Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/03/2023, 21:31 WIB

KOMPAS.com - Para peneliti pada Rabu (8/3/2023) mengungkap bahwa Eropa mengalami musim dingin terhangat kedua dalam sejarah.

Menurut data yang dikeluarkan oleh Layanan Perubahan Iklim Copernicus Uni Eropa itu ,rata-rata suhu di Eropa sejak Desember 2022 hingga Februari 2023, 1,4 derajat celsius lebih panas dibanding rata-rata tahun 1991-2020 untuk bumi belahan utara.

Angka ini membuat rekor musim dingin terhangat kedua di Eropa, dengan tahun 2019-2020 tercatat sebagai musim dingin yang jauh lebih hangat.

Baca juga: AS Alami Badai Musim Dingin, Eropa Catat Rekor Suhu Terpanas Januari 2023

Bulan Februari mencatat suhu tinggi di atas rata-rata pada kawasan Eropa timur dan sebagian Eropa timur laut, kata laporan Copernicus tersebut, seraya menambahkan bahwa suhu tinggi itu menyusul adanya gelombang panas musim dingin yang parah pada akhir Desember 2022 dan awal Januari 2023.

Rekor temperatur musim dingin ini juga disebut melanda Perancis hingga Hungaria yang menyebabkan pusat wisata ski harus ditutup lantaran kekurangan salju.

Peneliti Copernicus sebelumnya menyebut musim panas tahun 2022 jadi yang terpanas sejak pencatatan mereka dimulai. Mereka menduga periode hangat Eropa dalam jangka panjang ini berkaitan dengan perubahan iklim ulah manusia.

Baca juga: Eropa Alami Oktober Terpanas, Suhu Naik 2 Derajat Celsius

Dampak buruk bagi tumbuhan dan hewan

Meskipun musim dingin "hangat" yang tidak biasa ini menawarkan bantuan jangka pendek di tengah harga gas yang tinggi setelah Rusia memangkas pengiriman BBM ke Eropa, suhu tinggi yang dikaitkan dengan perubahan iklim ulah manusia ini justru menimbulkan risiko bagi satwa liar dan pertanian.

Pasalnya, lonjakan suhu membuat tanaman berkembang biak lebih awal, dan memperdaya hewan untuk menyelesaikan hibernasi lebih dini. Hal ini membuat mereka rentan untuk dibunuh oleh hawa dingin di akhir musim.

Tilly Collins, Wakil Direktur Pusat Kebijakan Lingkungan Imperial College London, seperti dikutip oleh kantor berita Reuters menyatakan bahwa tanaman dan hewan berjuang untuk memindahkan habitat guna mempertahankan suhu ideal akibat perubahan iklim.

"Untuk spesies dengan populasi kecil atau dengan wilayah penjelajahan terbatas, hal ini dapat memperbesar potensi mereka menuju kepunahan," kata Collins.

Baca juga: Bumi Alami Delapan Tahun Terpanas Sepanjang Sejarah, Separah Apa Dampaknya?

Peringatan di Antarktika

Dalam laporan itu, Copernicus juga menyoroti soal kejadian iklim luar biasa lainnya, termasuk mencairnya es laut Antarktika hingga level terendah di bulan Februari 2023 sejak pencatatan data satelit yang dimulai sekitar setengah abad silam.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Data terbaru kami menunjukkan bahwa es laut Antarktika mencapai tingkat terendah di catatan data satelit dalam 45 tahun. Kondisi es laut yang rendah ini kemungkinan punya implikasi penting terkait stabilitas es Antartika dan kenaikan permukaan laut di dunia."

"Tudung es di kutub merupakan indikator sensitif dari krisis iklim dan penting untuk memantau dengan cermat perubahan yang terjadi di kawasan itu," kata Deputi Direktur Copernicus Samantha Burgess.

Baca juga: Jacobabad, Kota Terpanas di Dunia Sekarang Juga Terendam Air Banjir Pakistan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Tertangkap Kamera, Perempuan Ini Curi Kalung Emas dari Leher Gadis Kecil di Keramaian

Tertangkap Kamera, Perempuan Ini Curi Kalung Emas dari Leher Gadis Kecil di Keramaian

Global
Robert Hanssen, Mantan Agen FBI yang Ternyata Jadi Mata-mata Rusia, Ditemukan Tewas di Penjara

Robert Hanssen, Mantan Agen FBI yang Ternyata Jadi Mata-mata Rusia, Ditemukan Tewas di Penjara

Global
Mantan Wapres Mike Pence Resmi Maju dalam Pilpres AS 2024

Mantan Wapres Mike Pence Resmi Maju dalam Pilpres AS 2024

Global
Berlumuran Darah, Wajah Korban Kecelakaan Kereta di India Sulit Dikenali Pihak Keluarga

Berlumuran Darah, Wajah Korban Kecelakaan Kereta di India Sulit Dikenali Pihak Keluarga

Global
Guru Mengaji di Senegal Ditangkap karena Perkosa 27 Murid

Guru Mengaji di Senegal Ditangkap karena Perkosa 27 Murid

Global
[POPULER GLOBAL] Rudal Rusia Hantam Lapangan Terbang | Ledakan Sonik Gemparkan Washington DC

[POPULER GLOBAL] Rudal Rusia Hantam Lapangan Terbang | Ledakan Sonik Gemparkan Washington DC

Global
Belgia Minta Penjelasan Ukraina tentang Senjata yang Dipakai untuk Serang Wilayah Rusia

Belgia Minta Penjelasan Ukraina tentang Senjata yang Dipakai untuk Serang Wilayah Rusia

Global
Rusia Mulai Latihan Angkatan Laut di Perairan Jepang dan Laut Okhotsk

Rusia Mulai Latihan Angkatan Laut di Perairan Jepang dan Laut Okhotsk

Global
Kekhawatiran di Balik Dibukanya Keran Ekspor Pasir Laut Indonesia

Kekhawatiran di Balik Dibukanya Keran Ekspor Pasir Laut Indonesia

Global
Terbiasa Pakai Masker Covid-19, Orang-orang Jepang Ikut Kursus Senyum, Bayar Rp 800.000 Per Jam

Terbiasa Pakai Masker Covid-19, Orang-orang Jepang Ikut Kursus Senyum, Bayar Rp 800.000 Per Jam

Global
Ukraina Terkini: Utusan Perdamaian Paus Fransiskus Menuju ke Kyiv, Ini Targetnya

Ukraina Terkini: Utusan Perdamaian Paus Fransiskus Menuju ke Kyiv, Ini Targetnya

Global
Peran Indonesia di Tengah Persaingan AS-China di Asia-Pasifik

Peran Indonesia di Tengah Persaingan AS-China di Asia-Pasifik

Global
Kecelakaan Kereta India Tewaskan 288 Orang, Seberapa Aman Naik KA di Sana?

Kecelakaan Kereta India Tewaskan 288 Orang, Seberapa Aman Naik KA di Sana?

Global
UPDATE Kecelakaan Kereta di India: Layanan Kembali Normal Setelah 51 Jam, Rel Ditutup Kain Hijau

UPDATE Kecelakaan Kereta di India: Layanan Kembali Normal Setelah 51 Jam, Rel Ditutup Kain Hijau

Global
Apa Itu Hikikomori, Istilah bagi Orang Korsel yang Mengurung Diri di Kamar

Apa Itu Hikikomori, Istilah bagi Orang Korsel yang Mengurung Diri di Kamar

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+