JOHOR BAHRU, KOMPAS.com - Menteri Komunikasi dan Digital Malaysia Fahmi Fadzi buka suara terkait kasus band Radja diancam dibunuh setelah konser di Larkin Arena Indoor Stadium, Johor Bahru.
Dikutip dari media Malaysia The Star pada Senin (13/3/2023), Kementerian Komunikasi dan Digital Malaysia akan menunggu penyelidikan polisi terlebih dahulu.
Fahmi Fadzi lalu mengimbau masyarakat Malaysia berhati-hati dengan kata-kata, terutama secara online, karena dapat dengan mudah disalahartikan oleh orang lain.
Baca juga: Grup Band Radja Dapat Ancaman Pembunuhan di Malaysia, Polisi Turun Tangan
“Kami akan mempersilakan polisi melanjutkan penyelidikan mereka. Saya diberitahu bahwa beberapa orang sudah ditangkap sehubungan dengan kasus tersebut, jadi kami akan menunggu informasi baru dari pihak berwenang,” katanya.
“Saya pikir kita harus memperhatikan apa yang kita katakan secara online, dan itulah mengapa literasi digital atau internet itu penting. Kadang-kadang, apa yang kita anggap lelucon bisa diartikan berbeda oleh orang lain,” tambah Fahmi.
Polisi Malaysia telah menangkap dua pria terkait kasus band Radja diancam dibunuh setelah konser pada Sabtu (11/3/2023) malam.
Kepala polisi Johor Datuk Kamarul Zaman Mamat mengatakan, para tersangka berusia 37 dan 48 tahun. Mereka dibawa ke markas polisi distrik selatan Johor Bahru pada Minggu (12/3/2023) pukul 15.30 waktu setempat.
Fahmi kemudian mengomentari apakah insiden akan memengaruhi status Malaysia dalam mendatangkan artis asing ke negara itu.
“Malaysia selalu terbuka untuk bisnis, dan Korporasi Pengembangan Film Nasional Malaysia (Finas) telah membuat laporan yang memperkirakan investasi senilai 1,02 miliar ringgit (Rp 3,49 triliun) dalam produksi film lokal di negara tahun ini,” jelasnya.
Baca juga: Polisi Malaysia Tangkap 2 Orang Terkait Ancaman Pembunuhan Grup Band Radja
“Ini kali pertama kami datang ke Johor dan kami sangat menghargainya. Usai konser, kami disuruh menunggu karena ada perwakilan dari kedutaan yang ingin berfoto dengan Radja."
"Kami juga diberitahu bahwa seorang menteri juga ingin berfoto dan kami sangat senang karena kami paham ini kerja sama dengan pemerintah. Begitu pula di Indonesia, kami menghargai hal ini,” ucap Ian Kasela, dikutip dari Harian Metro Malaysia.
Namun, setelah ditunggu, kata dia, tidak ada satu pun dari mereka yang datang.
"Para penggemar yang berfoto bersama kami pun sudah selesai dan secara bertahap mereka mulai meninggalkan lokasi untuk pulang," kata Ian Kasela melalui sambungan telepon kepada Harian Metro.
Dia bercerita, dirinya bersama personel Radja lainnya tiba-tiba didatangi 15 orang pengawal dengan dua laki-laki mewakili panitia konser yang marah-marah sambil menuding mereka.
“Kami tidak tahu apa-apa dan mencoba mengerti. Awalnya kami pikir itu prank (kejutan) karena konser ini sukses. Kami masih senang saat itu. Itu karena tidak ada satu insiden pun terjadi selama konser atau fans kecewa dengan penampilan kami," ungkap Ian Kasela.
Dia menyebutkan, para personel band Radja mulai curiga ketika suara orang-orang yang mendatangi mereka semakin keras saat berbicara.
"Mereka bertindak agresif, menendang meja, mulai mendorong kami dan melontarkan kata-kata kasar serta mengancam akan membunuh kami. Kami tidak bisa berbuat apa-apa karena kami tahu mereka banyak," katanya.
Harian Metro melaporkan, Radja sekarang khawatir akan kembali beraksi di Malaysia setelah insiden ancaman pembunuhan, padahal mereka dijadwalkan konser lagi di "Negeri Jiran" usai Ramadhan.
Baca juga: Kronologi Band Radja Diancam Dibunuh Usai Konser di Malaysia, Sempat Mengira Di-prank
Sumber: Kompas.com (Penulis: Irawan Sapto Adhi | Editor: Irawan Sapto Adhi)