INVASI Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari 2022 diwarnai perang narasi dan disinformasi di media sosial. Strategi seperti ini jamak dilakukan pihak yang berperang untuk mendapatkan keunggulan taktis.
Namun ketika disinformasi juga menyebar ke masyarakat di negara lain yang tingkat literasi digitalnya yang masih rendah dan kurang berpikir kritis, hal itu dapat membuat opini publik dan pandangan pengambil kebijakan menjadi tidak jernih. Selain itu, disinformasi dapat menumpulkan rasa kemanusiaan terhadap korban konflik dan merusak rasionalitas publik dalam menyikapi invasi.
Sejak invasi dimulai, setidaknya ada 99 disinformasi yang diverifikasi di berbagai situs periksa fakta Indonesia seperti turnbackhoax.id, cekfakta.tempo.co, dan cekfakta.kompas.com. Disinformasi pro Rusia tercatat mencapai 57 persen, disinformasi pro Ukraina 23 persen, dan sisanya (20 persen) tidak masuk dalam kategori itu.
Baca juga: Hadapi Pemilu 2024, Kemenkominfo Susun Panduan Hadapi Fake News dan Disinformasi
Menarik untuk mengetahui apakah dominasi disinformasi pro Rusia berkaitan dengan sikap mayoritas publik Indonesia yang cenderung mendukung Rusia, seperti yang ditunjukkan oleh survei Evello pada Maret 2022 yang menyebut 95persen konten di Tiktok dan 73 persen di Instagram mendukung Rusia.
Semangat anti penjajahan dan anti ketidakadilan, yang tertuang dalam paragraf pertama Pembukaan UUD 1945, menjadi ciri khas politik luar negeri Indonesia sejak merdeka. Menyikapi pendudukan Israel ke wilayah Palestina, sikap Indonesia tidak berubah dari sejak Presiden Soekarno hingga sekarang.
Ketika dibandingkan dengan penyikapan publik Indonesia yang kebanyakan mendukung Rusia, tentu hal ini menjadi menarik untuk dicermati, mengingat Ukraina adalah negara yang mengalami ketidakadilan. Warganya menjadi korban meninggal dan terusir dari rumah-rumah mereka, serta sebagian wilayahnya dicaplok Rusia.
Publik Indonesia juga mengabaikan jasa Ukraina pada masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia. Ukraina, melalui Dmitry Manuilsky, ketua utusan Republik Soviet Sosialis Ukraina, menjadi negara pertama yang mengusulkan dan memperjuangkan soal Indonesia dibahas di Dewan Keamanan PBB.
Kiprah Manuilsky yang ngotot memperjuangkan Indonesia, akhirnya membuka jalan bagi PBB menjadikan sengketa Indonesia-Belanda sebagai konflik internasional, sebagai rintisan jalan pengakuan dunia atas kemerdekaan Indonesia.
Disinformasi pro Russia yang mendiskreditkan Ukraina dapat dibagi menjadi beberapa topik, di antaranya demonisasi pemerintah dan warga Ukraina, stigmatisasi warga Ukraina sebagai anti Islam, adu domba antara Indonesia dan Ukraina, serta teori konspirasi seputar laboratorium senjata biologi.
Narasi bahwa Rusia adalah bangsa Rum, yang akan bekerja sama dengan umat Islam melawan musuh bersama, beredar di media sosial. Hal itu membuat sebagian umat Islam condong mendukung Rusia, serta mengabaikan penderitaan warga Ukraina.
Baca juga: Rusia Jatuhkan Pasokan Senjata Vital dari AS untuk Ukraina
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.