Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Terancam Krisis Bayi, Berbagai Jurus Dikeluarkan Genjot Kelahiran

Kompas.com - 27/02/2023, 08:01 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

BEIJING, KOMPAS.com - Setelah berpuluh-puluh tahun lamanya membatasi jumlah kelahiran melalui kebijakan satu anak, China kini kena batunya.

Saat ini, China menghadapi masalah serius berupa penurunan populasi. Pada 2022, untuk pertama kalinya dalam 60 tahun, populasi China mengalami penurunan hingga 850.000 jiwa.

Angka kelahiran yang menurun dan populasi yang menua juga menjadi ancaman demografi bagi ekonomi terbesar kedua di dunia ini.

Baca juga: 4 Wilayah China Alami Penurunan Populasi Asli, Kali Pertama dalam 60 Tahun

Di satu sisi, berbagai cara telah ditempuh China untuk menggenjot angka kelahiran, salah satunya adalah mengizinkan pasangan untuk memiliki tiga anak. Rupanya hal itu tidak cukup.

Satu provinsi di China, Sichuan, bahkan membuat aturan sendiri yang lebih ekstrem: punyalah anak sebanyak-banyaknya, termasuk bagi pasangan yang belum menikah. Dilansir dari New York Times, aturan tersebut berlaku efektif pada Februari ini.

Upaya-upaya lain sedang dilakukan seperti mendesak para mahasiswa untuk menyumbangkan sperma untuk membantu memacu pertumbuhan populasi serta rencana untuk memperluas cakupan asuransi nasional untuk program kesuburan, termasuk IVF.

Aturan-aturan tersebut menunjukkan upata terbaru dari China untuk mendapatkan bayi.

Baca juga: Lima Kebijakan Beberapa Negara untuk Tangani Populasi yang Menua

Tetapi langkah-langkah tersebut ditanggapi dengan gelombang skeptisisme, ejekan, dan perdebatan publik.

Banyak yang menganggap, upaya-upaya tersebut diambil demi mencegah penyusutan tenaga kerja yang dapat membahayakan pertumbuhan ekonomi.

Banyak pemuda-pemudi China, yang lahir di era kebijakan satu anak, menolak memiliki bayi.

Di samping China adalah negara termasuk salah satu negara termahal untuk membesarkan anak, bagi mereka bujukan-bujukan itu tidak mengatasi kekhawatiran mereka yang sebagian sudah mengurus orangtua, menanggung biaya pendidikan, perumahan, dan biaya kesehatan yang meningkat.

“Masalah mendasarnya, bukannya orang-orang tidak bisa punya anak, tapi mereka tidak mampu,” kata Lu Yi, perawat berusia 26 tahun di Sichuan.

Baca juga: Populasi China Turun, Beberapa Generasi Muda Tak Tertarik Punya Anak

Dia mengaku perlu menghasilkan setidaknya dua kali lipat dari gaji bulanannya saat ini, sebesar 8.000 yuan, hanya untuk mempertimbangkan punya anak.

Selain China, beberapa negara sudah menghadapi tantangan demografis seperti Jepang, Rusia, hingga Swedia. Negara-negara ini sudah menerapkan berbagai insentif untuk menggenjot kelahiran bayi. Akan tetapi, taktik ini tidak berdampak besar.

Sedangkan China, populasinya menua lebih cepat dari negara lain. Kebijakan satu anak di masa lalu berdampak besar pada perlambatan pertumbuhan populasi bahkan penurunan populasi saat ini.

Baca juga: Kemarin China, Kini Jepang yang Khawatirkan Penurunan Populasi

Halaman Berikutnya
Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com