunia, salah satunya pembebasan Irian Barat.”

Bagaimana sejarah Gelora Bung Karno?

Presiden Indonesia Sukarno (kanan) dan Wakil Presiden Indonesia Mohammad Hatta (kiri). GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Presiden Indonesia Sukarno (kanan) dan Wakil Presiden Indonesia Mohammad Hatta (kiri).
Kemudian, terkait dengan pembangunan Gelora Bung Karno (GBK) sebagai penolakan terhadap Israel, Iqbal mengaku “itu benar tapi terlalu menyederhanakan sejarah”.

Iqbal bercerita, pada tahun 1956, Soekarno mengunjungi Uni Soviet. Di sana, dia terinspirasi oleh kemegahan Stadium Stadion Lenin untuk membuat GBK menjadi fasilitas penyelenggaraan Asian Games 1962 di Jakarta.

“GBK adalah proyek panjang national-building Soekarno dan politik mercusuar melawan imperialisme dan kolonialisme, tidak sekedar sentimen atas Israel. GBK adalah wajah Indonesia yang pantas bersanding dengan bangsa besar lainnya di dunia,” kata Iqbal.

Dilansir dari Kemendikbud, GBK dibangun sebagai kelengkapan sarana dan prasarana Asian Games 1962.

Dalam pelaksanan Asian Games, kata Iqbal, Soekarno menolak kehadiran Israel dan Taiwan, salah satu alasannya, karena akan menganggu hubungan Indonesia dengan negara-negara Arab dan China.

Akibatnya, Indonesia mendapat sanksi dari Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan tidak dapat berpartisipasi dalam Olimpiade.

Lalu, Soekarno menggagas Pesta Olahraga Negara-negara Baru (Games of The New Emerging Forces atau Ganefo).

Dikutip dari situs UGM, asisten professor dari Universitas of Manitoba, Russell Field mengatakan, Ganefo pada beberapa sisi mewakili semangat persatuan kaum terjajah –bekas koloni- di Asia dan Afrika, dan merupakan perang simbolis terbuka terhadap blok Barat.

Baca juga: Piala Dunia U-20 di Indonesia, Antara Ukir Prestasi dan Ancaman Sanksi

Apakah Indonesia benar-benar tidak berhubungan dengan Israel?

Sejumlah Ormas Islam menganggap menerima kedatangan timnas sepak bola Israel sama dengan melegitimasi penjajahan terhadap bangsa Palestina.AFP/ADEK BERRY via BBC INDONESIA Sejumlah Ormas Islam menganggap menerima kedatangan timnas sepak bola Israel sama dengan melegitimasi penjajahan terhadap bangsa Palestina.
Iqbal mengatakan, pada masa Orde Lama, Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik, ekonomi maupun lainnya dengan Israel. Namun, hal itu berbeda ketika Soeharto menjadi presiden.

“Di bawah Soeharto hingga 2010, Indonesia secara politik tidak pernah punya hubungan diplomatik resmi, tapi secara bisnis, ekonomi, bahkan militer, itu ada,” kata Iqbal.

Iqbal mengutip buku berjudul Menguak Hubungan Dagang Indonesia-Israel karya Angga Aulia Akbar.

Dalam buku itu, kata Iqbal, pada tahun 1982, Indonesia mengakui secara terbuka telah menjalin kesepakatan dengan Israel melalui Amerika Serikat sebagai pihak ketiga.

Mengutip buku itu, ujar Iqbal, menurut data Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN), yang berada di bawah Menteri Perdagangan saat itu, nilai ekspor Indonesia ke Israel 1999-2003 sebesar 32,6 juta dollar AS dalam produk air mineral, minyak dan produk penyulingan.

Sebaliknya, nilai impor dari Israel ke Indonesia sebesar 9,9 juta dollar AS seperti penyamakan, bahan celup dan zat pewarna.

Data volume perdagangan Indonesia-Israel terus meningkat hingga mencapai 750 juta dollar AS pada tahun 2008, dengan cara perdagangan tidak langsung melalui perusahaan di negara-negara ketiga, kata Iqbal.

“Bahkan lebih dari itu, Indonesia pernah membeli helikopter dan jet tempur dari Israel pada era Orde Baru. Pascareformasi 1998, Kamar Dagang Israel-Indonesia telah dibuka di Tel Aviv.

Indonesia di masa Orde Baru hingga setidaknya tahun 2010 itu lebih moderat, cuma masyarakat Indonesia banyak yang tidak tahu,” ujar Iqbal.

Populisme politik dalam negeri

Presiden Jokowi dan Presiden FIFA, Gianni Infantino di Istana Merdeka, Jakarta, 18 Oktober 2022.AFP via BBC INDONESIA Presiden Jokowi dan Presiden FIFA, Gianni Infantino di Istana Merdeka, Jakarta, 18 Oktober 2022.
Iqbal melihat isu Israel di Indonesia sekarang terkungkung pada level populisme politik dalam negeri Indonesia.

“Hampir menjelang pemilu dan peristiwa penting lainnya, isu ini lebih kepada komoditi politik pragmatisme karena tahu posisi mayoritas Muslim dan hal yang berhubungan Israel adalah hal negatif,” katanya.

Iqbal juga melihat perjuangan Indonesia terhadap Palestina saat ini jauh lebih mundur dibandingkan dengan upaya Soekarno yang melakukan kampanye politik internasional, menoreh sejarah dunia, bahkan kini menjadi kajian internasional tentang konsep negara-negara “Global Selatan”.

“Kalau kita kan sekarang posisinya cuma mengutip dan meromantisasi apa yang dilakukan Bung Karno tapi tidak ada upaya nyata melakukan politik diplomasi untuk perdamaian atau perjuangan negara Palestina.

Saya kira kita mengalami kemunduran. Jadi ini lebih ke internal politik Indonesia,” katanya.

Apakah Israel terlarang masuk Indonesia?

Sejumlah Ormas Islam menggelar demonstrasi menolak kedatangan timnas sepak bola Israel ke Piala Dunia U-20 di Indonesia.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Sejumlah Ormas Islam menggelar demonstrasi menolak kedatangan timnas sepak bola Israel ke Piala Dunia U-20 di Indonesia.
Pengamat hubungan internasional dari Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah mengatakan, warga Israel tidak terlarang masuk ke Indonesia, namun harus memenuhi beberapa syarat.

Rezasyah mengutip Peraturan Menteri Luar Negeri RI Nomor 3 Tahun 2019 tentang Panduan Umum Hubungan Luar Negeri oleh Pemerintah Daerah.

Pada Bab X nomor 151 tertulis, dalam melakukan hubungan dengan Israel kiranya perlu diperhatikan prosedur yang ada dan masih berlaku, di antaranya, yaitu kunjungan warga Israel ke Indonesia hanya dapat dilakukan dengan menggunakan paspor biasa dan otoritas pemberi visa kepada warga Israel dilaksanakan oleh Ditjen Imigrasi, Kementerian Hukum dan HAM.

Visa diberikan dalam bentuk affidavit melalui KBRI di Singapura atau KBRI di Bangkok.

“Israel masih dimungkinkan masuk dengan beberapa catatan. Untuk Piala Dunia U20, Israel masuk di bawah kerangka FIFA dan keolahragaan. Tidak ada hubungan dengan pengakuan Indonesia terhadap Israel,” kata Rezasyah.

Dia pun menyayangkan gagalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U20, apalagi jika itu disebabkan oleh sikap beberapa aktor politik yang menolak timnas Israel.

“Justru dengan datang ke sini, kita berinvestasi dengan Israel masa depan. Bayangkan, komposisi penduduknya 0-19 tahun di Israel itu 35 persen.

Sebenarnya kepada mereka kita bisa membawa pesan damai, persaudaraan antara masyarakat dunia yang Israel tidak dapatkan.”

“Israel datang ke Indonesia menjadi kesempatan melalui jalur non-pemerintah untuk memberitahu mereka tentang Pancasila, kemanusiaan, persaudaraan. Kita membawa Pancasila ke level internasional, tapi hilang kesempatan itu,” ujar Rezasyah.

Saat dikonfirmasi apakah keputusan FIFA terkait dengan penolakan atas tim Israel, Ketua PSSI Erick Thohir tidak menjawab secara langsung.

"Kalau di surat FIFA, pengertian saya justru terbalik. Di situ FIFA bicara, transformasi lagi. FIFA menyiapkan tim untuk transformasi sepak bola. Memang waktu Kanjuruhan itu kan isu standarisasi keamanan.

"Liga-liga kita kan isunya sama nanti ke depan, bagaimana suporter bisa pulang ke rumah. Nah ini yang harus kita bangun, security dan safety," tukas Erick.

Erick juga mengatakan, “dengan segala keberatan-keberatan yang sudah disampaikan, tentu FIFA melihat ini sebuah intervensi.

Banyak sekali FIFA itu menghukum karena ada intervensi pemerintah. Tetapi di sini juga kan bentuknya intervensi. Dan tentu dalam host kontrak sebagai negara, dan host city kontrak yang ditandatangan.”

FIFA memutuskan mencabut status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-23 tahun 2023, Rabu (29/3/2023) malam.

Dituliskan dalam situs, bahwa setelah Presiden FIFA Gianni Infantino mengadakan pertemuan dengan Erick Thohir, FIFA memutuskan "karena keadaan saat ini, untuk membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U20 FIFA 2023".

Belum diumumkan negara mana yang akan menggantikan Indonesia, namun FIFA menyebutkan jadwal turnamen tidak akan diubah dari rencana semula. "Kemungkinan sanksi untuk PSSI juga akan diputuskan kemudian," lanjut pengumuman itu.

Mendengar keputusan itu, melalui media sosial, Jokowi menyampaikan rasa kecewa dan sedih.

Sebelumnya, Jokowi telah menjamin bahwa keikutsertaan Israel tidak ada kaitannya dengan konsistensi posisi politik luar negeri Indonesia terhadap Palestina.

“Dalam urusan Piala Dunia U20 ini, kita sependapat dengan Duta Besar Palestina untuk Indonesia bahwa FIFA memiliki aturan yang harus ditaati anggotanya. Jadi, jangan mencampuradukkan urusan olahraga dan urusan politik.

Baca juga: Palestina Tidak Keberatan Israel Ikut Piala Dunia U20 di Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com