Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Meriance, Pekerja Migran Indonesia yang Selamat dari "Neraka" di Malaysia, Disiksa Secara Kejam

Kompas.com - 02/03/2023, 21:31 WIB
BBC News Indonesia,
Danur Lambang Pristiandaru

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seorang mantan pekerja migran Indonesia yang mengaku mengalami penyiksaan "kejam" lebih dari delapan tahun lalu di tangan majikannya di Malaysia.

Inilah cerita bagaimana dia mencoba bertahan hidup dan upayanya untuk menyelamatkan diri dari tempat yang ia sebut "neraka."

Ia memberikan rincian penyiksaan yang ia alami selama delapan bulan.

Kesaksiannya didukung oleh laporan medis, dokumen pengadilan, cerita sejumlah tetangga, dan petugas kedutaan Indonesia di Malaysia yang melihatnya tak lama setelah diselamatkan.

Baca juga: Lebih dari 1.200 Pekerja Migran Indonesia Terancam Batal ke Inggris

Peringatan: Artikel ini berisi rincian penyiksaan fisik dan dapat menganggu kenyamanan Anda.

Setiap kali bangun pagi, Meriance hanya memusatkan pikirannya pada satu hal. Bagaimana ia dapat melewati hari itu.

Wajahnya menghitam karena bengkak akibat hantaman sang majikan.

Dia mengatakan hampir sekujur tubuhnya menjadi sasaran penyiksaan.

Namun, dia mengatakan tidak pernah memikirkan rasa sakit yang tak terkira atas kejadian delapan tahun lalu itu.

Yang ada di benak ibu empat anak asal desa terpencil di Nusa Tenggara Timur itu adalah bagaimana caranya bertahan hidup. Wajah anak-anaknya menjadi penguat untuk bertahan.

Pengadilan Indonesia - yang sudah inkrah dari Pengadilan Negeri Kupang sampai Mahkamah Agung - menyatakan dua orang, Tedy Moa dan Piter Boki bersalah karena merekrut dan memperdagangkan Meriance Kabu.

Putusan pengadilan menyebutkan Meriance dikirim sebagai pembantu rumah tangga untuk Ong Su Ping Serene, yang kemudian menyiksanya yang menyebabkan dia harus dirawat di rumah sakit.

Meriance direkrut dari Desa Poli di Timor Tengah Selatan, kampung terpencil di Nusa Tenggara Timur.

Baca juga: Pekerja Migran Meninggal di Piala Dunia Qatar Setelah Jatuh dari Atas Stadion Lusail

Agar bisa kasih uang jajan ke anak-anak

Saya tak kenal mama waktu kembali dari Malaysia, wajah berubah karena luka-luka, kata Nani, salah seorang anak Meriance.BBC INDONESIA Saya tak kenal mama waktu kembali dari Malaysia, wajah berubah karena luka-luka, kata Nani, salah seorang anak Meriance.

Desa tanpa aliran listrik ini harus ditempuh lebih dari lima jam melalui jalan berbatu besar dari ibu kota provinsi, Kupang.

Untuk mendapatkan air bersih sekalipun, warga desa harus berjalan jauh.

Meriance memutuskan mengikuti tawaran bekerja ke Malaysia untuk membantu ekonomi keluarga yang ia sebut sangat-sangat kurang.

Ia mengatakan ingin merantau agar anak-anak tidak nangis lagi minta makanan atau bisa punya uang jajan seperti anak-anak lain.

Suaminya ketika itu bekerja sebagai tukang batu di proyek-proyek bangunan dengan nafkah tak cukup untuk menghidupi empat anaknya yang saat itu masih kecil-kecil.

Bekerja di negeri seberang bahkan sempat membuatnya berani bermimpi untuk punya rumah sendiri suatu saat kelak setelah kembali.

Baca juga: Di Piala Dunia Qatar, Para Pekerja Migran Menikmati Hasil Keringatnya Lewat Pertandingan Sepak Bola

Saat tiba di Kupang setelah direkrut dari desa, harapan Meri untuk hidup lebih baik semakin meningkat. Pihak perekrut, kata Meri, membelikannya baju dan keperluan lain.

Namun mereka juga mengambil telepon selulernya, cerita Meri.

Suami dan orang tua Meri mengatakan mereka tak ada kontak lagi setelah dia pergi dari desanya.

Mereka tidak mendengar kabar apapun darinya dari awal April 2014 sampai tanggal 24 Desember tahun itu, saat mereka mendapatkan kabar dari petugas Badan Perlindungan Pekerja Migran, yang menyampaikan berita dari KBRI Malaysia.

"Satu hari menjelang Natal saya mendapat kabar," kata Karfinus Tefa, suami Meri.

"Saya sangat terkejut saat mereka menunjukkan foto Meri di rumah sakit. Saya tidak mengenalinya," kata Karfinus.

 

Sampai mati saya akan kejar keadilan, kata Meriance.BBC INDONESIA Sampai mati saya akan kejar keadilan, kata Meriance.

Saat Meri tiba di Malaysia pada minggu ketiga April 2014, paspornya diambil agen dan diserahkan ke majikan, kata Meriance.

Pejabat KBRI mengatakan kepada BBC, langkah ini adalah praktik yang biasa dilakukan oleh para pelaku perdagangan manusia.

Namun demikian, Meriance masih bersemangat.

Baca juga: Protes Gaji Tak Dibayar Berbulan-bulan, Pekerja Migran di Qatar Dideportasi

Kepala dihantam ikan beku karena salah taruh daging

Ia dijemput Serene dari tempat penampungan yang ia tak ingat di mana.

Ia mengatakan yang ia ingat adalah perjalanan dengan mobil yang cukup lama untuk tiba di rumah majikannya itu.

Ia juga ingat tiba di Johor Bahru, Malaysia, dari Batam dengan menggunakan perahu kayu bersama sejumlah orang, dan dibawa ke tempat penampungan yang sama.

Tugas utamanya adalah "menjaga nenek", ibu sang majikan, yang saat itu berusia 93 tahun.

Selama sekitar tiga minggu pertama, cerita Meri, ia diajar cara memasak, membersihkan rumah, lengkap dengan jadwal berapa lama tugas harus diselesaikan.

Selain nenek, kata Meri, ada teman perempuan Serene yang tinggal di rumah susun itu.

Mimpi buruk mulai setelah ia salah meletakkan daging. Kepalanya dipukul dengan ikan beku, kata Meriance.BBC INDONESIA Mimpi buruk mulai setelah ia salah meletakkan daging. Kepalanya dipukul dengan ikan beku, kata Meriance.

Meriance mengatakan mimpi buruknya dimulai setelah beberapa minggu bekerja.

Ia mengatakan pada suatu malam, setelah pulang kantor, Serene tidak menemukan daging di kulkas. Meriance salah meletakkannya di tempat beku.

Meriance mengatakan Serene memanggilnya dan menghantam kepalanya dengan ikan beku.

Kepalanya berdarah. Dan sejak itu, pukulan demi pukulan ia alami setiap hari, kata Meri, tanpa tahu kesalahannya apa.

Ia takut bertanya karena itu berarti semakin banyak pukulan yang akan ia alami.

Baca juga: Membaca Kesepakatan Perlindungan TKI Terbaru Indonesia-Malaysia, Menguntungkan Pekerja Migran?

Ditempel setrika panas

Penyiksaan yang ia alami juga digambarkan dalam putusan pengadilan Indonesia atas dua orang yang dinyatakan bersalah merekrut Meriance.

Dokumen itu menyebutkan, "korban sering mendapat penyiksaan dari majikan menggunakan setrika panas, hamar, pinset, pentungan dan tang."

"Dia dipukul di bagian tangan dan kaki menggunakan hamar, dipukul dengan pentungan pada seluruh bagian tubuh dan bagian wajah hingga tulang hidung patah dan memar."

Satu bagian dokumen menyebutkan Meriance "pernah ditempel ke tubuh dengan menggunakan setrika panas… puting susu dan kemaluan dijepit menggunakan tang lalu ditarik."

Salah satu kuping tak berbentuk karena terus dipukul, kata Meriance. Kuping ini tak bisa diselamatkan karena luka-luka sudah kering saat ia diselamatkan.BBC INDONESIA Salah satu kuping tak berbentuk karena terus dipukul, kata Meriance. Kuping ini tak bisa diselamatkan karena luka-luka sudah kering saat ia diselamatkan.

Delapan tahun berlalu. Bekas luka terbelah di bibir atas, tulang hidung atas rata karena hancur, lidah terpotong dan telinga yang tak berbentuk, masih terlihat jelas di wajahnya.

Saya baru tahu hidung patah ketika makan, kata Meriance. Ketika itu, makanan masuk dari mulut, keluar dari hidung, ceritanya.BBC INDONESIA Saya baru tahu hidung patah ketika makan, kata Meriance. Ketika itu, makanan masuk dari mulut, keluar dari hidung, ceritanya.

Meriance mengatakan selama bekerja ia dilarang keluar. Ia mengatakan majikannya mengancam akan melaporkan ke polisi karena dia adalah imigran gelap.

Pintu jeruji besi rumah susun yang dipasang di depan pintu masuk tempat tinggal majikannya, selalu dikunci.

Empat tetangga yang ditemui pada Oktober 2022 dan tinggal di blok rumah susun yang sama ketika penyiksaan terjadi mengatakan kepada BBC selama delapan bulan itu mereka tak pernah melihat Meriance.

"Saya hanya melihatnya pada malam ia diselamatkan," kata salah seorang tetangga yang tak mau disebut namanya. "Baru ketika itulah, kami tahu, dia (Serene) memiliki pembantu rumah tangga."

Tetangga itu juga mengatakan sempat mendengar "bunyi bising" seperti benda jatuh tapi tak pernah bertanya lebih lanjut.

Baca juga: Pekerja Migran Ilegal Jadi Korban Kapal Karam di Malaysia: Menguak Mafia dan Sindikat Penyelundup Manusia

Meriance Kabu menunjukkan luka di lidahnya.BBC INDONESIA Meriance Kabu menunjukkan luka di lidahnya.

Meriance mengatakan ia sering demam tinggi karena luka-luka parah yang tidak pernah diobati.

Penyiksaan yang dihadapinya berhenti setelah sang majikan merasa capek memukulnya.

Dengan badan bersimbah darah, kata Meri, ia selalu diperintahkan membersihkan cipratan darah di lantai dan di dinding.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com