Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ahmad Nuri
Peneliti

Ketua PW GP Ansor Banten

Berguru pada Vietnam

Kompas.com - 01/03/2023, 11:16 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

INDONESIA tidak perlu merasa gengsi untuk berguru kepada negara manapun tidak terkecuali pada tetangga kita, Vietnam.

Kata “berguru” penulis pilih ketimbang kata “belajar” karena memang Indonesia perlu benar-benar dididik dan memosisikan diri sebagai murid dihadapan Vietnam.

Negeri yang berada dalam lingkar konsentris inti bagi Indonesia ini diharapkan bisa mengubah pandangan Indonesia tentang pentingnya memiliki etika politik dalam kehidupan bernegara.

Di luar statusnya sebagai negara komunis, harus diakui bahwa Vietnam adalah negara yang sangat prinsipil dan ketat dalam menegakan aturan.

Faktor paling esensial yang menjadi fondasi bagi tegaknya aturan di Vietnam salah satunya terletak pada kuatnya etika politik di dalam jiwa para pemimpinnya.

Berguru etika politik

Etika politik di Vietnam bukan sekadar slogan dan retorika. Melainkan sebagai aktualisasi sikap yang gejala-gejalanya dapat dilihat dari perkembangan terkini pascapengunduran diri Presiden Nguyen Xuan Phuc pada selasa 17 Januari 2023 lalu.

Nguyen Xuan mengundurkan diri setelah ada pejabat yang menjadi bawahanya dari partai komunis terjerat kasus korupsi.

Pengunduran diri tersebut cukup mengejutkan banyak pihak. Masa jabatan Presiden Nguyen Xuan baru berjalan kurang dari dua tahun terhitung sejak 2021.

Selain itu, peristiwa pengunduran diri seorang kepala pemerintahan terutama yang usia kepemimpinanya baru seumur jagung di kawasan Asia Tengara amat jarang terjadi.

Setidaknya dalam masa kontemporer, hanya terdapat dua nama yang mengundurkan diri dari jabatannya sebagai kepala pemerintahan, yakni Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin dan Presiden Nguyen Xuan.

Meskipun PM Yassin dan Presiden Nguyen Xuan mundur karena motif dan latarbelakang berbeda, tetapi keduanya sama-sama mundur di usia kepemimpinan yang kurang dari dua tahun.

Kesamaan penting lainnya ialah bahwa keduanya tidak berusaha untuk mempertahankan kekuasannya secara mati-matian.

Sebaliknya, yang terjadi Vietnam justru kelegowoan sikap dalam melepas jabatan presitisius. Suatu hal yang sebebenarnya amat jarang terjadi dalam priktek dan tradisi kekuasaan di negara-negara ASEAN terutama Indonesia.

Entah peristiwa ini akan menjadi model dan budaya baru dalam dunia kepemimpinan politik di ASEAN atau hanya suatu peristiwa langka.

Yang jelas Indonesia tidak hanya harus belajar, tetapi juga berguru untuk mengambil sisi positif di balik peristiwa pengunduran diri seorang pemimpin negara.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com