MANILA, KOMPAS.com - Dalam pidato kenegaraan pertamanya pada Juli 2022, Presiden Ferdinand Marcos Jr mengatakan bahwa Filipina adalah teman bagi semua orang dan bukan musuh bagi siapa pun.
Selanjutnya dia mengatakan juga, "tapi kami tidak akan goyah, kami akan berdiri teguh dalam kebijakan luar negeri kami yang independen, dengan kepentingan nasional sebagai panduan utama kami. Kami berkomitmen untuk menjaga hubungan baik dengan seluruh dunia.”
Di bawah pendahulunya, mantan Presiden Rodrigo Duterte, urusan dalam negeri FilipIna didominasi oleh perang melawan narkoba, berupa kampanye anti narkoba brutal yang menyebabkan ribuan pembunuhan ilegal yang terjadi di seluruh negeri.
Baca juga: Pesawat Cessna 340 Jatuh di Filipina, 4 Orang Belum Ditemukan
Meskipun Duterte ketika itu juga menyatakan bahwa Manila memiliki kebijakan luar negeri yang independen, banyak analis politik ketika itu memandang dia cenderung memiliki sikap pro China, sehingga merenggangkan hubungannya dengan Amerika Serikat.
Victor Andres "Dindo" Manhit, analis politik dan CEO dari firma konsultan Stratbase Group, mengatakan kepada DW bahwa dia yakin ada perbedaan yang besar antara mantan presiden dan presiden saat ini.
"Duterte dan Marcos menggunakan istilah kebijakan luar negeri yang independen, tetapi dalam kasus Duterte itu lebih ke arah anti Amerika, tidak benar-benar independen, karena bergeser ke arah China," katanya. Padahal China telah menimbulkan ancaman keamanan terhadap integritas zona ekonomi eksklusif Filipina dan wilayah tertentu di wilayah maritim.
Menurut Manhit, kebijakan Marcos Jr berbeda. "Dia (Marcos) lebih menerima bahwa kita hidup di dunia multipolar dan di dunia seperti ini, dia perlu terlibat dengan negara-negara yang dapat melayani kepentingan nasional Filipina," tambahnya.
Baca juga: Presiden Marcos Berseru: Filipina Tak Akan Kehilangan Satu Inci Pun Wilayahnya
Belakangan, ketegangan antara Filipina dan China terkait Laut China Selatan meningkat. Pemerintahan Marcos Jr baru-baru ini memanggil Duta Besar China Huang Xilian.
Penjaga pantai Filipina mengeluh bahwa pada 6 Februari lalu, saat berada di kawasan Beting Ayungin yang disengketakan di Laut China Selatan, penjaga pantai China menyorotkan laser tingkat militer dua kali ke kapal mereka dan sempat menyebabkan kebutaan sementara pada awaknya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.