BEIJING, KOMPAS.com - TikTok telah mengumumkan rezim keamanan data untuk melindungi informasi pengguna di seluruh Eropa.
Hal ini dipicu tekanan politik yang meningkat di AS untuk melarang aplikasi video sosial itu.
Rencana yang dikenal sebagai Project Clover ini melibatkan data pengguna yang disimpan di server di Irlandia dan Norwegia dengan biaya tahunan 1,2 miliar euro.
Baca juga: TikTok Dijuluki Bola Mata-mata China dalam Ponsel, Seruan Larangan Makin Deras
Sementara transfer data apa pun di luar Eropa akan diperiksa oleh perusahaan TI pihak ketiga.
Dilansir dari Guardian, TikTok berada di bawah tekanan di AS dan Eropa atas tautannya ke China melalui induknya yang berbasis di Beijing, ByteDance.
Pada hari Selasa (7/3/2023) Gedung Putih memberikan dukungannya pada RUU Senat yang akan memberi administrasi kekuatan untuk melarang TikTok.
Pada Rabu (8/3/2023), direktur FBI Christopher Wray mengatakan kepada sidang Senat bahwa aplikasi tersebut bermasalah terkait keamanan nasional.
TikTok, yang menyimpan data pengguna globalnya di AS dan Singapura, telah membantah data atau algoritmenya dapat diakses atau dimanipulasi oleh pemerintah China.
"Pemerintah China tidak pernah meminta data kepada kami, dan jika mereka mau, kami akan menolak untuk melakukannya," kata Theo Bertram, wakil presiden hubungan pemerintah dan kebijakan publik TikTok di Eropa.
TikTok, yang memiliki lebih dari 1 miliar pengguna di seluruh dunia, memiliki 150 juta di Eropa.
Baca juga: Suami Tampar Istri Saat Live TikTok, Tetap Dipenjara meski Korban Tak Lapor
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.