Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Memaknai Normalisasi Hubungan Diplomatik Arab Saudi dan Iran

Kompas.com - 13/03/2023, 05:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ARAB Saudi dan Iran akhirnya bersepakat untuk menormalisasi hubungan diplomatik setelah tujuh tahun lamanya membeku.

Kesepakatan pemulihan hubungan diplomatik antara Arab Saudi yang berbasis ideologi Sunni dan Iran dengan ideologi Syiah tersebut dicapai dari pertemuan kedua belah pihak yang berlangsung di Ibu Kota RRC, Beijing atas inisiasi China.

Iran diwakili oleh Ali Shamkhani, Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, bertemu dengan penasihat keamanan nasional Kerajaan Arab Saudi, Musaad bin Mohammed al-Aiban, yang dimediasi oleh Wang Yi, diplomat paling senior di China.

Riyadh memutuskan hubungan diplomatik dengan Teheran pada tahun 2016 setelah barisan pengunjuk rasa menyerbu pos diplomatik Arab Saudi di Iran karena Arab Saudi mengeksekusi seorang cendekiawan Muslim yang juga ulama Syiah terkemuka, Nimr Al Nimr, beberapa hari sebelumnya.

Bagi China, sebagaimana yang disampaikan Wang Yi, peran yang dimainkan China dalam memediasi ketegangan Iran dan Arab Saudi adalah bagian dari tanggung jawab China sebagai negara besar, sebuah framing yang sangat berguna bagi China untuk memproyeksikan diri sebagai negara Great Power, bahkan Super Power.

Sementara itu, Gedung Putih melalui juru bicaranya, John Kirby, mengatakan bahwa Amerika Serikat memang tidak terlibat langsung dalam proses negosiasi normalisasi hubungan diplomatik tersebut. Namun Gedung Putih telah mendapat notifikasi terlebih dahulu dari Riyadh perihal rencana mediasi tersebut.

Dan yang tidak kalah menarik, Israel melalui Perdana Menteri yang baru, Benjamin Netanyahu, memberikan reaksi yang cukup menarik.

Netanyahu sangat menginginkan normalisasi hubungan diplomatik dengan Arab Saudi segera. Hal tersebut sangat bisa dipahami karena Israel berharap kepentingannya akan termaktub di dalam point-point follow up normalisasi hubungan diplomatik Arab Saudi dan Iran.

Banyak yang mengasumsikan bahwa mediasi yang dilakukan China memiliki arti destruktif untuk Amerika Serikat, yang selama ini telah mengambil peran besar di Timur Tengah.

Bahkan beberapa di antaranya menilai bahwa peran Amerika Serikat di level global sedang disubjugasi oleh China.

Secara umum, boleh jadi bermakna demikian. China boleh jadi memang sedang merasa melakukan sebuah terobosan yang mempermalukan Amerika Serikat.

Namun dalam hemat saya, meskipun Amerika Serikat absen dalam proses normalisasi tersebut, kepentingan negara Paman Sam telah termaktub di dalamnya di satu sisi dan keputusan Arab Saudi untuk "jump" ke dalam proses yang diinisiasi China tersebut telah dikoordinasikan dengan baik dengan Amerika Serikat.

Pada kunjungan Presiden Joe Biden ke Arab Saudi beberapa bulan lalu, meskipun diwarnai oleh ketegangan atas isu hak asasi manusia dan keengganan Arab Saudi menolak untuk mengutuk Rusia atas invasinya ke Ukraina, tetap telah menghasilkan kesamaan visi.

Joe Biden meminta Arab Saudi untuk mengambil langkah yang bisa mendeeskalasi ketegangan di Timur Tengah dan Mohammed bin Salman Al Saud (MBS) mengamininya ketika itu.

Jadi dalam kacamata ini, langkah Arab Saudi untuk sepakat datang ke Beijing atas nama normalisasi hubungan diplomatik dengan Iran adalah sekuensi dari kesamaan visi dengan Joe Biden terkait dengan kepentingan deeskalasi situasi di kawasan Timur Tengah, walaupun mediatornya adalah China.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com