Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Oposisi Malaysia Akan Mainkan Kartu Muhyiddin Dizalimi?

Kompas.com - 27/03/2023, 17:00 WIB
Ericssen,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com – Koalisi oposisi Malaysia Perikatan Nasional (PN) meradang setelah pemimpin koalisi Muhyiddin Yassin dijerat empat dakwaan korupsi dan dua dakwaan pencucian uang oleh pengadilan dua pekan lalu.

Separuh kekuatan politik PN bisa dikatakan melemah dengan tersandungnya Muhyiddin.

Padahal, koalisi berhaluan Melayu nasionalis itu sedang fokus untuk memenangi pemilihan di enam negara bagian yang akan digelar pertengahan tahun ini.

Baca juga: Najib Razak Sindir Muhyiddin Terduga Korupsi: Saya Bisa Tidur Saat Digerebek

PN berharap hasil baik di Selangor, Penang, Negeri Sembilan, Kelantan, Kedah, dan Terengganu akan memberikan momentum politik untuk mengembalikan Muhyiddin ke kursi PM Malaysia.

Perikatan juga semakin pincang dengan dibekukannya rekening bank Partai Bersatu pimpinan Muhyiddin yang menjadi komponen utama koalisi bersama Partai Islam Se-Malaysia (PAS)

"Korban penzaliman politik"

Petinggi teras PN telah berkali-kali memainkan isu politik bahwa dakwaan terhadap Muhyiddin adalah bentuk penzaliman politik yang dilakukan pemerintahan Perdana Menteri Anwar Ibrahim.

Politisi senior berusia 75 tahun itu mengecamnya sebagai balas dendam politik.

Kasus hukum yang menimpa Muhyiddin bagaikan pedang bermata dua bagi koalisinya.

Isu penzaliman politik dapat menjadi senjata bagi Abah, panggilan khas PM kedelapan Malaysia itu, terutama untuk memenangi lebih banyak suara pemilih Melayu.

Baca juga: Lagunya Dipakai Video Dukung Muhyiddin Yassin, Penyanyi Malaysia Ini Tak Terima

Analisis hasil pemilihan parlemen federal pada November lalu menunjukkan, mayoritas pemilih Melayu yaitu sebesar 54 persen mendukung Perikatan.

Persepsi yang muncul adalah Pakatan Harapan yang hanya didukung 13 persen pemilih Melayu sedang membungkam Muhyiddin dan oposisi yang didukung mayoritas suku terbesar Malaysia.

Tidak sedikit pemilih Melayu yang mempertanyakan keabsahan dari kasus korupsi ini.

Perikatan diperkirakan akan mempertajam dan memperkencang retorik Ketuanan Melayu untuk mempertegas hanya mereka yang dapat dipercaya untuk menjaga hak-hak dan keistimewaan suku Melayu.

Foto eks PM Malaysia Najib Razak yang tidur saat rumahnya digerebek atas kasus korupsi dana negara 1MDB. Unggahan Najib ini disinyalir untuk menyindir mantan PM Muhyiddin Yassin yang mengaku tak bisa tidur setelah dituduh korupsi.FACEBOOK Najib Razak Foto eks PM Malaysia Najib Razak yang tidur saat rumahnya digerebek atas kasus korupsi dana negara 1MDB. Unggahan Najib ini disinyalir untuk menyindir mantan PM Muhyiddin Yassin yang mengaku tak bisa tidur setelah dituduh korupsi.

Namun, di sisi lain, skandal politik ini juga menodai citra politisi bersih yang kerap didengungkan Muhyiddin ketika dia menjabat selama 17 bulan sebagai orang nomor satu Malaysia.

Pemilih yang kecewa sekarang dihadapkan pada realita bahwa Perikatan Nasional tidaklah sebersih seperti yang digaung-gaungkan.

Padahal, salah satu faktor utama hasil mengejutkan Tsunami Hijau Perikatan Nasional pada pemilu November adalah janji pemerintahan bersih yang Islamis.

Baca juga: Didakwa Korupsi, Eks PM Malaysia Muhyiddin Yassin Mengaku Sulit Tidur

Pincangnya Bersatu membuka pintu bagi PAS untuk mempertegas dominasi mereka di koalisi PN.

Perikatan Nasional diyakini tetap akan bertahan tanpa Muhyiddin, tetapi dengan kendali koalisi akan dimotori oleh PAS yang dikendalikan ulama konservatif.

Pertemuan antara Presiden PAS Hadi Awang dan mantan PM Mahathir Mohamad juga memunculkan kemungkinan Mahathir akan bergabung dengan PN menjadi salah satu sosok utama oposisi terhadap Anwar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com